Terpikat Pesona Gadis Lugu

Semua orang bertanya tanya, mengapa mereka di kumpulkan di ruangan ini malam malam begini.

Titi yang tidak tahu informasi nya, malah ikutan bingung.

"Tuan, apa yang sudah terjadi?" tanya Titi pada Niko.

Pria itu mengangkat bahu, ia juga tidak tahu apa yang terjadi.

Yoga masuk, semuanya langsung diam dan tidak ada yang berani bersuara, bahkan jika bisa mereka akan berhenti bernafas jika itu menimbulkan suara.

Brak!!!!

Semua yang ada di sana kaget, menunduk ketakutan. Tidak ada yang berani mengangkat kepalanya untuk menatap Yoga.

"Apa yang terjadi?" tanya Niko. Hanya dia yang berani bersuara.

"Kenapa kalian tidak memberitahu ku soal Raisa dan 2 wanita itu huh!!!"

"Wanita mana?" tanya Niko lagi, ia juga sama seperti Yoga, tidak mengetahui apa apa.

"Hal sebesar ini, seharusnya aku lebih tahu. Bukan Johan!!!!"bentak Yoga lagi.

Titi merasa ketakutan, ia yang paling bertanggung jawab di sini.

"Penjagaan, kenapa kalian bisa longgar dalam menjaga Raisa??? kenapa??? apa aku menggaji kalian untuk bersantai santai saja??? huh???"

"Maaf tuan, nona sangat tidak suka di kawal ketika berada di lingkungan rumah, jadi nona meminta kami untuk tidak mengikutinya ketika di rumah" jawab salah satu bodyguard yang mengawal Raisa.

"Tetap saja kalian harus memantaunya!!!"

Titi tidak tahan lagi, ia tidak bisa melihat teman teman nya di marahi oleh Yoga.

"Mereka tidak bersalah tuan, aku yang bersalah. Aku yang bertanggung jawab di sini" kata Titi sembari melangkah maju. Ia berdiri di hadapan Yoga dan menunduk meminta maaf.

"Kejadian itu saya mengetahui nya, tuan Johan yang menyelamatkan nona muda. Lalu ketika saya hendak menghubungi tuan, Nona meminta ku untuk diam. Karena itulah saya tidak memberitahu tuan" jelas Titi panjang lebar.

"Harusnya kamu memberitahu ku!!!" bentak Yoga.

"Saya bersalah tuan" ucap Titi menunduk mengakui kesalahannya.

"Argggg!!!!!!"

Brak~

Prang~

Yoga melempar barang barang yang ada di sekitarnya ke sembarang arah.

"Perketat penjagaan, jangan biarkan siapapun masuk ke dalam rumah ini kecuali aku, dan Johan!!!"

"Baik tuan!" jawab mereka serempak.

Niko sejak tadi hanya diam, ia mencoba menelaah apa sebenarnya yang terjadi. Mengapa Yoga begitu marah pada pelayan hanya perkara Raisa.

"Kalian boleh pergi!" ucap Yoga.

Para pelayan dan Bodyguard langsung memberi hormat, lalu pergi meninggalkan ruangan.

Niko tetap tinggal, ia menatap Yoga heran.

"Apa sebenarnya yang kamu lakukan? hanya karena gadis itu??" tanya Niko.

"Aku sedang tidak mau berdebat, silakan pergi" usir Yoga.

"Aku cuma penasaran, sebenarnya kamu dan gadis itu ada apa?? apa kamu mulai menyukainya??"

Deg.

Yoga terdiam, sejujurnya ia juga Bing dengan sikap nya ini.

"Sudah aku katakan, aku sedang tidak ingin berbicara" ucap Yoga lagi.

"Jawab saja seadanya" ujar Niko tidak menyerah.

"Aku tidak tahu, yang pasti aku hanya ingin dia aman bersama ku" lirih Yoga.

