NovelToon NovelToon
THANZI, Bukan Penjahat Biasa

THANZI, Bukan Penjahat Biasa

Status: sedang berlangsung
Genre:Fantasi / Spiritual / Kebangkitan pecundang / Budidaya dan Peningkatan / Akademi Sihir / Penyelamat
Popularitas:1.1k
Nilai: 5
Nama Author: Mr.Xg

pernahkah kau membayangkan terjebak dalam novel favorit, hanya untuk menyadari bahwa kau adalah tokoh antagonis yang paling tidak berguna, tetapi Thanzi bukan tipe yang pasrah pada takdir apalagi dengan takdir yang di tulis oleh manusia, takdir yang di berikan oleh tuhan saja dia tidak pasrah begitu saja. sebuah kecelakaan konyol yang membuatnya terlempar ke dunia fantasi, dan setelah di pikir-pikir, Thanz memiliki kesempatan untuk mengubah plot cerita dimana para tokoh utama yang terlalu operfower sehingga membawa bencana besar. dia akan memastikan semuanya seimbang meskipun dirinya harus jadi penggangu paling menyebalkan. bisakah satu penjahat figuran ini mengubah jalannya takdir dunia fantasi.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mr.Xg, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Thanzi Cuek

Keheningan yang mencekam setelah Thanzi mendorong Michael di tengah aula ujian terasa seperti belati yang menusuk udara. Semua mata tertuju pada Thanzi, dipenuhi cemoohan dan kemarahan. Michael sendiri, yang masih terduduk di lantai, menatap Thanzi dengan mata berkaca-kaca, seolah tidak percaya dengan apa yang baru saja terjadi.

"Thanzi! Apa yang kau lakukan?!" Marquess Aerion meraung, suaranya menggelegar memenuhi aula. Wajahnya memerah padam, urat-urat di lehernya menonjol. Lady Elara, yang bergegas mendekap Michael yang masih syok, melayangkan tatapan penuh kebencian kepada Thanzi. "Dasar anak tidak tahu diri! Kami sudah membuangmu, mengapa kau berani-beraninya muncul kembali dan menyakiti Michael?!"

Marquess Aerion melangkah maju, tangannya mengepal erat, seolah ingin melayangkan pukulan. Namun, langkahnya terhenti. Ia tiba-tiba tersadar di mana mereka berada. Ini adalah Akademi Ksatria & Sihir Eldoria, tempat suci bagi pendidikan dan kehormatan. Di sini, kekerasan, terutama yang dilakukan oleh orang luar terhadap calon siswa, adalah pelanggaran berat yang bisa merusak reputasi keluarga dan berujung pada konsekuensi serius. Marquess Aerion, seberapa pun marahnya, tidak bisa mengambil risiko itu.

Dengan menahan emosi yang meluap-luap, Marquess Aerion dan Lady Elara membawa Michael bangkit. Wajah mereka masih dipenuhi amarah yang membara. "Kau akan membayar ini, Thanzi," desis Lady Elara, tatapannya menyiratkan janji akan penderitaan. "Kau berani-beraninya menyakiti Michael kami seperti itu! Kami bersumpah akan membuatmu menyesal telah lahir!"

Thanzi tidak mengatakan apa-apa. Ia hanya berdiri di sana, ekspresinya datar. Amarah aneh dari Thanzi yang asli masih bergolak samar di dalam dirinya, tapi ia berusaha menahannya. Ia tahu ia tidak bermaksud menyakiti Michael, itu hanya reaksi spontan dari ingatan pahit yang melonjak. Namun, ia juga tahu ini adalah bagian dari takdir Thanzi yang asli. Ini adalah reaksi yang wajar bagi orang-orang yang melihatnya sebagai aib.

Tak lama kemudian, Pangeran Lyra dan Elian, yang sebelumnya mengamati dari kejauhan, menghampiri Michael. Pangeran Lyra, dengan ekspresi khawatir yang sempurna, segera berlutut di samping Michael.

