Bocil hati² ya🤭 👇
JUAN BARATA (38 TH), Pemilik sebuah Rumah Sakit ternama, seorang duda tampan memiliki 2 anak laki-laki.
FEMA SANDRA (30th), Pemilik sebuah butik yang cukup terkenal, seorang janda yang memiliki 1 anak perempuan.
Pihak keluarga Fema dan Juan tiba-tiba memaksa Juan dan Fema untuk menikah, meskipun mereka keras menolak. Terlebih lagi kedua putra Juan tidak menginginkan kehadiran ibu tiri.
Sedangkan Marsha, putri dari Fema, sangat menginginkan seorang ayah. Marsha bahkan selalu bertingkah manja menggemaskan terhadap ayah dan dua kakak tirinya itu, sedangkan Jerry dan Ferrdo selalu bersikap jutek.
4 bulan adalah waktu yang diberikan. Jika memang tidak ada ketertarikan, maka boleh bercerai.
Akankah tumbuh cinta diantara mereka? Akankah hubungan itu bertahan?
Cerita ini akan diwarnai dengan berbagai rasa. Kalian mau tau? Yuk baca dan jangan lupa dukung author ya jika kalian suka dengan cerita ini.
Ah, Semoga saja kalian menyukainya. hehe.
(Bagi kalian
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Reetha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Berpura-pura
Lama Juan menatap istrinya yang tengah tertidur nyenyak itu. Hanya saat seperti inilah Juan berani menatap lama istrinya. Sebenarnya ingin sekali Juan duduk di samping istrinya untuk menjadi sandaran bagi kepala Fema. Namun, pria ini rasanya tidak percaya diri.
5 menit, 10 menit, 20 menit, Juan masih menatap wajah cantik itu. "Istriku memang sangat cantik," batinnya. Entah sudah keberapa kali ia memuji kecantikan wanita yang telah dinikahinya ini.
"Emmmmmm" Fema mulai menggerakkan tubuhnya.
Juan yang duduk diseberangnya itu cepat-cepat menutup mata. Ia tidak ingin kedapatan oleh Fema bahwa sedari tadi ia telah menatap istrinya dengan sangat lama.
Fema mulai membuka matanya. Netranya auto terbuka lebar saat melihat ada Juan, duduk di sofa yang berseberangan dengannya.
"Juan?" Fema terlihat menutup matanya rapat lalu menggeleng kepalanya beberapa kali, untuk menormalkan penglihatannya.Ternyata benar, Juan sudah berada di ruangannya itu dan tertidur. Tentu saja Juan sedang brpura-pura tidur. Matanya memang terpejam, tetapi pendengarannya berfungsi dengan benar. Ia bisa mendengar saat namanya keluar dari bibir wanita itu.
"Kenapa malah duduk disitu? Bukankah lebih tepat jika duduk dan tertidur disebelahku?" gumam Fema.
5 menit, 10 menit, Juan menunggu, kira-kira istrinya akan menggumam apa lagi? Karena penasaran dengan keheningan ini, Juan pelan-pelan membuka matanya. Ia dapat melihat dengan jelas dari cela matanya, bahwa istrinya tengah tertegun memandangnya, menopang dagu dengan satu tangan.
"Astaga.. dia mulai membuka matanya?" Fema tersadar dari lamunanya saat melihat mata Juan mulai terbuka. Tidak ada yang dapat ia lakukan selain berpura-pura tidur.
Juan hanya bisa tersenyum melihat tingkah lucu dari istrinya ini. "Astaga, dia sangat lucu. Apa ini? Berpura-pura tidur?" batin Juan.
Entah kenapa? Juan yang tidak pernah jahil tiba-tiba timbul niatnya untuk mengusili istrinya ini. Ia mendekati Fema dan berkata "Lama sekali tidurnya. Kalau seperti ini, nanti lehermu bisa patah" ia pun menggendong tubuh istrinya yang sedang berpura-pura tidur itu, bermaksud memindahkannya di kasur empuk, bersama Marsha.
"Astaga, bukannya membangunkanku, dia malah menggendongku? Apa ini? Lalu aku harus bagaimana? Berpura-pura terbangun?" batin Fema.
Tiba di ruangan itu, ternyata Marsha sudah bangun.
"Pa... mama tertidur?" tanya nya pelan dengan nada berbisik. Juan menjawab "iya.. sekarang gantian, mama sama papa mau istirahat, Marsha jangan ribut yah!" Juan sengaja berbisik pelan.
"Oke pa, Marsha mau keluar lanjut kerjakan tugas dari bu guru dulu ya.."
Juan menjawab dengan mengacungkan jempol.
"Waduh, bagaimana ini? Berdua saja dengannya? Aku sangat malu jika harus bangun dan hanya ada kami berdua."
Juan membaringkan tubuh Fema di atar kasur, lalu menatap lekat istrinya tanpa berniat menjauhkan diri dari istrinya ini.
