NovelToon NovelToon
Putri Palsu Sang Antagonis

Putri Palsu Sang Antagonis

Status: sedang berlangsung
Genre:Time Travel / Mengubah Takdir / Transmigrasi ke Dalam Novel / Fantasi Wanita / Putri asli/palsu
Popularitas:315.7k
Nilai: 5
Nama Author: Yulianti Azis

Zoe Aldenia, seorang siswi berprestasi dan populer dengan sikap dingin dan acuh tak acuh, tiba-tiba terjebak ke dalam sebuah novel romantis yang sedang populer. Dalam novel ini, Zoe menemukan dirinya menjadi peran antagonis dengan nama yang sama, yaitu Zoe Aldenia, seorang putri palsu yang tidak tahu diri dan sering mencelakai protagonis wanita yang lemah lembut, sang putri asli.

Dalam cerita asli, Zoe adalah seorang gadis yang dibesarkan dalam kemewahan oleh keluarga kaya, tetapi ternyata bukan anak kandung mereka. Zoe asli sering melakukan tindakan jahat dan kejam terhadap putri asli, membuat hidupnya menjadi menderita.

Karena tak ingin berakhir tragis, Zoe memilih mengubah alur ceritanya dan mencari orang tua kandungnya.

Yuk simak kisahnya!
Yang gak suka silahkan skip! Dosa ditanggung masing-masing, yang kasih rate buruk 👊👊

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yulianti Azis, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Kegundahan Hati Zoe

Bel pulang kini berbunyi. Zoe dan Valen berjalan berdampingan keluar kelas.

Terlihat Zoe banyak bertanya pada Valen tentang keseharian gadis itu, yang sedikit banyaknya hampir mirip dengan kesukaan Reva sahabatnya.

Saat tiba di parkiran, suara Alicia langsung menjadi pusat perhatian. "Kak Zoe!"

Zoe dan Valen langsung berhenti, Alicia terlihat tersenyum manis lalu menghampiri Zoe. Levi, Arya dan Arvan mengikuti Alicia takut jika Zoe berbuat jahat pada Alicia.

Saat tiba, Alicia yang tergesa-gesa hampir saja terjatuh ke depan. Zoe langsung menarik tangan Valen.

"Eh!" Alicia terkejut hampir saja dirinya terjatuh lagi jika bukan Levi yang memegangnya.

"Hati-hati, Alicia!" tegur lembut Levi.

Zoe mendengus dingin. "Entah kenapa, selalu aja lo pengen jatuh di depan kita? Apa Lo sengaja?"

"Jaga ucapanmu, Zoe!" seru Arya menatap tajam ke arah gadis cantik itu.

Zoe hanya acuh tak acuh, dan berkata, "Memang benar, kan? Bahkan ditiup cicak pun, mungkin si Alicia ini roboh juga. Dan tentunya yang disalahkan gue. Seolah-olah dia sengaja melakukan hal itu."

"Kau—" ucapan Arvan terpotong saat Alicia menyela.

Alicia menunduk takut. "Ma—maaf, Kak Zoe. Aku terlalu bersemangat saat melihat kak Zoe."

Zoe mendengkus dingin. "Ngapain Lo manggil gue?" tanyanya.

Alicia mendongak dan berkata lembut. "Ayo kita pulang bareng," ajaknya.

"Gak perlu! Gue muak sama kalian," ujar Zoe tajam.

Arya, Arvan dan Levi mengepalkan tangannya kuat. "Jangan—"

Belum juga Arvan memarahi Zoe, gadis cantik itu sudah melengos pergi bersama Valen yang hanya dari tadi diam tanpa ikut campr.

***

Langit sudah mulai menguning saat Zoe duduk diam di dalam taksi, membiarkan pikirannya melayang. Pandangannya kosong menatap keluar jendela, namun pikirannya sibuk menghitung, membandingkan, dan mencari kebenaran.

Supir Taksi yang melihat Zoe dari kaca spion bertanya, “Jalan Adhighana No. 5 ya, Neng?”

Zoe menjawab datar, “Iya.”