"Michael, apakah kau baik-baik saja?" tanya Pangeran Lyra dengan suara lembut, menepuk bahu Michael. "Apa yang terjadi?"

Michael mengangguk pelan, masih sedikit terisak. "Aku... aku hanya senang Kakak Thanzi kembali. Tapi dia... dia mendorongku." Suara Michael penuh dengan kepolosan yang melukai.

Elian, dengan wajah mengeras, menatap tajam ke arah Thanzi. Matanya menyiratkan kemarahan yang dingin. "Beraninya kau, Thanzi, melukai Michael? Dia adalah salah satu sahabat terbaik kami!"

Pangeran Lyra kemudian menoleh ke arah Thanzi, matanya yang biru jernih kini menyiratkan ketidaksetujuan yang jelas. "Thanzi, tindakanmu tidak bisa dimaafkan. Michael tidak pernah melakukan kesalahan padamu."

Thanzi hanya menatap balik mereka, matanya kosong. Dia tahu mereka akan bereaksi seperti ini. Dalam novel, Michael adalah sosok yang dicintai semua orang, murni, dan tak bersalah. Menyakiti Michael sama saja dengan menyatakan perang terhadap semua tokoh utama dan para pendukungnya.

Kerumunan siswa baru dan beberapa staf akademi yang menyaksikan kejadian itu mulai berbisik-bisik, cemoohan mereka terdengar jelas di seluruh aula.

"Lihat saja, anak buangan itu memang benar-benar jahat!"

"Aku dengar dia diasingkan karena selalu mengganggu adik lelakinya."

"Tidak kusangka dia berani muncul lagi, bahkan mencoba masuk akademi ini."

"Dia pasti akan diusir. Orang seperti dia tidak pantas berada di sini."

Banyak orang yang hadir di aula itu, terutama siswa baru dari daerah lain, tidak tahu siapa Thanzi. Namun, bagi sebagian orang penting—para profesor akademi, bangsawan berpengaruh, dan tentu saja keluarga Marquess Aerion—mereka tahu betul siapa Thanzi. Dia adalah anak sulung Marquess yang telah dibuang, seseorang yang seharusnya tidak pernah muncul lagi. Mereka mengira Thanzi yang bodoh dan tidak berguna itu akan mati di hutan pengasingan, dimakan monster atau tersesat hingga tak berdaya. Namun, kemunculannya kembali, bahkan dengan keberanian untuk mendaftar di akademi, adalah sebuah kejutan yang tidak menyenangkan. Dan melihatnya mendorong Michael, sang Penyihir Cilik Agung yang begitu hebat dan dicintai, adalah penghinaan tak termaafkan.

Cemoohan dan bisikan buruk itu terus berlanjut. Bahkan ketika Thanzi diam saja, berdiri kaku di tengah pandangan menghakimi, ada saja orang yang terang-terangan berbicara buruk di hadapannya, seolah ia tidak memiliki telinga.

Namun, apakah Thanzi peduli? Tentu saja tidak.

Di dunianya yang dulu, Thanzi dari Bumi juga sering menghadapi cemoohan dan hinaan. Sebagai anak sebatang kara, tanpa dukungan keluarga atau harta, ia sering kali menjadi target perundungan dan remehan. Ia pernah dituduh mencuri, pernah diejek karena pakaiannya yang lusuh, pernah dianggap rendah karena pekerjaannya yang sederhana. Namun, ia telah belajar. Ia telah mengeras. Ia telah menjadi kebal terhadap kata-kata tajam. Di dunia asalnya, dia memang hidup sebatang kara, tetapi pengalaman itu memberinya tameng yang kuat terhadap hinaan. Jadi, cemoohan-cemoohan ini, dibandingkan dengan penderitaan Thanzi yang asli, terasa seperti bisikan angin sepoi-sepoi baginya.

