Anisa dan Yusuf pasangan suami istri yang memiliki kehidupan nyaris sempurna. Ekonomi cukup, tiga orang anak dan mertua yang tidak ikut campur. Namun, ujian datang dari mantan kekasih Anisa dan mantan istri Yusuf. Kehadiran mantan istri Yusuf juga telah membuat ibu mertua Anisa membencinya. Seiring berjalannya waktu, Yusuf tidak bisa menolak kehadiran mantan istrinya untuk kembali. Hingga memutuskan setuju untuk menikah siri, tapi Yusuf merahasiakan pernikahannya dari Anisa. Lalu bagaimana Anisa dengan mantan kekasihnya yang juga ingin bersamanya, akankah berhasil ? Apakah pernikahan Yusuf dan Anisa akan berakhir atau malah akan semakin kuat ? Yuk baca, like, komen dan share ya...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon CumaHalu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 13
"Siapa Om Arka itu Nak?" tanya Yusuf melirik istrinya sambil mengelus kepala Alif.
"Temannya Mama Pa, orangnya baik banget. Tadi aku sama kak Ryan di bolehin naik semua permainan di taman bermain itu."
"Apa kamu menyukainya."
"Iya."
"Alif sekarang bobok siang ya, papa mau bicara sama Mama."
Yusuf menurunkan Alif dari gendongannya. Lalu menunggunya sampai masuk kembali ke kamarnya. Setelah itu Yusuf mengajak Anisa ke ruang kerjanya.
"Tolong jelasin siapa itu Arka," Yusuf berkacak pinggang di hadapan Anisa.
"Dia temanku sekolah Mas. Dulu kami satu SMA."
"Dia mantan pacarmu?"
"Kami ga pernah pacaran, bahkan dulu kami ga pernah dekat."
"Dia kerjanya apa?"
"Aku ga tau, kami tidak sengaja ketemu tadi. Percayalah Mas, aku ga ada hubungan apapun sama Arka," ujar Anisa menggenggam kedua tangan Yusuf dan menatapnya memelas.
Hati Yusuf luluh kembali dan memeluk istrinya. Justru ia merasa bersalah karena sebenarnya dia yang memberi titik warna hitam dalam pernikahan mereka. Tanpa sepengetahuan Anisa, Yusuf menitikkan air matanya dan sesegera mungkin dia mengelapnya.
"Maafkan aku sayang, aku sudah mengkhianati janji setiaku padamu. Maafkan aku," batin Yusuf.
Setelah makan siang, Yusuf mendapat telfon dari Kevin. Kemudian ia pergi terburu-buru untuk segera menghadiri rapat penting. Sementara itu Anisa di telfon Nayla karena toko mendapat pesanan sangat banyak dari pelanggan lama.
"Mela, aku tinggal dulu ya anak-anak. Ada kerjaan penting mendadak."
"Iya, Mbak."
Anisa pergi mengendarai mobil sendiri ke toko roti Moka. Sampai di toko Anisa segera membantu Nayla dan kokinya. Dalam waktu empat jam mereka mampu menyelesaikan pesanan itu.
"Anisa, maaf ya aku harus menelfonmu. Karena tadi pembelinya minta cepat," ujar Nayla.
"Iya gapapa Nay, ya udah aku istirahat dulu di ruanganku ya." Anisa keluar dari dapur.
Anisa melihat Reza tengah berbelanja roti di tokonya. Ia segera melangkahkan cepat supaya Reza tidak melihatnya. Namun Reza sudah berada di dekatnya dan memanggil namanya.
Anisa berhenti dan membalik badannya. Ia memberikan senyuman lebar untuk Reza yang sudah berada tepat di hadapannya.
"Hai!!" sapa Reza.
"Hai juga, cari kue ya?"
"Iya, kamu kerja disini?"
"Iya, aku kerja disini. Kamu sudah selesai belum beli kuenya?"
"Sudah ambil sih, tapi belum bayar... bentar, tak bayar dulu rotinya."
Reza ke kasir dan Anisa duduk di kursi yang ada di depan toko. Setelah selesai membayar tagihan, Reza menyusul Anisa dan duduk di dekatnya. Reza melirik dan mencuri-curi pandang pada Anisa.
Sementara itu dari kejauhan Kania melihat Anisa dan mengambil gambarnya sedang duduk bercengkrama dengan Reza. Kania tersenyum girang telah mendapat bukti baru untuk di tunjukkan pada Bu Evelyn. Sebelum ketahuan Anisa, Kania segera pergi dari tempatnya. Kania memilih duduk di bawah pohon rindang di pinggir jalan.
"Tante... Kania baru aja kirim gambar, lihat ya!!" tulis Kania.
Beberapa saat kemudian Bu Evelyn menelfon Kania yang masih berdiri di tempatnya.
"Tante bener-bener ga nyangka ternyata Anisa semudah itu nempel laki sana sini. Kania, terimakasih ya kamu benar-benar membuka mata Tante."
"Iya Tante, Kania cuma mau Mas Yusuf segera tau kelakuan istrinya. Kasihan dia Ma... Ehh... Ups... Maaf Tante, Kania ga sengaja."
