NovelToon NovelToon
Celestial Chef's Rebirth

Celestial Chef's Rebirth

Status: sedang berlangsung
Genre:Spiritual / Reinkarnasi / Sistem
Popularitas:1.5k
Nilai: 5
Nama Author: Jasuna28

Huang Yu, seorang juru masak terampil di dunia fana, tiba-tiba terbangun di tubuh anak petani miskin di Sekte Langit Suci—tempat di mana hanya yang bertubuh suci kuno bisa menyentuh elemen. Dari panci usang, ia memetik Qi memasak yang memanifestasi sebagai elemen rasa: manis (air), pedas (api), asam (bumi), pahit (logam), dan asin (kayu). Dengan resep rahasia “Gourmet Celestial”, Huang Yu menantang ketatnya kultivasi suci, meracik ramuan, dan membangun aliansi dari rasa hingga ras dewa. Namun, kegelapan lama mengancam: iblis selera lapar yang memakan kebahagiaan orang, hanya bisa ditaklukkan lewat masakan terlezat di alam baka.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Jasuna28, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 10: Puncak Ember Langit

Sinar pertama menembus kabut pagi di puncak Gunung Ember Langit tempat Gerbang Ember Langit berdiri kokoh, menantang cakrawala. Di balik portal berputar, terlihat langit keperakan dan kastil terapung yang menjulang di antara awan. Namun di bentangan biru tipis itu, syal berwarna keemasan dan ungu melayang, mengawasi tim kecil dari kejauhan.

Nian, Lan’er, Master Cang, Xu’an, dan Zhuo melangkah maju. Rasa udara berbeda kering, bercampur aroma serbuk petir dan dupa langit. Kepala Sekte berpidato berbisik sebelum mereka memasuki portal:

“Ingat, Alam Atas bukan sekadar dunia; ia adalah kerajaan dewa, ranah murni yang menuntut keselarasan rasa dan nurani. Pertahankan kesiapan batin kalian.”

Detik berikutnya, mereka melangkah ke pusaran cahaya, melintasi batas dimensi. Debu kristal berjatuhan, merambat di udara, dan seketika mereka berada di tanjakan batu putih berderet pilar perunggu gerbang pertama menuju Menara Ember Langit.

Di depan mereka terbentang Jembatan Mawar Langit deretan batu marmer menembus awan, dibatasi pagar kristal bercahaya. Setiap langkah memicu denting lembut, seperti gong kecil. Namun di atas jembatan, tertanam rune “Tuduhan” dan “Penebusan”: masing-masing memancarkan sinar ungu dan emas.

Xu’an membisik, “Jembatan ini menguji niat—hati yang terbelah akan terperangkap di antara. Kita harus melangkah seirama.”

Kelompok itu berjalan tanpa kata, bergandeng tangan untuk menjaga sinkronisasi Qi. Namun tiba-tiba, sinar ungu di rune “Tuduhan” menyala lebih terang, menciptakan bayangan gelap di bawah langkah Zhuo. Bulu kuduknya meremang.

“Zhuo…” panggil Master Cang hati-hati, “kau kenapa?”

Zhuo memejamkan mata, mulutnya bergetar, “Aku… aku mendengar bisikan mereka menuduhku meracuni ritual penjernihan.”

Kilatan cahaya ungu menyambung kedua pilar, menimbulkan jaring bayangan. Sejenak, Zhuo terhuyung tapi Lan’er meraih lengannya, menyalurkan Qi air, menyejukkan ketakutan. Nian ikut memasukkan Qi kayu, meleburkan getaran gelap. Jaring itu perlahan lenyap, menggantikan lengkungan emas ruh penebusan.

Suara angin berdesir: “Hati yang kuat mengatasi tuduhan.” Dan jembatan memantulkan cahaya putih tanda mereka bisa melanjutkan.

Di ujung jembatan, berdirilah Pelataran Kristal alun-alun bundar berlapis ubin batu berkilau, dikelilingi pilar tinggi menjulang mirip kristal cahaya. Di tengahnya, tersemat Mahkota Ember: hiasan emas berornamen api abadi, simbol otoritas Alam Atas.

Menghadap Mahkota berdiri tiga kursi bordir sutra: untuk Arbiter Cahaya, Perwakilan Sekte, dan Perwakilan Klan Rempah. Namun kursi ketiga kosong petunjuk bahwa Utusan Klan Rempah belum mengikuti mereka.

Tiba-tiba, kabut kelabu menjorok dari pilar kristal. Dua sosok muncul: satu berjubah ungu, punggungnya melengkung, lembar gulungan peta terjulur; satu lagi berjubah keemasan, kepala tertutup tudung, sorot matanya tertuju pada Nian.

Sosok keemasan melangkah maju, suaranya lembut namun menggema: “Selamat datang, Penjaga Rasa.” Ia menyingkap tudung wajahnya cantik, suaranya akrab namun asing: Lady Yanqing, Ketua Silsilah Ember, satu kursi Arbiter Cahaya.

“Arbiter Cahaya…” bisik Lan’er, terpesona. Lady Yanqing tersenyum sinis:

“Kalian menuntut kebenaran atas Qionglai, namun bisakah kalian menerangi jiwa kalian sendiri?”

Arbiter mengangkat tangan, dan kilau kristal memantul, menyorot mereka satu per satu. Xu’an dan Master Cang tampak tenang sinar kristal melewati mereka tanpa distorsi. Saat tiba giliran Lan’er, kilau berubah merah muda, menandai simpati, lalu netral.