Orang-orang yang mengenali Thanzi, yang tahu bagaimana Thanzi yang asli biasanya mudah terpancing emosi dan akan bereaksi marah atau menangis jika dihina, kini dibuat terkejut. Mereka melihat Thanzi yang berdiri tenang, seolah tidak mendengar semua cercaan itu. Ekspresinya netral, matanya tidak menunjukkan kemarahan atau kesedihan. Ini adalah Thanzi yang berbeda, Thanzi yang baru.

Ujian masuk pertama pun dimulai: ujian tertulis. Staf akademi membagikan gulungan perkamen dan pena bulu. Thanzi menerima miliknya, jantungnya berdegup pelan namun mantap. Ia tidak memiliki pengetahuan akademis dunia ini, tetapi ia memiliki sesuatu yang jauh lebih berharga: pengetahuan tentang novel itu.

Pertanyaan-pertanyaan di perkamen adalah tentang sejarah Eldoria, geografi, teori sihir dasar, dan strategi militer kuno—semua detail yang ia serap dari setiap halaman novel The Chronicles of Aeridor. Thanzi yang asli mungkin bodoh, tetapi Thanzi dari Bumi adalah pembaca yang cermat, dan ia memiliki memori fotografis untuk hal-hal yang ia minati.

Dengan tenang, Thanzi mulai menulis. Tangannya bergerak lancar, mengisi setiap baris dengan jawaban yang tepat dan detail yang akurat. Ia tidak ragu, tidak berpikir terlalu lama. Setiap pertanyaan, setiap jawaban, terasa seperti bagian dari dirinya yang ia hafal di luar kepala.

Ketika waktu ujian habis dan semua perkamen dikumpulkan, suasana kembali dipenuhi bisikan. Para siswa saling membandingkan jawaban, ada yang cemas, ada yang yakin.

Beberapa jam kemudian, hasil ujian diumumkan. Daftar nama ditempel di papan pengumuman besar. Kerumunan berdesak-desakan untuk melihatnya.

"Pangeran Lyra... sempurna! Seperti yang diharapkan!"

"Elian juga! Luar biasa!"

Thanzi mencari namanya. Ia menemukannya. Di bagian atas. Di samping namanya, ada tulisan: "Nilai: 100/100."

Aula itu kembali hening, lalu gempar.

"Bagaimana bisa?"

"Dia bahkan lebih baik dari Pangeran Lyra?!"

"Itu tidak mungkin! Pangeran saja ada salah satu!"

Memang, Pangeran Lyra, yang digembar-gemborkan sebagai salah satu pemuda terpintar di kekaisaran, memiliki satu kesalahan kecil dalam esainya, membuatnya mendapat nilai 98. Tetapi Thanzi? Dia tidak memiliki satu pun kesalahan.

Wajah para profesor yang memeriksa ujian, yang terdiri dari para penyihir dan sarjana terkemuka, tampak terkejut namun tak dapat menyangkal. Mereka tahu Thanzi yang sekarang tidak memiliki dukungan dari siapapun, jadi tidak mungkin dia melakukan kecurangan. Hasil itu murni. Mereka hanya bisa mengangguk, mengakui kejeniusan tak terduga dari Thanzi.

Thanzi melirik ke arah kerumunan yang masih terkejut, ke arah orang tuanya yang membelalakkan mata, ke arah Pangeran Lyra dan Elian yang menatapnya dengan pandangan tak percaya. Ia tahu ia baru saja membuat kejutan besar.

Sebuah seringai tipis, penuh kemenangan, muncul di wajah Thanzi. Ini adalah senyum tengil yang ia sengaja perlihatkan. Ia menatap mereka satu per satu, seolah berkata: Jangan remehkan aku. Kalian mungkin menganggapku tak berguna, tapi aku lebih tahu dari kalian semua. Ia tahu di dunianya dulu, meskipun sebatang kara, dia adalah orang yang sangat jenius, terutama dalam hal mengingat dan menganalisis informasi. Sekarang, di dunia baru ini, kecerdasannya adalah senjata tersembunyi.

Ini baru permulaan. Thanzi, si penjahat figuran yang tak berguna, baru saja menunjukkan gigi.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!