Kalian Bisa Dukung aku di link ini :
https://saweria.co/KatsumiFerisu
Seorang pengguna roh legendaris, yang sepanjang hidupnya hanya mengenal darah dan pertempuran, akhirnya merasa jenuh dengan peperangan tanpa akhir. Dengan hati yang hancur dan jiwa yang letih, ia memutuskan mengakhiri hidupnya, berharap menemukan kedamaian abadi. Namun, takdir justru mempermainkannya—ia terlahir kembali sebagai Ferisu Von Velmoria, pangeran ketiga Kerajaan Velmoria.
Di dunia di mana setiap orang memiliki kesempatan untuk menjalin kontrak dengan roh, Ferisu justru dikenal sebagai "Pangeran Sampah." Tidak ada roh yang mau menjawab panggilannya. Dipandang sebagai aib keluarga kerajaan, ia menjalani hidup dalam kemalasan dan menerima ejekan tanpa perlawanan.
Tetapi saat ia masuk ke Akademi Astralis, tempat di mana para ahli roh belajar tentang sihir, teknik, dan cara bertarung dengan roh, sebuah tempat terbaik untuk menciptakan para ahli. Di sana Ferisu mengalami serangkaian peristiwa hingga akhirnya
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Katsumi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 15 : Hari Pertama
Pagi itu, langit gelap diselimuti awan kelabu, hujan gerimis turun perlahan, membasahi setiap sudut kota. Para bangsawan datang dengan kereta kuda megah, berhenti di depan gerbang Akademi Astralis. Mereka berlari kecil menuju gedung utama, menghindari hujan agar seragam mereka tetap kering dan rapi.
Di sisi lain, rakyat biasa berjuang melawan dinginnya pagi dengan mantel sederhana, berusaha melindungi seragam mereka dari basah dan kotor akibat lumpur.
Namun, di tengah kesibukan itu, seorang pemuda berjalan santai tanpa terganggu oleh hujan. Air membasahi rambut dan seragamnya, tapi dia tak peduli. Dialah Ferisu, melangkah dengan tenang menuju gedung utama, seakan hujan hanyalah angin sepoi-sepoi baginya.
Hari itu adalah hari pertama tahun ajaran baru di Akademi Astralis. Semua murid, baik bangsawan maupun rakyat biasa, berkumpul di aula utama yang besar. Tempat itu cukup luas untuk menampung ratusan siswa yang diterima di akademi.
Ferisu memilih tempat duduk di sudut ruangan, tempat strategis yang memudahkannya keluar setelah acara selesai. Di sekelilingnya, para siswa tampak bersemangat, saling bercengkerama atau memandang kagum pada arsitektur megah aula tersebut. Namun, Ferisu hanya bersandar di kursi dengan wajah bosan, menunggu acara selesai.
...----------------...
Acara dimulai dengan suara lantang pembawa acara, salah satu instruktur yang dikenal tegas. Setelah sambutan singkat, pidato panjang dari kepala sekolah dimulai. Untaian kata-kata yang megah itu cukup untuk membuat sebagian siswa mulai menguap, termasuk Ferisu yang sudah setengah mengantuk.
"Ini tidak ada akhirnya, ya?" gumam Ferisu sambil menyandarkan dagu ke tangannya.
Namun, suasana aula berubah ketika seorang nama dipanggil.
"Viana Voltaire," ujar pembawa acara dengan nada penuh hormat.
Ruangan mendadak hening. Semua mata tertuju pada seorang gadis yang melangkah anggun menuju podium. Rambutnya panjang dan berkilau seperti emas, matanya hijau cerah bagai zamrud, dan kulitnya seputih susu, memancarkan aura kemurnian. Wajah cantiknya membuat setiap orang terpesona, hingga mereka tak sadar menahan napas.
Viana Voltaire, putri Duke Gigas Voltaire, dikenal sebagai sosok berbakat luar biasa. Dia memiliki dua atribut sihir, Air dan Petir, serta menjalin kontrak dengan dua roh kuat: Thunder Bird dan Jormugar, naga air.
Pidatonya singkat, namun penuh semangat. Kata-katanya menghidupkan antusiasme setiap murid di aula, kecuali Ferisu.
"Ini tidak berakhir juga, ya?" gumam Ferisu sambil menutupi mulut yang menguap.
Acara akhirnya selesai, dilanjutkan dengan pembagian kelas. Murid-murid berkumpul di papan pengumuman untuk mencari nama mereka.
Ketika Ferisu melihat daftar tersebut, ia mendapati dirinya satu kelas dengan dua tunangannya, Licia dan Erica. Namun, yang lebih mengejutkan, nama Viana Voltaire juga tertera di daftar itu.
Ferisu mendengus kecil. "Hebat, aku dikelilingi para bintang," gumamnya merasa ia akan kesulitan mendapatkan ketenangan.
Di sisi lain, Erica tampak menahan kekesalan. "Kenapa aku harus satu kelas dengan dia?" pikirnya, merujuk pada Ferisu.