Tak lama, mobil berhenti di sebuah kawasan komersial yang padat. Di hadapan Zoe, berjajar ruko-ruko modern dengan cat mencolok dan papan nama menyala.

Zoe mencondongkan tubuh, menatap ruko itu dengan tatapan kosong. Di dunianya, tempat ini adalah sekolahnya. Adhighana School.

Tempat ia mengukir banyak kenangan. Tapi di dunia novel ini?

Hanya ada beton yang dingin dan mati.

Zoe gumam lirih. “Adhighana, di sini cuma jadi deretan ruko.”

Ia bersandar lagi ke jok mobil. Tangannya mengepal pelan di atas roknya. “Ternyata di sini pun, gak ada yang bisa gue cari.”

Supir Taksi bertanya dengan hati-hati. “Kalau boleh tahu, Neng cari apa ya?”

Zoe dengan pelan dan malas menjawab, “Sekolah lama saya.”

“Oh, perasaan di sini gak pernah ada sekolah Neng. Apa saya yang salah yaa, soalnya saya orang pendatang Neng.”

Zoe menoleh pelan. “Bapak gak salah, saya yang salah alamat.”

Zoe membuka ponselnya, mencari alamat yang lain. Kali ini lebih tentang orang tua aslinya.

“Pak, ke Jalan Cempaka Raya No. 11. Daerah Kirana.”

“Baik, Neng.” sang supir menjawab.

Perjalanan kembali dilanjutkan. Di belakang mereka, sebuah motor sport hitam mengikuti dari jarak aman. Ryder, dengan helmnya, menatap lurus, tak pernah kehilangan jejak.

Sekitar dua puluh menit kemudian, taksi kembali berhenti. Zoe keluar pelan-pelan, menatap ke sekeliling. Hening. Tak ada suara kendaraan. Tak ada rumah.

Hanya tanah kosong.

Bekas pondasi rumah sudah tertutup rumput liar. Hanya papan bertuliskan “Tanah Ini Milik Pemerintah – Dilarang Mendirikan Bangunan” yang berdiri miring di tengah.

Zoe membeku.

Ia berdiri di tengah tanah itu. Angin sore meniup rambutnya yang terurai. Ia menarik napas dalam, lalu menunduk.

Zoe berkata lirih, pada dirinya sendiri. “Di dunia asli … ini rumah gue.” Zoe menatap tanah kosong itu. “Tapi di dunia ini, bahkan rumah gue gak pernah ada.”

Ia mengedarkan pandangan. Hampa.

suara Zoe makin pelan. “Meski tempatnya sama, tetap aja beda. Dunia ini bukan milik gue.”

Perlahan, ia kembali ke dalam taksi. Supir taksi menatapnya lewat spion, namun tak berkata apa pun ia tahu, wajah seperti Zoe tak butuh hiburan, hanya waktu.

“Pak, kita pulang.”

“Ke rumah sebelumnya, Neng?” tanya Sang supir.

Sang gadis cantik menggeleng pelan. “Bukan. Bawa saya ke taman kota terdekat. Saya butuh ... udara.”

Taksi melaju perlahan meninggalkan tanah kosong itu. Sementara dari seberang jalan, Ryder yang sejak tadi mengamati, menyandarkan tubuhnya ke tiang listrik.

Matanya mengunci Zoe yang kini duduk di dalam mobil, menatap kosong ke jendela.

Ryder bergumam, lirih. “Apa yang sebenarnya lo cari, Zoe?”

Dan dia pun kembali naik motornya.

Masih mengikuti. Masih mengawasi. Masih penasaran.

🍃🍃🍃

Langit mulai meredup. Cahaya senja menyelip di antara daun pohon yang bergoyang pelan, disapu angin sore. Zoe duduk sendirian di bangku taman, diam tak bergerak. Kedua tangannya bersedekap, matanya menatap lurus ke air mancur kecil di hadapannya—namun pandangannya kosong.

Tatapan yang bukan pada apa yang terlihat, tapi pada apa yang dirindukan.

“Papa ... Mama ....”

“Kalau dunia ini nyata, lalu di mana kalian?”

