Nona Muda Jadi Anak Pembantu

Vanessa kembali ke ruangan, dan saat itu semua orang sudah bersiap untuk pertandingan final hari itu.

Vanessa pun mengambil posisinya, dia menyalakan ponselnya lalu memasuki game dan mengangkat kepalanya menatap Heriyani yang tepat berada di hadapan mereka.

'Kau mencari gara-gara, Maka jangan salahkan aku!' kata Vanessa dalam hati yang sudah siap untuk memberi pelajaran pada Heriyani lewat permainan yang akan mereka mainkan.

Komentator yang duduk bersama rekannya dengan semangat mengomentari jalannya pertandingan meski masih di tahap pemilihan Hero.

Salah seorang komentator berkata, "Dari sini kita melihat bahwa wajah para pemain tampak lebih serius dari biasanya. Sepertinya karena ini final dan akan memperebutkan hadiah senilai 4,5 juta yen. Hadiah yang sangat fantastis di pertandingan kali ini."

Komentator lain menganggukkan kepalanya, "benar sekali, tapi saya di sini melihat raut itu aja Heriyani tampaknya tidak terlalu serius, dia seperti sedikit gelisah, Padahal dia menggunakan masker namun kita tetap bisa melihat kegelisahannya di sana," kata Sang komentator.

"Benar sekali, mungkin hari ini dia tidak enak badan atau sedang memikirkan sesuatu yang lain. Dan kita akan melihat sekarang mereka akan menentukan siapa yang akan menjadi pemain cadangannya," ucap sang komentator saat 30 detik dihitung mundur Untuk menentukan siapa yang menjadi pemain cadangan.

Tentu saja Vanessa tidak bisa menjadi pemain cadangan sebab perempuan itu memiliki andil yang sangat penting dalam tim mereka sehingga dia hanya duduk dengan tenang melihat ke arah teman-temannya yang berdiskusi.

Sesekali melirik ke arah Heriyani dan untungnya saat itu Heriyani tidak menjadi seorang pemain cadangan yang bisa membuat Vanessa menunjukkan pada perempuan itu Bagaimana balas dendam yang sesungguhnya.

Setelah waktu 30 detik berakhir, maka pertandingan akhirnya dimulai.

Vanessa memegang peranan terdepan dalam penyerangan di tim mereka karena dia menggunakan Hero assassin yang memiliki pergerakan yang sangat lincah dan kemampuan mengecoh lawan yang sangat baik sehingga bisa membunuh lawan hanya dalam sekejap.

Hal ini membuat Vanessa tersenyum, setelah menyelesaikan tugasnya membunuh beberapa buff, Vanessa bergerak menuju lane yang ditempati oleh Heriyani yang menggunakan Hero mage.

Set set set...

Hanya dalam sekejap, Vanessa langsung membunuh Hero dengan darah yang lemah tersebut.

Heriyani menggertakkan giginya, ia meletakkan ponselnya sambil diam-diam mengangkat kepalanya menatap Vanessa dengan kesal.

'Seharusnya aku diberikan kesempatan untuk menggunakan hero yang lebih kuat, tapi malah disuruh menggunakan baju, hero ini terlalu lemah di awal pertandingan! Kalau aku tidak bisa menghindari kematian di awal pertandingan, maka sampai akhir Aku tidak akan berguna di sini!' ucap Heriyani dalam hati yang jelas tahu bagaimana peraturannya.

Maka setelah heronya selesai di restart, Heriyani lebih berhati-hati dalam pergerakannya, dia bahkan lebih banyak berada dalam turet hanya untuk melindungi diri sebab cemas Vanessa akan muncul lagi.

Vanessa bisa menyadari ketakutan Heriyani sehingga dia tersenyum dan pergi membunuh seorang lawan lainnya.

Sebelum akhirnya dia meminta rekan satu tim kerjanya untuk menemaninya ke tempat Heriyani berada.

Saat itu, mereka bersembunyi di dalam rumput dan melihat hero Heriyani berada dalam tarik sambil berputar-putar.

