Kisah seorang wanita yang mencari kebahagiaan setelah perceraian.
Kara Gantari seorang gadis yang menikah dengan Adi Saputro karena permintaan sang kakek disertai ancaman tidak akan mendapatkan warisan. Setahun kemudian Kara diceraikan oleh Adi karena sudah mendapatkan warisannya.
Pertemuannya dengan seorang CEO yang gesrek, pecinta dangdut, melokal luar dalam, membuat Kara pusing tujuh keliling tapi Rayden adalah pria yang sangat memuja Kara. Kehidupan keduanya pun diuji dengan tragedi.
Apakah Kara dan Rayden akan menemukan kebahagiaannya?
Cerita ini murni halu milik author
Follow Ig ku di hana_reeves_nt
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hana Reeves, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ke Beyond an Yang Haqiqi
Kara menatap judes ke suami meshumnya, ingat MESHUM pakai huruf H di tengah demi menekankan tingkat kemesuman yang sangat haqiqi, beyond dari segalanya, melebihi dari tingkat kestandaran yang di tetapkan oleh pihak regulasi bahasa.
Bagaimana tidak, lagi enak-enak bermimpi memborong banyak gelato, tiba-tiba ada yang menciumi dan menjilati dirinya bagaikan dirinya gelato di dalam cup. Sejurus kemudian dirinya merasa dingin dan kedua squishy nya pun menjadi sasaran jilatan, is*apan dan kulu*man belum ada sebuah tangan bergerilya di pangkal pahanya.
Mata Kara ingin terpejam lebih lama karena merasa ini membuat otak dan hormonnya saling bekerja sama untuk mengeluarkan kepuasan Dopamin di dirinya apalagi permainan jari dari pelaku yang sedang mencicipi gelato ganda miliknya membuat Kara mendapatkan pelepasannya yang pertama.
Setelahnya Kara merasakan banana split tanpa Cherry mulai memasuki milknya dan kali ini Kara tidak mau rugi. Enak saja mengganggu orang tidur! Kara membuka matanya dan melihat wajah Rayden yang tersenyum senang.
"Serangan fajar, Kara" bisiknya parau lalu menciumi ceruk leher istrinya sembari bergerak diatasnya.
"Gantian!" seru Kara.
"Hah?"
"Aku diatas! Enak saja kamu main gangguin aku!" Kara mendorong tubuh suaminya dan kini dia berada diatas.
Pagi itu Rayden benar-benar melakukan serangan fajar dan mendapatkan apa yang ndul inginkan sejak semalam.
***
"Kamu tuuuhhhh!" protes Kara ketika melihat leher dan dadanya tidak lolos dari kiss Mark dimana-mana sedangkan sang pelaku hanya santai menyalakan rokok setengah duduk di atas tempat tidur hanya mengenakan boxer.
"Aku kenapa sayang?" tanya Rayden polos.
"Lihat ini!" Kara menunjukkan bagian tubuhnya. Dirinya sudah mandi dan sedang mengeringkan rambutnya hanya dengan mengenakan bathrobe.
"Waaaahhh aku berbakat jadi Picasso ya sayang" cengirnya.
Kara mendelik. "Picasso gundulmu! Aku repot dong harus pakai turtle neck ini!"
Rayden lalu berdiri menuju ke tempat istrinya yang masih di meja rias dan memeluk Kara.
"Kok kamu tahu Picasso gundul?"
Kara menganga.
***
Kara sudah bersiap untuk sarapan ketika melihat suaminya masih Shirtless di depan walk in closet.
"Kamu kenapa mas?" tanya Kara.
"Gadha baju" keluhnya. Kara tercengang. Baju segitu banyak di lemari dibilang tidak ada?
"Lha ini? Baju bukan?" Kara mulai memilah jas dan kemeja yang cocok buat suaminya. "Ini sama ini gimana?"
Rayden tersenyum manis. "Kalau kamu datang begini kenapa tiba-tiba lemariku ada baju ya? Cocok tuh sayang. Aku dipakaikan yaa?" Kara hanya memincingkan matanya. Suami modus maksimal tuh memang deh!
Kara pun tidak menolak memakaikan kemeja itu ke tubuh suaminya yang sudah harum parfum lembut maskulin yang sudah sangat dihapalnya.
Sesekali Rayden mencuri ciuman entah di kepala atau kening Kara selama proses memakaikan kemeja dan dasinya.
"Duh yang dah ganteng kayak sekoteng" cengir Kara.
"Sekoteng? Kamu kira aku minuman jahe?"
"Lha aku dipanggil santan juga sama mas" sergah Kara.
"Tapi kan sesuai dengan namamu Kara Santanku" cengir Rayden sambil memeluk istrinya. "Haaaahhhh, rasanya nggak mau masuk kerja."
"Aku telpon papa Abe?"
