Kisah reinkarnasi dari seorang putri mafia yang meninggal akibat di bunuh musuh ayahnya membawanya ke jaman dinasti Hong dan menjadikannya pengantin wanita untuk seorang pangeran tampan.
Putri Liu Lie Han adalah pemilik asli tubuh yang di pakai Lisa di kehidupan barunya,kematian tragis yang menimpa putri Lie mengharuskan Lisa membalas dendam pada orang yang menindas pemilik tubuh dan akan di teruskan dengan senang hati oleh Lisa sang putri mafia.
Keahlian dan kecantikannya banyak menjadi sorotan di semua kalangan hingga menyebabkan pangeran Ji Jun Xiao gelisah di buatnya
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon lijun, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
23
Jendral Han duduk di taman belakang paviliunnya seorang diri, ia sedang memikirkan untuk mengadakan pesta ulang tahun Putri Eun yang akan terjadi dua hari lagi.
Jendral Han ingin agar Putri Lie dapat hadir di acara tersebut, karena bagaimanapun juga Putri Lie tetaplah putri kesayangannya. Wajah Putri Lie yang sangat mirip dengan ibunya mampu mengobati rasa rindu Jendral Han pada istrinya tercinta Lea Sin.
Lea Sin merupakan seorang wanita yang sangat lembut dan penuh perhatian, bahkan ia tidak pernah mampu untuk menyakiti meski hanya serangga kecil. Sikap Lea Sin menurun pula pada Putri Lie yang lembut dan penuh perhatian namun tegas seperti ayahnya.
Kematian Lea menjadi pukulan terkeras bagi Jendral Han yang ketika itu sedang berada di perbatasan. Saat mendapat kabar bahwa sang istri tercinta terjatuh di halaman dan terjadi pendarahan pada kandungannya, Jendral Han segera bersiap untuk pulang tapi tejadi sesutu yang tidak di duga di tempat mereka tinggal.
Ada seorang penyusup yang membakar tempat yang di tinggali oleh Jendral Han hingga ia harus menunda ke pulangannya karena harus menyelesaikan masalah tersebut lebih dulu.
Ke esokan harinya ketika sudah siap jalan, datang surat yang berasal dari Min putranya yang mengatakan jika ibunya sudah meninggal dan adiknya lahir namun kondisinya sangat mengkhawatirkan. Tanpa pikir panjang lagi Jendral Han segera memacu kudanya secepat mungkin, ia tidak dapat memikirkan apapun lagi selain keadaan anak dan istrinya.
Namun di perjalanan pulang Jendral Han melihat ada perampokan, awalnya ia bimbang tapi akhirnya ia memilih untuk menolong kakek yang di rampok itu lebih dulu karena tidak tega. Setelah menolong si kakek dan mengantarkannya hingga kerumah, kakek itu memberi sesuatu pada Jendral Han.
"Terima kasih tuan, saya tidak punya apa pun untuk di berikan kecuali buah persik ini, saya harap tuan tidak menolaknya" kata kakek itu memberikan satu buah persik.
"Tidak perlu kek, saya ikhlas menolong kakek dan saya juga harus segera pergi" jawab Jendral Han sopan
"Bawalah ini tuan dan berikan buah ini untuk anakmu maka ia akan sangat senang, lalu tanamlah bijinya saat daging buahnya sudah di makan walau sedikit " lanjut kakek itu
Tanpa pikir panjang lagi Jendral Han segera mengambil buah persik dan pamit pergi pada kakek tersebut untuk melanjutkan perjalanannya. Setibanya di kediaman, Jendral Han dapat melihat suasana duka menyelimuti karena para pelayan dan pengawal yang turut sedih kehilangan nyonya mereka yang sangat perduli dengan mereka.
Jendral Han segera berlari menuju tempat di mana istrinya berada dan melihat tubuh Lea yang sudah di masukkan ke dalam peti. Jendral Han mendekati peti dan membukanya untuk melihat istrinya yang terakhir kali.
Wajah Lea tetap cantik dan sedikit tersenyum dalam tidurnya, tubuhnya terlihat sedikit kurus namun yang mengherankan bagi Jendral Han adalah kulit Lea terlihat memar dan merah, sangat aneh pikirnya.
Selir Bai yang melihat Jendral Han di dekat peti segera menghampiri dengan air mata di wajahnya. Selir Bai menyentuh bahu Jendral Han mencoba menenangkannya.
"Tuanku ikhlaskan kepergiannya, aku yakin dia sudah bahagia di sana" kata Selir Bai namun di abaikan oleh Jendral Han yang segera menepiskan tangannya.
Jendral Han mencoba menahan air matanya agar tidak jatuh di hadapan jasad sang istri tercinta. Kecupan dan belaian lembut Jendral Han berikan pada Lea untuk terakhir kalinya.