Setelah menunggu semua skillnya terbuka, maka Vanessa dengan cepat menggunakan skill berpindah tempat yang cepat lalu masuk ke dalam turret dan 2 gerakan terakhir dikombinasikan membunuh langsung Hero milik Heriyani.

Nyawa Vanessa hampir saja habis karena serangan dari turret, tetapi saat itu untungnya teman satu timnya dengan cepat menolongnya mengorbankan diri.

Heriyani menggertakkan giginya, dia sangat marah atas apa yang terjadi itu, terutama saat mendengar komentar komentator.

"Luar biasa! Sebuah kombinasi dari dua hero yang mengincar pahlawan yang berlindung di bawah turret. Sepertinya ini akan mempersulit Heriyani untuk kedepannya, karena dia menjadi pemain dengan gold terendah yang telah mati dua kali di menit ketiga pertandingan," ucap salah seorang komentator.

"Benar sekali, tampaknya saat ini tim Mars harus berjuang lebih keras lagi, dan lebih berhati-hati lagi terhadap serangan dari serangan lawan, terutama dari Vanessa yang bergerak begitu cepat dan memainkan trik dengan sangat hebat," kata komentator yang lain.

Pada saat Heriyani terus mendengar kata-kata sang komentator sambil menunggu heronya selesai di restart, dia menggertakan giginya ketika tiba-tiba saja dia merasa semakin gelisah dan pahanya kini tidak tinggal diam, saling bergesekan satu sama lain untuk mengeringankan sesuatu yang aneh dalam dirinya.

Merasa begitu gelisah, Heriyani mengambil minumannya yang ada di samping, minuman yang masih sama dengan yang sebelumnya diberikan pada Vanessa dan kemudian menghabiskan minuman itu dengan harapan bisa meredakan rasa gelisahnya.

Tetapi tidak dia sadari bahwa minuman itu malah akan semakin memperparah keadaannya, bahkan akan membuatnya sangat dipermalukan dalam beberapa waktu ke depan.

Dia kembali masuk ke dalam pertandingan, namun rasa gelisah dan ketidaknyamanannya membuat dia tidak berkonsentrasi dalam pertandingan hingga dia kembali mati di tangan Vanessa dan kehidupan berikutnya kembali mati mati mati dan mati.

Hal itu membuat teman-teman satu tim Heriyani menjadi sangat kesal, "bisakah Kau bermain dengan baik dan tidak terus-menerus memberi makan pada musuh?!" gerutu salah seorang pria sambil menatap sinis ke arah Heriyani.

Tetapi Heriyani tidak melihat tatapan itu, dia mencengkram pahanya dengan kedua tangannya sampai kuku-kukunya memberikan sensasi sakit yang luar biasa dan itu sedikit membuatnya merasa lebih baik.

Tetapi tidak berlangsung lama, saat heronya kembali hidup, dia sudah berada dalam kondisi yang sangat buruk.

"Ahh,h,,," Heriyani meleguh sambil menggesekan kedua pahanya, entah kenapa sensasi yang ia rasakan dari sentuhan kulit yang bergesekan membuatnya merasa lebih nyaman.

Tidak ada yang memperhatikannya, namun saat ini tangannya telah gemetar memegang ponselnya, dan dia tidak bisa lagi melihat layar dengan benar.

Heriyani menjalankan permainan begitu saja sampai akhirnya dia kembali mati di tangan Vanessa.

Apalagi saat ini, wilayah yang mereka kuasai Tim Mars semakin terdorong, semakin banyak diambil alih oleh lawan sehingga detik-detik ini mereka berada di puncak ke kalahan.

Manajer Heriyani yang melihat hal itu menggigit Bibir bawahnya, 'Kenapa jadi Heriyani yang terlihat seperti orang yang terpengaruh obat? Padahal seharusnya vanessalah yang bersikap seperti itu!' ucap sang manajer dalam hati yang kebingungan sendiri dengan apa yang sedang terjadi.