Sementara itu, Licia justru tersenyum ceria. "Kita satu kelas, Ferisu-sama! Ini pasti akan menyenangkan!" katanya sambil memeluk lengan Ferisu.
Dan Viana? Dia hanya menatap Ferisu sekilas, dengan tatapan tajam yang sulit diartikan, sebelum beranjak pergi tanpa sepatah kata.
Hari pertama di Akademi Astralis baru saja dimulai, dan Ferisu tahu, hari-harinya di sini akan jauh dari kata membosankan.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
...----------------...
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Kelas 1-D dipenuhi dengan atmosfer khas hari pertama: penuh rasa ingin tahu, kecemasan, dan antusiasme. Di ruangan itu, Ferisu duduk di salah satu sudut dengan posisi yang tampak santai, matanya setengah terpejam. Kelas tersebut berada di bawah pengawasan Instruktur Edward, seorang pria berpenampilan tegas dengan rambut hitam pendek dan bekas luka samar di pipinya, menambah aura ketegasan.
"Baiklah, mari kita mulai dengan perkenalan diri. Sebutkan nama, asal kalian, dan keahlian apa pun yang kalian miliki," ujar Edward dengan nada mantap, memulai sesi pertama.
Satu per satu siswa berdiri, memperkenalkan diri mereka dengan penuh semangat. Ada yang membanggakan keterampilan sihir mereka, ada pula yang memamerkan kemampuan bertarung dengan senjata tertentu.
"Aku Markus Grimwald, ahli pedang beratribut api! Aku yakin akan menjadi yang terbaik di kelas ini!" seru seorang siswa dengan nada percaya diri.
"Aku Selena Frost, pengguna sihir es. Aku bercita-cita menjadi penyihir hebat seperti ibuku," ujar seorang gadis lain dengan senyum anggun.
Setiap siswa memperkenalkan dirinya dengan nada optimis, menciptakan suasana yang semakin hidup.
Namun, ketika giliran Ferisu tiba, suasana langsung berubah. Semua mata tertuju pada sang pangeran ketiga, menunggu apa yang akan dia katakan.
Ferisu berdiri dengan gerakan malas. Wajahnya yang setengah mengantuk dan rambutnya yang sedikit berantakan semakin memperkuat kesan tidak peduli.
"Namaku Ferisu von Velmoria. Seperti yang kalian tahu, aku adalah Pangeran ketiga Kerajaan ini," ucapnya dengan nada datar. Dia menambahkan, "Itu saja," sebelum langsung duduk kembali.
Ruangan hening untuk beberapa saat, sebelum bisikan-bisikan mulai terdengar dari berbagai sudut.
"Jadi itu pangeran sampah yang dibicarakan orang-orang?"
"Dia terlihat malas sekali. Bahkan tidak seperti bangsawan."
"Rumor itu memang benar, dia tidak punya keahlian apa pun."
Beberapa siswa terlihat menahan tawa, sementara yang lain memandangnya dengan campuran rasa penasaran dan penghinaan.
Edward mengetuk mejanya, menghentikan bisik-bisik para siswa. Tatapannya tajam, membuat suasana kembali tenang.
"Diam!" katanya singkat namun penuh otoritas. "Apakah kalian lupa di mana kalian berada? Akademi ini adalah tempat untuk belajar dan berkembang. Status dan latar belakang tidak berarti apa-apa jika kalian tidak membuktikan diri di sini."
Suasana kelas menjadi tegang. Para siswa saling pandang, tak berani melanjutkan gosip mereka.
Edward melanjutkan dengan suara yang lebih tenang, "Setiap orang akan dinilai berdasarkan kerja keras dan hasil. Termasuk Pangeran ketiga. Tidak ada yang istimewa di sini."
Mendengar itu, Ferisu hanya tersenyum kecil, entah karena terhibur atau tidak peduli.
Rasa Penarasan dan Ejekan Diam-Diam
Meski suasana kembali terkendali, bisik-bisik tentang Ferisu tetap terpendam di pikiran banyak siswa. Beberapa mulai menganggap Ferisu sebagai bahan lelucon, sementara yang lain penasaran dengan sifat aneh pangeran itu.
Di sisi lain, Erica yang juga berada di kelas tersebut, hanya menatap Ferisu dengan tatapan penuh kecurigaan. "Dia memang seperti ini. Tapi aku yakin ada sesuatu yang dia sembunyikan," gumam Erica dalam hati.
Dan Licia? Dia tetap tersenyum ceria, tak peduli dengan pandangan negatif orang-orang terhadap Ferisu. Bagi Licia, Ferisu adalah penyelamatnya, dan itu cukup baginya untuk setia berada di sisinya.
Hari pertama di kelas 1-D baru dimulai, namun dinamika yang unik sudah mulai terbentuk. Tapi ada satu hal yang pasti, Ferisu berniat untuk terus bermalas-malasan selama di akademi.
raja sihir gitu lho 🤩