"Hem, gapapa Kania, bagaimanapun usia pernikahanmu dengan Yusuf jauh lebih lama dibanding lamanya perpisahan kalian. Seandainya kalian bisa bersatu kembali, pasti Tante tidak sepusing sekarang. Paling tidak ada istri Yusuf yang betul-betul mencintainya."
"Iya, Tante."
"Ya sudah, Tante mau lanjut masak dulu ya. Nanti Tante telfon lagi."
"Iya, Tante."
Kania mematikan sambungan telfonnya, sebenarnya dirinya ingin sekali mengatakan kalau sudah rujuk dengan Yusuf. Tapi sudah terlanjur janji pada Yusuf untuk merahasiakan pernikahan siri mereka. Kania mengerucutkan bibirnya dan membuang napas kasar.
"Kenapa sih Mas, kamu harus merahasiakan pernikahan kita. Lagipula ga ada salahnya semua orang tau kalau kita rujuk, aku yakin kalau Anisa mengetahui kita rujuk tidak akan merasa sedih, karena dia punya banyak lelaki di sampingnya," gumam Kania.
SORE HARI
DI RUMAH ANISA DAN YUSUF
Anisa yang sedang menyuapi Hana di halaman belakang melihat kedatangan suaminya. Yusuf keluar dari mobil membawa beberapa permen untuk Alif dan Ryan. Sementara Hana diberi cemilan bayi.
"Makasih Papa... buat Mamanya mana?" gurau Anisa tersenyum manja.
Cup!!
Kecupan Yusuf mendarat di kening Anisa. Lalu Yusuf memeluk istrinya dan mereka masuk bersama-sama. Di dalam Alif dan Ryan sedang mengerjakan PR-nya. Alif berteriak dan berlari menghampiri papanya.
"Pa, apa itu?" tunjuk Alif ke tangan Yusuf.
"Permen buatmu sama kak Ryan." Yusuf memberikan permen itu pada Alif. Lalu Alif mendatangi Ryan dan memberikan bagian Ryan.
Yusuf menghampiri Ryan dan duduk di belakangnya. Namun, Ryan membuka permen pemberian Yusuf dan memakannya. Ryan fokus mengerjakan tugasnya, Yusuf menyentuh tangan Ryan dan mengambil pensil Ryan pelan.
"Kenapa Ryan tadi diam aja waktu Papa datang?"
Ryan terkejut dan menghentikan kegiatan mengunyahnya. Ia terdiam dan menunduk, lalu Yusuf mengelus pundak Ryan. Seketika Ryan menoleh dan menatap Yusuf.
"Gapapa kog Pa," jawab Ryan lirih.
"Kakak pasti mau ketemu sama Om Arka lagi, kan?" sahut Alif.
Sedangkan Ryan secepatnya menggelengkan kepala. Yusuf menghela napas panjang dan ganti menatap Anisa. Ryan kembali menundukkan kepalanya dan meremas kedua tangannya.
"Lalu apa sayang?" tanya Yusuf pelan sambil mengangkat dagu Ryan dengan jarinya.
"Papa jangan marah lagi ya sama Mama."
Jantung Anisa berdesir, ia tidak mengira putra kecilnya sekarang memikirkan dirinya sampai segitunya. Air mata menetes ke pipinya, namun buru-buru Anisa menghapusnya supaya tidak ada yang melihatnya.
"Papa janji tidak akan marah sama Mama, tapi Ryan juga janji jangan diem aja sama Papa. Ryan harus kembali seperti dulu. Bagaimana? Adilkan?"
"Baik, Pa." Ryan berdiri dan memeluk Yusuf. Setelah itu Yusuf pergi ke kamarnya untuk mandi dan berganti pakaian.
Saat Yusuf sudah masuk ke kamarnya, Alif mendekati ibunya dan menyuruhnya berjongkok. Anisa menuruti keinginan Alif. Lalu Alif mendekatkan bibirnya ke kuping Anisa dan berbisik.
"Ma, besok ke taman bermain lagi ya, Alif pengen ketemu sama Om Arka lagi."
Anisa menatap Alif dan mencubit lengannya. Lalu Anisa menolak dengan cara halus dan membujuk Alif pergi ke mall saja. Setelah perdebatan yang cukup alot antara Alif dan Anisa, akhirnya Anisa memenangkannya. Ryan hanya tertawa melihat adik dan ibunya berdebat.
KEESOKAN HARI
DI MALL
"Yaah,.. kita kesini lagi deh Kak, ga seru... Mainannya cuma itu-itu aja. Terus ga ada Om Arka," gerutu Alif.
"Udah jangan bawel, untung Mama masih mau ngajak kalian jalan. Kalau terus ngomel, Mama ajak pulang kalian berdua sekarang juga."
"Iya iya Ma," jawab Ryan.
"Eh, itu kan Om Arka,.. Ma, Kak... Ayo kita kesana!!!" tunjuk Alif.
Dari kejauhan Arka melambaikan tangannya ke arah mereka. Anisa merasa kesal karena bertemu dengan Arka lagi. Ia takut kalau nanti Alif akan bercerita lagi kalau mereka bertemu lagi dengan Arka pada Yusuf.
Arka mencium Alif dan Ryan bergantian, lalu Arka menggendong Alif. Sementara dari kejauhan sepasang mata memperhatikan kebersamaan mereka. Orang tersebut juga mengambil gambar mereka sedang bersama-sama.