Meski ia sering berpura-pura tak peduli, di balik sikap dinginnya, Zoe hanyalah gadis remaja yang kesepian.

Dalam hati Zoe berbisik. “Papa selalu bilang, hidup itu harus disiplin. Nilai sempurna, pencapaian luar biasa. Gagal satu kali aja, langsung dianggap tidak berguna. Tapi, sekarang gue bahkan gak tahu gue siapa di dunia ini.”

Di dunia asli, Zoe selalu dituntut untuk menjadi sempurna baik akademik maupun non-akademik.

Iya memejamkan mata. Mencoba menahan perasaan asing yang menggerogoti dadanya sejak berada di dunia novel ini. Rindu. Bingung. Marah. Hampa.

Namun sejak dari tadi, Zoe bisa merasakan.

Langkah pelan. Tatapan yang tak pernah lepas darinya. Akhirnya, ia membuka mata. Tak menoleh. Hanya mendesis dingin.

“Sampai kapan lo mau ngikutin gue kayak penguntit, Ryder?”

Tak lama, dari balik pohon kamboja besar, muncul sosok tinggi berjaket hitam. Wajahnya seperti biasa dingin dan malas bicara. Ryder melangkah pelan dan duduk di bangku seberang Zoe.

Keduanya kini berhadapan. Tapi tidak ada satu pun yang bicara duluan.

Zoe akhirnya mengangkat alis, tatapannya tajam menusuk. “Ngapain lo ngikutin gue? Emangnya hidup lo gak ada kerjaan lain, hah?”

Ryder menyandarkan punggung ke sandaran kursi, melipat tangan di dada. “Gue gak ngikutin lo.” pemuda tampan itu menjawab tenang.

Zoe menyipitkan mata. “Oh ya? Kebetulan banget ya? Lo bisa ‘kebetulan’ muncul di sekolah, lalu ‘kebetulan’ di depan Adhighana, dan sekarang ‘kebetulan’ juga di taman ini?”

“Yup. Dunia ini kecil makanya jangan heran kita sering bertemu,” ujar Ryder dingin.

Zoe mendengus. “Lucu. Lo pikir gue bakal percaya omong kosong lo?”

Ryder tetap dengan wajah datarnya meski sudah ketahuan. “Gue gak peduli lo percaya atau nggak.”

Zoe menatap tajam. “Gue juga gak peduli kenapa lo di sini. Tapi lo ganggu banget. Gue lagi pengen sendiri.”

“Kalau gue ganggu, kenapa lo ngomong ke gue?” tanya Ryder.

“Karena lo nyebelin.”

Ryder menyeringai tipis. “Lucu. Biasanya lo yang nyebelin.”

Zoe diam. Tak merespons lagi. Ia memalingkan wajah, menatap langit yang mulai gelap. Angin bertiup lebih dingin sekarang.

Ryder memandangi Zoe sejenak, diam-diam. Ada banyak hal yang ia tak mengerti. Zoe yang sekarang bukan Zoe yang selama ini dia kenal. Dulu, Zoe adalah gadis yang keras kepala, suka cari perhatian, egois, jahat dan. bodoh. Tapi sekarang.

“Lo berubah,” ucap Ryder lagi, dia masih antara percaya dan tak percaya.

Zoe menoleh pelan. “Emang kenapa? Gak boleh?”

“Boleh. Cuma gak biasa.”

Zoe menghela napasnya. “Mungkin karena sekarang gue lelah.”

Ryder mengernyit. “Lelah?”

Zoe mengalihkan pandangan. Suaranya pelan tapi tegas. “Lelah berpura-pura. Lelah jadi orang yang bukan diri sendiri. Lelah hidup dengan ekspektasi orang lain.”

Hening.

Ryder tak menjawab. Tapi tatapannya berubah. Seperti baru melihat Zoe untuk pertama kalinya bukan sebagai tunangannya, bukan sebagai cewek yang suka ngejar-ngejar Levi, tapi sebagai manusia.

Zoe berdiri pelan, merapikan tas selempangnya. “Gue mau pulang. Kalau lo mau ngikutin, silakan. Tapi jangan ngomong sama gue.”