Seakan sedang memeluk guling, Fema melingkarkan kedua tangannya, memeluk Juan dan menenggelamkan wajahnya di dada Juan, tetap dengan matanya yang terpejam.
"Hmmmmm. Suamiku sangat wangi. Dia pandai dalam memilih aroma yang aku sukai. Ternyata berpura-pura tidur adalah pilihan yang tepat." batin Fema. Ia merasa nyaman membenamkan wajahnya disana, menghirup aroma menggoda dari tubuh suaminya itu.
"Apa maksudmu? Kau sedang melayangkan kode wellcome padaku?" Juan benar-benar dibuat panas dingin oleh kelakuan istrinya ini.
"Kalau ingin, kenapa tidak bilang? Apa dia mau aku memulainya? Atau dia hanya ingin seperti ini saja? Baiklah mari kita ikuti apa maunya. Jika dia memelukku seperti ini, maka jangan salahkan aku membalasnya." Juan mengelus kepala Fema dengan sangat hati-hati. Ia memberanikan diri mengecup puncuk kepala istrinya.
Terlepas dari menggodanya aroma dari rambut istrinya, ini juga didorong atas unsur kesengajaan. Juan ingin melihat reaksi Fema ketika tahu apa yang Juan lakukan.
"Diaa.. mencium rambutku?? Tunggu! Apa tadi pagi aku berkeramas dengan benar? Ah semoga saja aroma shampo itu masih terasa.!" Fema hanya bisa berteriak dalam hati.
"Akulah yang keterlaluan. Apa yang ku pikirkan sehingga dengan beraninya memeluknya saat seperti ini!? Tapiiii... apa dia menikmatinya?..
Tangan Juan mulai berpindah. Dari elusan di kepala, kini bergeser mengelus punggung Fema.
"Uuuuuhhh.. dia mengelus punggungku.. apa ini bisa dinamakan dengan gayung bersambut?" Fema bersorak dalam hati merasakan sentuhan tangan suaminya.
"Andai saja bisa seperti ini setiap hari, aku tidak akan menghawatirkan bulan keempat sialan itu lagi. Aaahh.. apa yang kupikirkan? Bukankah kami memutuskan untuk menciptakan hubungan ini agar tidak terancam punah? Apakah suamiku ini masih mengingat komitmen itu? Dia tidak lupa kan? Tapi kenapa dia tidak pernah menyinggung tentang itu?" Fema bermonolog dalam hati.
"Andai saja istriku ini bisa ku sentuh setiap hari seperti ini. Rasanya pasti membahagiakan. Aaah biarlah semuanya mengalir dengan sendirinya. Tapi, ini sudah berapa menit? sampai kapan kami seperti ini?" Juan mulai terasa mengantuk.
5 menit kemudian, Fema sudah tidak merasakan elusan yang memabukkan itu lagi dari tangan suaminya.
Juan telah menutup matanya. Tangannya ia sengaja lingkarkan untuk balas memeluk istrinya itu. Wahhh dia benar-benar mengikuti permainan Fema.
"Oh tidak. Posisi apa ini? Seperti adegan di film-film. Tapi terasa sangat nyaman. Suamiku juga memelukku. Aku merasa sangat senang." Fema kembali bersorak gembira dalam hati.
Pelan-pelan Fema mendongakkan kepalanya setelah menebak bahwa suaminya ini sedang tertidur.
"Wah... dia tertidur lagi. Dia terlihat sangat tampan," gumam Fema, dan itu berhasil membangunkan Juan, tapi pria itu tidak membuka mata. Dia penasaran, apa yang akan dikatakan oleh istrinya ini lagi.
Dengan hati-hati, Fema melepaskan diri dari suaminya itu. Saat ingin berbalik dan membiarkan Juan beristirahat, tangan Juan malah memeluk pinggangnya dengan santai, seperti yang tadi dilakukan Fema saat berpura-pura tidur.
"Oh.. my.. God" ucap Fema, saat Juan dengan sengaja mengeratkan pelukannya, belum lagi kedua wajah mereka, saat ini sangat berdekatan, hampir bersentuhan. Fema dapat mendengar gemuruh jantungnya yang berada di dalam sana.
"Papa sayang, apa yang harus aku lakukan? Kau membuatku sangat gugup." gumam Fema pelan. Tangan Fema mulai melakukan apa yang tadi ia terima dari Juan. Ia mengelus kepala suaminya ini sambil terus menatap wajah yang hanya berjarak 2 cm di depannya.
Dengan sendirinya, ia mendekatkan lagi wajahnya untuk mencuri kecupan di wajah itu. CUP.
Fema terkejut bukan main, karena saat berhasil mencuri ciuman itu, Juan membuka matanya.
Kini, keduanya saling menatap, tanpa mengatakan apapun. Sibuk dengan pikiran masing-masing. Dengan jantung yang berdetak tidak beraturan. Situasi macam apa ini? Bagaimana mereka harus menjelaskannya?
.
.
Bersambung.
Guys... terima kasih atas dukungan kalian😁