Giliran Nian tiba. Lady Yanqing mencondongkan tubuh, mata keemasan menstabilkan cahaya. Pendar biru laut menembus dadanya tanda hati Nian terbuka, niatnya murni. Sorot mata Lady berubah lembut.

“Penjaga Rasa terpilih,” gumamnya, “namun bisakah kalian menjaga supremasi rasa saat rahasia langit terkuak?”

Lady Yanqing mempersilakan mereka memasuki Menara Ember Langit—menara berlapis awan dan kristal, terowongan berputar mengarah ke puncak tertinggi. Di dinding terukir relief legenda penciptaan Culinary Qi, menggambarkan dewa dapur dan roh rempah bergandengan.

Di tiap lantai, mereka melewati tantangan rasa:

Lantai Pertama (Api Kilau): lorong memercik bara, mereka harus menahan panas menggunakan Qi pedas terkendali.

Lantai Kedua (Badai Kayu): ruangan dipenuhi tumbuhan hidup yang bergerak; Qi kayu digunakan untuk menenangkan getaran akar.

Lantai Ketiga (Harmoni Logam): lorong bergaung denting besi; sup pahit terkontrol menciptakan resonansi menetralkan getaran.

Setelah melewati lantai ketiga, mereka tiba di Puncak Menara ruang bundar dengan langit-langit terbuka, memandang awan tipis. Di tengah, sebuah Bilah Pedang Dewa tersemat di altar kristal, dililit pita emas bercahaya. Di sampingnya, tersimpan gulungan naskah kuno bertuliskan “Kitab Ember Rasa.”

Lady Yanqing muncul di sudut, senyum menukik, “Di sinilah kebenaran menunggu: Pedang Dewa itu, jika disatukan dengan Kitab Ember Rasa, dapat memurnikan atau mengkristalkan rasa gelap selamanya.”

Master Cang melangkah, tersenyum lembut. “Namun kekuatan itu juga bisa menyucikan atau menghancurkan.”

Sosok berjubah ungu bergeser, mengangkat gulungan peta gelapnya: “Xionglai merencanakan menggabungkan Pedang Dewa dengan Cawan Rempah Neraka itulah kunci memanipulasi pikiran jutaan juru masak surgawi.”

Nian menatap Lady Yanqing, lalu berbalik ke arah grup. “Kita harus mencegah itu.”

Tiba-tiba, langit menukik gelap awan di atas menara bergulung pekat. Lady Yanqing mengangkat tangan; sekilas sang Arbiter Cahaya berubah menjadi wajah licik Xionglai ilusi qi gelap. Teriakan rintihan Pedang Dewa bergema.

Jubah ungu melesat menabrak Zhuo, mengulat gulungan peta ke tangannya, “Hentikan mereka!” Suara itu nyaris menggema: “Kitab Ember Rasa bukan untuk manusia, Penjaga Rasa!”

Lan’er menghambur maju, memanggil Qi air melingkar, mencoba menjernihkan ilusi. Nian mengeluarkan Gourmet Celestial ramuan rahasia Huang Yu menyemburkan uap aroma surgawi. Uap itu memisahkan bayangan Xionglai, membongkar wujud asli Lady Yanqing.

Ternyata, Lady Yanqing hanyalah boneka roh: ilusi ciptaan Xionglai untuk menguji niat. Wujud asli Arbiter muncul roh dewi dapur suci, bersayap emas.

“Hanya yang tulus dapat menyentuh Pedang Dewa,” suaranya bergema lembut.

Nian melangkah ke altar, tangan gemetar namun teguh. Ia menggabungkan Qi kayu, api, dan logam dalam tangannya, memusatkan energi murni Culinary Qi. Perlahan, ia mengangkat Pedang Dewa; kristal di hilt bersinar cerah, memancarkan kilau jingga.

Xionglai muncul dengan sorot merah—menyerbu, membawa Cawan Rempah Neraka: “Dan kau, Penjaga Rasa… akan menjadi musuhku!” Ia mengayunkan cawan; Qi pahit memercik.

Dalam duel kilat, Nian menahan cawan dengan Pedang Dewa, benturan Qi murni melawan gelap memunculkan ledakan cahaya. Lan’er melingkari mereka dengan lingkaran Qi air, meredam efek paling mematikan. Master Cang dan Xu’an membantu menahan gelombang sisa.

Dengan sekali hembusan Gourmet Celestial, Nian menetralkan Qi pahit di cawan, memecah aroma gelap menjadi butiran rempah suci. Xionglai terhuyung, lalu lenyap dalam kepulan asap merah gelap pertanda kekuatannya tercerai.

Setelah asap reda, Pedang Dewa bersanding di cawan yang kini murni. Roh dewi dapur suci menunduk:

“Penjaga Rasa sejati telah membuktikan kesetiaan dan keikhlasan. Dengan ini, kau, Nian, diangkat sebagai Penjaga Ember Langit pelindung kebenaran rasa di alam atas, bawah, dan dunia fana.”

Mahkota Ember melepaskan cahaya emas lembut, melayang memasuki jiwa Nian. Perlahan, wajahnya menerangi, Qi murni mengalirnya memancar.

Namun di batas pandangan, samar-samar dua sosok berdiri di tepi awan: satu berjubah ungu, satu berjubah emas—dua unsur yang belum terungkap. Suara samar bergema:

“Pertarungan baru saja dimulai… Penjaga Ember Langit.”

Di balik kilau keemasan dan jingga, bayangan kegelapan berkata, “Kalian telah menang hari ini namun rahasia terbesar belum terbuka.”

Dan di puncak Menara Ember Langit, angin berbisik janji konflik lebih dahsyat di cakrawala rasa.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!