"Istirahatlah dengan tenang istriku, aku akan menjaga kedua malaikat kita dengan baik" ucap Jendral Han. Setelah itu ia menutup petinya kembali dan segera berdiiri menatap pada orang-orang yang sedang berduka atas kepergian Lea.
"Istriku Lea sudah bahagia di sana dan tuhan sudah memberikan tempat indah untuknya, jadikanlah sikap baiknya sebagai contoh kebajikan jika kalian menyukai sikapnya yang lembut" kata Jendral Han, kemudian melihat pengiring peti yang sudah bersiap.
"Mari kita antarkan nyonya kalian ketempat peristirahatannya yang terakhir" lanjutnya.
Warga sekitar yang berada di dekat kediaman Jendral Han ikut mengantarkan wanita yang sangat dermawan dan peduli sekitar tanpa memandang status. Kebaikan hatinya sangat membekas bagi mereka yang mengenalnya dan mereka sangat sedih saat mendengar kabar duka darinya.
Setelah semua urusan pemakaman selesai Jandral Han segera kembali dengan kesedihan mendalam. Namun ketika akan memasuki paviliunnya ia teringat akan anak-anaknya yang tidak ia lihat keberadannya sejak tiba.
"Dimana kedua anakku?" tanyanya pada pelayan
"Tuan muda ada di dalam bersama nona yang sedari tadi menangis tuan" jawab pelayan.
Sadar jika ia sedari tadi melamun hingga tidak mendengar suara tangisan putrinya yang sangat nyaring. Dengan segera Jendral Han masuk kedalam dan melihat putranya Min yang sedang berusaha menenangkan adiknya.
Menyadari kedatangan seseorang, Min membalikkan tubuhnya melihat siapa yang datang. Jendral Han mendekat dan melihat putri Kecilnya yang masih menangis tanpa henti.
Jendral Han mengambil alih putrinya dari gendongan Min dan menimangnya lembut agar terdiam, namun putrinya tidak juga diam dan justru semakin histeris. Min sangat sedih melihat adiknya yang tidak bisa merasakan kasih sayang seorang ibu walau sejenak seperti dia yang sudah menikmatinya walau masih kurang.
"Ayah, tubuh adik sangat lemah. Apa yang harus kita lakukan bahkan ia tidak mau diam" kata Min ikut menangis
"Tenanglah nak, adikmu akan baik-baik saja" ucap Jendral Han mengelus kepala Min agar tenang
"Pelayan siapkan susu untuk putri kecilku" lanjutnya.
"Nona tidak mau tuan bahkan kami sudah mencobanya tapi nona selalu menolak" pelayan tersebut menunduk takut.
Seakan teringat akan buah yang ia dapat dari kakek yang ia tolong, Jendral Han segera mengambilnya dan meminta pelayan mencuci buah itu lebih dulu.
Setelah menerima buah itu lagi, Jendral Han menggigit kecil buah pesik dan ********** di dalam mulutnya lalu meletakkannya pada mulut mungil putrinya. Gadis kecil itu mulai menggerakkan mulut kecilnya secara perlahan.
Seakan menikmati rasa manis buah itu, gadis kecilnya diam dan tidak menangis lagi. Mulut mungilnya mengecap pelan sesuatu yang pertama kali ia rasakan dan itu membuat Jendral Han dan Min bahagia karena permata kecil mereka sudah diam dan tidak menangis.
Segera saja Jendral Han meminta pelayan untuk membawakan ia madu untuk konsumsi putrinya jika haus dan sari buah persik jika ia lapar. Jendral Han memandangi wajah tenang putrinya yang sedang tertidur di ranjang yang biasa ia gunakan dengan sang istri.
Wajahnya putih bersih, pipinya sedikit merah dan bibirnya yang mungil masih sesekali bergerak lucu hingga siapa saja yang melihatnya merasa gemas padanya. Bahkan Min sendiri tidak mau berpaling pandang dari wajah imut adiknya yang menurutnya mirip dangan sang ibu.
"Ayah wajahnya mirip dengan ibu yah" seru Min masih memandangi adiknyaa
"Ya kau benar nak, apa kau punya nama untuk adik cantikmu ini?" tanya Jendral Han
"Aku tidak tahu yah, tapi bagaimana jika sama dengan nama ibu saja?" usul Min
"Bagus juga akan tetapi nama panggilannya harus berbeda" katanya
"Siapa nama adikku yah?" tanya Min semangat.
"Putri kecil ini ayah beri nama Lae Lie Han, orang akan mengenalnya sebagai putri Lie Han dan Lae hanya kita berdua yang tahu karena itu akan menjadi nama spesial untuknya" jelas Jendral Han meneteskan air matanya saat mengecup kening putrinya. Begitupun dengan Min yang ikut mengecup pipi gembul adiknya yang cantik itu.