Rayden langsung melepaskan pelukannya dan menatap Kara horor. "Awas kalau kamu berani telpon papa karena aku masih ingin enak-enak dengan istriku."
Kara tertawa. "Suamiku gemoy deh kalau lagi panik." Rayden berjalan keluar kamar sambil cemberut. Gawat ini kalau Kara satu server recehnya sama aku.
***
Kara sudah bersiap masuk mobil bersama suaminya yang sedang menelpon Jake. Hari ini Rayden ingin dijemput oleh asistennya karena dia malas nyetir Mercedes Benz G nya.
"Sebentar lagi Jake datang." Rayden memeluk istrinya dari belakang. "Istri siapa sih ini cantik dan wangi banget?" Rayden menciumi sisi leher Kara yang tertutup kerah baju.
"Please deh mas, kita tuh di teras kali" ucap Kara sambil berusaha melepaskan diri dari suaminya.
"Bolos sehari lagi yuk" ajak Rayden.
"Ditahan dulu ya mas. Kan sudah tadi pagi acara serangan fajar" kekeh Kara yang hatinya sangat bahagia memiliki suami yang benar-benar mencintainya.
"Iiihhh ditahan sehari yaaaa" keluh Rayden sambil meletakkan kepalanya di ceruk leher Kara.
"Nanti malam boleh kok" senyum Kara. Bahaya ini kalau suami meshumnya isi otaknya cuma itu!
Wajah Rayden langsung sumringah. "Benar ya? Nanti kita coba gaya baru!"
Kara hanya bisa melengos. Bener kaaaann!
***
Kara datang ke ruang kerjanya dan tampak Sophia sudah disana dan tersenyum padanya.
"Selamat pagi Bu. Maaf saya terlambat" Kara mengatupkan kedua tangannya.
"Belum terlambat kok Kara, hampir" tawa Sophia. "Aku maklum deh, pengantin baru soalnya."
Wajah Kara memerah.
"Bagaimana rasanya menikah lagi?" goda Sophia.
"Alhamdulillah suami saya yang ini lebih baik dari mantan. Mas Ray sangat memperhatikan saya."
"Bagus tuh. Kita harus mencari orang yang jauh lebih baik dari mantan tapi kalau kamu bertanya kenapa saya tidak mau menikah lagi, karena satu ada anak dan Jonathan sangat sangat selektif karena almarhum suami saya adalah suami terbaik di mata saya dan Jon. Kedua, saya nyaman hidup seperti ini meskipun terkadang sepi tapi jika saya sudah mendapatkan yang terbaik sebelumnya lalu saya mencari lagi namun tidak lebih baik, buat apa? Bikin sakit hati dan stress."
"Iya sih Bu" sahut Kara. "Saya bersyukur bertemu dan akhirnya menikah dengan mas Ray meskipun dia terkadang ajaib tingkah laku nya."
Sophia tertawa. "Mereka memang keluarga yang menyenangkan."
"Bu Sophia kenal dengan keluarga Takahashi?"
"Bu Ajeng Takahashi itu suka melakukan kegiatan sosial dan jika ada penggalangan dana, suka dilakukan di hotel ini. Jadi saya mengenal beliau dan dia benar-benar wanita yang mengagumkan sesuai dengan namanya."
Sophia pun melihat Kara. "Kamu itu ada miripnya dengan Bu Ajeng tapi apanya ibu tidak tahu. Awalnya hanya perasaan aku saja tapi kok makin mirip."
"Bukannya manusia di bumi itu punya paling tidak tujuh doppelganger?" senyum Kara.
"Mungkin ya?" kekeh Sophia. "Udah ah, yuk kita mulai kerja."
***
"Jadi si Kremi itu yang mulai utak utik data kita?" tanya Rayden kepada Jake dan Rafli.
"Iyes boss. Kayaknya kudu hati-hati sebab si Kremi eh si Adi eh... si Tole bisa jadi incar nona Kara boss." Rafli menatap Rayden.
"Berani dia dekatin Kara Santanku! Awas!" mata abu-abu Rayden berkilat marah.
"Boss, usul nih. Mbok ya manggil nona Kara tuh yang elit dikit kenapa? Kara kesayangan kek atau Kara istriku, bukan Kara Santanku. Kok kita yang denger rada gimana gitu boss" ucap Jake.
"Suka-suka gue lah! Secara gue kan suaminya hanya gue dan Tuhan yang tahu itu panggilan kesayangan buat Kara ku dari lubuk hati yang paling dalam!" dengus Rayden sambil menaikkan hidung mancungnya.
"Jake, percuma lu kasih nasihat ke boss. Rule number one. Boss tidak pernah salah kalau soal nona Kara. Rule number two, kalau salah balik ke rule number one" bisik Rafli.
Jake hanya bisa mengangguk. Boss mah bebas!
***
Yuhuuu Up Pagi Yaaaa
Thank you for reading and support author
Don't forget to like vote n gift
Tararengkyu ❤️🙂❤️