“Gue anterin naik motor,” tawar Ryder.

Zoe menatap Ryder tajam. “Lo pikir gue bodoh? Lo bawa motor itu kayak nerbangin roket. Mending naik taksi.”

Ryder nyengir pertama kalinya. “Lo yang tadi ngebut naik motor gue.”

Zoe menjawab asal. “Itu karena gue pengen lo mati. Sekarang enggak.”

Ryder tertawa pelan. “Gue gak tahu itu ancaman atau pujian.”

Zoe berjalan pergi, tanpa menoleh. “Anggap aja keduanya.”

Ryder menghela napas, lalu bangkit berdiri dan mengikuti dari jauh. Tak bersuara.

Tetap seperti bayangan. Diam-diam, mengawasi.

1
Anis Safitri
bagus sekali ceritanya
Dewiendahsetiowati
bukannya sadar Dugong Alicia semakin menjadi
Dewiendahsetiowati
dasar Dugong Alicia tetep aja cari masalah
nonoyy
si dody dody ini memang dodol banget demi cinta jadi bodoh rela mati demi sembunyikan kejahatan alicia mau aja dimanfaatkan alicia
alicia siap2 untuk menikmati karma hukuman mu
vj'z tri
pembalasan zoe akan datang tunggu dengan sabar ya Ale Ale 🤣🤣🤣🤣
Zakia Ulfa
zoy kerrreeen, aku suka karakter pemeran utama seperti zoy ini. bacanya bisa sampai hati, semangat thoor. tulisanmu kerrreeen
Ayu Padi
asal jgn kelamaan Zoe tuk Alicia ..lama² bisa bosen aja ko GK kelar2 ..bosan dgn drama Alicia nya bukan degn aksi mu Zoe
Zakia Ulfa
OMG Zoe cantik bangeeett/Joyful//Joyful/
V
go Zoe kmu mainnya harus cantik biar si pick me Alicia jatuh dengan cara yang paling menyakitkan dan setelah Alicia baru deh selanjutnya si pick me kedua Karina menunggu buat permainan cantik Zoe 🔥🔥🔥😒
sahabat pena
zoe keren.... ayu kak up lagi yg byk💪💪💪💕
nara 🇮🇩 🇹🇼
maaf kak ada typo kamar jadi mamar,alicia bersiaplah kehilangan dan merasakan penderitaan yg sama dengan zoe rasakan selama ini,,zoe harus ttp hati hati karena selain alicia ada stella dan karina yg juga membencimu dan menginginkan kehancuranmu,
✍️⃞⃟𝑹𝑨 Yulianti Azis: Makasih kak 🙏🫶
total 1 replies
💕𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕
kenapa hrs di hapus permanen Zoe pdhl simpan aja buat bukti nantinya kl diperlukan 🤦🏻‍♀️🤦🏻‍♀️
YuWie
eleh zoe sok2an màu balas secara perlahan, buka aja semua kartunya..salah satunya di penjara..malah silindungi pakai dihapus cctv nya
❤️⃟Wᵃf༄SN⍟𝒚𝒂𝒚𝒖𝒌🦈🍒⃞⃟🦅
jd zoe adalah hecker handal wahhh keren dahh ryder kau nnti sam zoe awas jantungam lhooo
❤️⃟Wᵃf༄SN⍟𝒚𝒂𝒚𝒖𝒌🦈🍒⃞⃟🦅
kalo tau suruhan alecia trus gmn yaaa byr org2 itu pun pake tubuh hadehh di manalaha otak alecia itu
Randa Ku Depresi
crta nx bgs bngt sumpah tdi nx ngntuk jdi melek nih baca crtamu thor smpe udh jam 1 mlm msh penasaran pengen lanjut nih
yasmin
gak papa dibalasnya sedikit demi sedikit,asal up nya jgn sedikit
zylla
Kenapa, Zoe? Biarin aja Alicia ditangkep. 😮‍💨
Chauli Maulidiah
sedikit demi sedikit tp segera ya Zoe. jgn kelamaan.. lgsg tas.. tes.. sat.. set..
Zakia Ulfa
lina sih ini, kembarannya nayla
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!