"Hm..Aku mengerti, kau sedang jatuh cinta" Niko tersenyum lebar, akhirnya Yoga bisa jatuh hati.

"Tolong jangan menambah keruh" pinta Yoga. Niko hanya terkekeh, ia mengedipkan matanya sebelah kanan sebelum benar-benar pergi.

"Dasar anak pungut" cibir Yoga mengejek Niko.

Yoga keluar dari ruangan interogasi, ia teringat dengan janjinya pada Raisa untuk kembali lebih cepat.

Ketika keluar, Yoga di kejutkan oleh kehadiran Titi di sana.

"Maaf tuan, saya perlu bicara dengan tuan" ucap Titi takut takut.

"Tidak ada yang perlu di bicarakan" tegas Yoga, lalu beranjak pergi. Namun Titi mencegatnya dengan berdiri di hadapan Yoga.

"Maaf tuan, saya bener bener ingin bicara dengan anda!"

Yoga berdecak, lalu menatap Titi dengan tatapan datar.

Melihat tuan nya diam menatapnya, membuat Titi berpikir jika Yoga memberinya waktu.

"Begini tuan, semua ini salah saya. saya yang tidak memberi tahu anda. Jadi jangan hukum rekan rekan saya Tuan. Saya mohon" ucap Titi, ia benar-benar tidak ingin rekan nya yang lain mendapatkan hukuman yang seharusnya tidak mereka dapatkan.

Yoga tidak memberi komentar, ia hanya diam menatap Titi yang sejak tadi menunduk tidak berani menatap nya. Yoga tahu, Titi adalah pegawainya yang paling bertanggung jawab. Tapi, kenapa kali ini pegawainya ini bisa melenceng dari tugasnya.

"Saya kecewa sama kamu Titi, setelah bertahun tahun kamu bekerja sama saya, kamu tidak pernah melalaikan perintah saya. Kenapa kali ini kamu lalai!"

"Maaf tuan, andai saja saya tidak memenuhi keinginan Nona yang memohon pada saya, maka saya tidak akan seperti ini. Maafkan saya tuan. Saya sudah berjanji pada nona muda"

"Apa?. Jadi, Raisa yang sudah melarang mu?"

"Iya tuan, maafkan saya"

Yoga tidak menggubris, ia beranjak begitu saja.

"Tuan"panggil Titi.

"Apa lagi?" tanya Yoga kesal, ia menoleh pada Titi.

"Jangan mengadu pada nona jika saya.... Mengatakan pada tuan yang sebenarnya"ucap Titi pelan di akhir kalimatnya, Karena Yoga sudah pergi begitu saja.

"Jika itu terjadi, maka aku akan menerima hukuman lain" lirih Titi lesuh, ia pasrah menanti hari esok.

~•

Yoga masuk ke dalam kamar, ia menemukan Raisa yang sudah tertidur pulas. Bahkan dengkuran Raisa terdengar hingga ke pintu.

"Cih, kucing nakal" decak Yoga mendekat pada Titi.

Pria itu menatap wajah polos yang terlihat damai saat tidur.

"Kau seperti malaikat, wajah mu terlalu damai untuk mendapatkan masalah seperti ini"

Yoga mengecup kedua mata Raisa secara bergantian, terhenti pada bibir. Ia menatap lama bibir mungil namun membuatnya candu.

"Ada saatnya kamu juga ku kecup" kekeh Yoga mengusap pelan bibir manis itu. Yoga ikut berbaring, lalu merengkuh tubuh Raisa agar masuk ke dalam pelukannya.

Raisa menggeliat, rengkuhan tangan Yoga mengganggu tidurnya. Namun ia malah mencari kenyamanan dan masuk semakin dalam ke pelukan Yoga.

"Sangat wangi" gumam Yoga.

"Nice dream sweetie" Yoga ikut masuk ke dalam dunia mimpi yang mungkin Raisa juga sedang mengarunginya.