"Mama masih hidup! Mama masi hidup!" mata bocah itu berkaca-kaca saat Daniel mengatakan bahwa ibunya sudah meninggal. Ia tak terima jika ibunya dikatakan sudah tiada. Ia meninggalkan Daniel yang tidak lain ayahnya sendiri.
Terpaku menatap pundak bocah itu berlari meninggalkannya masuk ke dalam kamar.
Kenzie membanting pintu dengan keras, ia mengunci pintu rapat. hingga Daniel yang berusaha menyusulnya merasa kesulitan untuk membujuk putranya.
Daniel tau putranya, jika sudah seperti itu, Kenzie tidak akan mau bicara dengannya. Ia tidak akan memaksa putranya dalam keadaan seperti ini, hanya ia takut dengan kesehatan putranya semakin memburuk hingga ia memilih pergi.
"Temukan dokter itu, Saya akan membayarnya mahal," ucap Daniel dingin setelah mendapatkan telpon dari seseorang.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon desi m, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
24
Kenzie langsung bangun dari tempat duduknya. sembari mengucapkan doa tidak jadi makan.
"Aku tidak mau makan, aku tidak lapar."
Tidak ada kata-kata selanjutnya.
Trik apa lagi yang sedang di mainkan ini?
Apakah sengaja mogok makan seperti ini, supaya dia dengan secara tidak langsung untuk memanggil Ariana untuk memasak makanan untuknya?
Pintar sekali trik ini!
Putra yang di besarkannya dengan tangannya sendiri, malah lebih patuh dan nurut pada wanita itu.
Semakin Daniel memikirkannya semakin kesal dia di buatnya.
"Tuan, apakah kami akan masaknya lagi untuk Tuan muda?
Memasak lagi?
Aku khwatir, dia akan mencari alasan lagi untuk menolak makanan itu.
"Tidak usah, biarkan saja!" Daniel bicara dengan dingin, lalu bangkit dan pergi keruang baca.
...----------------...
Deffan sangat senang ketika bertemu dengan Ariana, dan dia bicara, memberitahukan apa pun yang terjadi di rumah mewah tersebut.
Ariana sangat marah karena Daniel benar-benar bajingan yang mengatakan dirinya wanita sialan. Brengsek!
"Mama, aku sengaja memuji ilmu medis mu yang sangat luar biasa pada papa."
Papa?
Ariana memandang Deffan dengan wajah serius.
"Kamu memanggil siapa sebagai papa mu?"
"Pak Daniel."
"Dia tidak pernah peduli kepadamu sama sekali, dan kamu masih memanggilnya papa?"
Ariana menatap putranya yang di besarkannya dengan susah payah, yang baru saja memanggil Pria bajingan yang sangat membenci dirinya itu dengan panggilan papa. Tiba-tiba rongga di dadanya berasa sesak dan tidak nyaman.
Deffan mengelus-elus kepalanya sendiri seraya tersenyum: "Mama, apakah kau juga berharap Kenzie memanggil mu Mama?"
Memanggil mu mama juga?
Kenzie?
Dia melahirkan Kenzie dengan susah payah, tentu saja dia berharap.
"Ini berbeda Deffan!"
Deffan tidak begitu paham dengan kata-kata perbedaan ini.
Dalam beberapa tahun terakhir, Mama terlihat sulit membesarkan mereka bertiga. Jika mereka dapat hidup bersama dengan papa, bukankah akan ada seseorang yang akan melindungi Mama?
Dan keluarga mereka akan bersatu kembali.
Tadi saat bertemu dengan Kenzie, aku sangat menyukainya. Jika dapat bermain bersamanya setiap hari, ini akan sangat menyenangkan.
Demi impian yang indah ini, Deffan memandang Ariana dengan tatapan serius.
"Mama, apakah Mama pernah menikah dengan papa?"
Ariana melihat Deffan dengan kesal, lalu menjawab dengan ketus.
"Tidak!"
"Kalau begitu, apakah Mama mau menikah dengan papa?"
Menikah dengan Daniel?
Bajingan ini, Daniel yang selalu berharap dia mati, tidak. Jika sampai Ariana matipun, kebencian Daniel padanya tidak akan sirna.
Jika bukan karena bajingan ini dulu menawarkan hadiah seratus juta dolar untuk mencarinya, dia juga tidak perlu pergi keluar negeri dengan ketiga bayi kecilnya, kesulitan yang dia alami beberapa tahun terakhir ini, hanya dia yang merasakan.
Ariana menoleh dan menatap Deffan.
"Tidak Deffan, jika nanti hanya ada satu pria yang tersisa di dunia ini, dan itu adalah Daniel, mama tidak akan pernah menikah dengannya!"
Setelah bicara sedemikian, Ariana mencibirkan bibirnya dengan sinis.
Deffan melihat mamanya menutup rapat mulutnya, impian untuk menyatukan keluarganya seperti tidak ada harapan lagi.
Jika aku memberikan pelajaran kepada papa agar Mama terlihat senang, lalu jika mama sudah senang, mungkin masih ada harapan untuk mencapai impian itu lagi.
Ketika mereka berdua sampai di sekolah, Reva dan Revi sudah menunggu. Revi tampak cemberut dengan sedih. Tadi Deffan berkata akan pergi membelikannya kue keju, tetapi dia tidak pernah kembali.
Melihat Ariana, dia merasa sedih dan menarik ujung pakaian Ariana sambil mengeluh.
"Revi, Deff sedang membantu Mama melakukan sesuatu, jadi dia telat membelikan mu kue yang kau minta. Terapi, Mama akan membawamu pergi untuk membeli kue, oke!"
Revi terlihat senang saat mendengar ibunya akan mengajaknya pergi ke toko kue.
Ketika sampai di toko kue, ketiga anak itu memilih-milih kue apa yang akan mereka ambil, Deffan dengan sengaja mengambilkan sebuah roti panggang untuk Revi, dan dia terlihat sangat berbinar, Revi langsung mengucapkan terimakasih pada Deffan.
Ariana melihat kue-kue yang di ambil Deffan, terapi Revi menarik tangan Ariana ke arahnya, Ariana pun bangkit dan pergi mengikuti langkah Revi, dan menambahkan beberapa kue yang lainnya untuknya.
Ketika dia berjalan menuju desert, dia melihat kue pandan yang baru saja di letakkan itu menarik perhatian Ariana. Dia ingat bawah Deffan sangat menyukainya, Ketika ingin mengambilnya, tangan seorang itu lebih cepat darinya. Ariana mendongakkan kepalanya ke atas dan menatap wajah wanita itu dengan jelas. Dadanya langsung berdebar.
Bagaimana mungkin bertemu dengannya disini?
yuk komen, author sudah update nih
...****************...