NovelToon NovelToon
Let'S Mess Up The Story Line

Let'S Mess Up The Story Line

Status: sedang berlangsung
Genre:Reinkarnasi / Transmigrasi ke Dalam Novel / Epik Petualangan / Masuk ke dalam novel / Fantasi Isekai / Summon
Popularitas:3.5k
Nilai: 5
Nama Author: Mobs Jinsei

Kisah seorang pemuda yang meninggal akibat terlalu lelah bekerja dan dia bereinkarnasi ke dalam novel favoritnya. Namun dia tidak berinkarnasi menjadi main character, heroine, villain atau bahkan mob sekalipun, dia menjadi korban pertama sang villain yang akan membuat sang villain menjadi villain terkejam dan menggerakkan seluruh alur di novelnya.

Tapi ketika dia baru bereinkarnasi, dia langsung melakukan plot twist yang sudah pasti akan mengubah jalan nya alur cerita atau malah menghancurkan alur cerita yang sudah tersusun rapi, dia tidak mati dan malah membunuh villain yang seharusnya membunuhnya. Jadi selanjutnya apa yang akan terjadi dengan alur cerita novel yang di sukainya itu ?


Genre : Fantasi, komedi, drama, action, sihir, petualangan.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mobs Jinsei, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Chapter 4

Hari sudah sore, “greek,”tedengar suara gerbang desa di buka, “ketoplak...toplak,” kuda melangkah masuk ke dalam menarik kereta di belakangnya. Ray melihat keluar, dia melihat banyak rumah rumah kecil yang berjarak sedikit jauh dari satu rumah ke rumah lain dan terbuat dari batu yang di topang oleh kayu dengan design rumah pedesaan jaman eropa kuno. Terlihat juga asap keluar dari cerobong asap rumah rumah menandakan setiap rumah memiliki perapian untuk memasak karena tercium harumnya wangi masakan yang berbeda dari setiap rumah.

“Aaaaah...benar benar desa yang nyaman,” ujar Ray dalam hati dengan mata berbinar dan senyum lebar menghiasi wajahnya.

“Grek,” “hiihiee,” kereta berhenti, Matthew, Ariane, Shamir dan Frill langsung bergegas turun dari kereta, sebelum turun, Frill menoleh melihat Ray yang masih berlutut di atas kursi melihat keluar jendela,

“Ayo turun,” ajak Frill.

Ray menoleh, dia melihat wajah Frill yang kepalanya tertutup kerudung, ternyata Frill sangat cantik dengan bentuk wajah seperti daun dan pipi yang berlesung pipit, matanya yang hijau nampak ramah menatap Ray. Dia menjulurkan tangannya mengajak Ray turun walau tidak ada senyum di wajahnya.

“I..iya,” ujar Ray.

Ray menyambut tangan Frill kemudian keduanya melompat turun dari kereta, ketika menjejak tanah, barulah Ray melihat dengan jelas suasana desa yang ramai, penduduk desa yang memakai tunic, busana ala eropa jaman dulu berdatangan menyambut Matthew dan lainnya yang baru saja turun dari kereta. Seorang kakek bertubuh tegap, berjanggut putih lebat dan memakai rompi kulit maju menerobos kerumunan dan berdiri di depan Matthew.

“Kepala desa, kami sudah berhasil menumpas perkampungan goblin di dalam hutan, ini buktinya,”

“Blugh,” Matthew menjatuhkan sebuah kantung besar yang dia panggul ke tanah, kepala desa membukanya, aroma busuk langsung merebak sampai membuat seluruh penduduk desa menutup hidung mereka, ternyata di dalam kantung besar itu banyak sekali potongan telinga goblin yang masih segar dan berdarah. Kepala desa menutup kembali kantungnya dan mengikatnya dengan rapat supaya aromanya tidak keluar, kemudian dia menatap Matthew di depannya, tangannya naik memegang kedua tangan Matthew,

“Terima kasih petualang, terima kasih, kami akan siapkan hadiah nya dan memberikannya kepada guild di kota Lindhorn, tolong kalian kunjungi mansion tuan tanah kami di ujung desa ini dan melapor kepada beliau besok bersama ku,” ujar kepala desa.

“Dengan senang hati, kek,” balas Matthew.

“Malam ini kalian boleh menginap di tempat ku, ada banyak kamar di rumah ku, kalian boleh memakainya sesuka kalian sebagai ucapan terima kasih,” balas kepala desa.

“Terima kasih kek,” balas Matthew tersenyum.

Kemudian kepala desa melepaskan kedua tangan Matthew dan mengajak Matthew bersama kelompoknya untuk menuju ke kediamannya. Ray ikut bersama mereka sambil melihat sekeliling dan suasana desa yang benar benar baru bagi dirinya dengan hati yang senang. Ketika sampai di depan rumah kepala desa, Ray terkejut karena dia mengenal bentuk rumah yang memanjang ke samping itu dan beratapkan genteng tanah liat.

“Loh...aku pernah lihat rumah ini dimana ya ?” tanya Ray dalam hati.

“Kenapa Ray ?” tanya Frill yang berdiri di sebelah Ray.

“Tidak apa apa, hanya saja rumahnya besar haha,” jawab Ray.

“Tentu saja besar, kalau tidak, mana mungkin dia mengajak kita menginap disini,” balas Shamir di sebelah Ray.

Setelah Matthew masuk bersama kepala desa, Ariane menoleh melihat Frill, Ray dan Shamir di belakangnya,

“Ayo masuk, (menoleh melihat Ray) kamu ikut bersama kita saja ya, tidak usah di penginapan depan,” ujar Ariane.

“Iya kak, terima kasih,” balas Ray.

Ke empatnya berjalan menyusul Matthew dan kepala desa yang sudah duluan masuk, ketika di depan pintu, kepala desa menjulurkan tangannya ke gagang pintu untuk membukanya, tapi “kreek,” pintu terbuka dari dalam,

“Kakek,” teriak dua anak muda yang baru berusia 12 tahun ketika membukakan pintu.

“Huh,” Ray langsung kaget ketika melihat dua anak muda  yang seusia dengan dirinya itu, tangannya langsung menarik tangan Shamir,

“Kak nanya, nama desa ini ?” tanya Ray berbisik.

“Desa Ragal, kenapa ?” tanya Shamir bingung melihat Ray.

“Jleger,” kepala Ray langsung terasa bagai tersambar petir, di depannya terlihat dua anak muda kembar yang seusia dirinya, satu laki laki dan satu perempuan, bermata merah dan berambut silver sama seperti dirinya.

“Oh tidak...kenapa aku malah ke desa mereka,” ujar Ray dalam hati.

Frill menarik Ray masuk ke dalam karena melihat Ray yang tertegun tidak bergerak berdiri di depan pintu. Ketika masuk ke dalam rumah, barulah Ray sadar kalau dia pernah melihat ilustrasi bagian dalam rumah di novelnya dan kemudian di adaptasi di manga juga anime. Semua benar benar sesuai seperti gambarnya, mulai dari meja ruang tamu yang terbuat dari kayu berserta kursi kursinya, meja makan yang lumayan panjang di dalam, sebuah rak batu yang halus dan indah di dapurnya, pintu pintu kamar yang terbuat dari batang kayu dan perapian yang menyala dengan banyak lukisan di atasnya.

“Keparat....ilustrasi desanya ga ada makanya aku ga sadar, ternyata aku malah kesini dan kakek itu....kenapa author sama sekali tidak menyinggung kalau mereka punya kakek...oi author, mereka punya kakek, liat tuh di depan, kakek mereka, kepala desa lagi...hadeh,” ujar Ray marah marah dalam hati.

“Kami pulang,” terdengar suara seorang pria di belakang.

Ray berbalik, dia melihat sepasang suami istri yang memakai pakaian pelindung (armor) dari kulit dan membawa senjata. Tentu saja dia mengenal sepasang suami istri itu karena mereka ayah dan ibu dari kedua pahlawan di dalam novel,

“Jonah,” teriak Matthew sambil tertawa dan merentangkan tangannya.

“Matthew,” teriak Jonah, ayah dari dua pahlawan.

Keduanya langsung saling berpelukan dan tangan mereka menepuk punggung masing masing, Ariane terlihat mendekati sang istri dan memeluknya,

“Apa kabar Elena,” sapa Ariane.

“Baik baik...Ariane, kamu sendiri apa kabar ?” tanya Elena, ibu dari dua pahlawan.

“Tentu aku baik baik saja, sama dengan mu,” jawab Ariane.

Keduanya kemudian tertawa dan saling merangkul, mereka duduk di kursi bersebelahan dan mulai mengobrol. Ray tertegun melihat semua itu, tiba tiba pundak dan tangannya di pegang seseorang, ternyata si kembar sudah berdiri di sebelah kanan dan kirinya, mereka menatap Ray dengan mata mereka yang merah dan tersenyum lebar,

“Siapa namamu ? namaku Liam,” ujar Liam, si kembar laki laki.

“Ray,” jawab Ray singkat.

“Wah kamu sepertinya seusia dengan kami ya, oh ya, namaku Laura, salam kenal Ray,” ujar Laura, si kembar perempuan sambil memegang tangan Ray.

“I..iya, salam kenal (waaaaa kenapa....aku malah bertemu dengan Liam dan Laura yang ingin ku hindari),” balas Ray tersenyum menyembunyikan apa yang ada di hatinya.

“Ray, kamu kok mirip kita ya ?” tanya Liam.

“Mirip apanya ?” tanya Ray.

“Mata dan rambut kita mirip hehe,” jawab Laura.

“Ma..masa sih haha,” balas Ray.

“Iya, kayaknya kita cocok nih, (menoleh melihat Laura) benar tidak Laura,” ujar Liam ceria.

“Iya kak Liam, benar,” balas Laura ceria.

“Kita kembar tiga hahahaha,” teriak keduanya bersamaan sambil merangkul Ray bersamaan dengan ceria.

“Ha...ha...ha,” Ray hanya bisa memaksakan dirinya tertawa tanpa bisa menjawab apa apa mendengar ucapan keduanya.

1
Vemas Ardian
semangat Thor, jangan buat Charlotte sebagai bebannn
Mobs Jinsei: siap kak, makasih dukungan nya
total 1 replies
Aryanti endah
wahahahaha.. lain sendiri senjatanya 😂😂😂
Mobs Jinsei: makasih dukungan nya ya kak
Mobs Jinsei: iya haha
total 2 replies
Eight
lanjut thorr
Mobs Jinsei: siap, makasih dukungan nya kak
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!