Mirna gadis miskin yang dibesarkan oleh kakeknya. Dia mempunyai seorang sahabat bernama Sarah.
Kehidupan Sarah yang berbanding terbalik dengan Mirna, kadang membuat Mirna merasa iri.
Puncaknya saat anak kepala desa hendak melamar Sarah. Rasa cemburunya tidak bisa disembunyikan lagi.
Sang kakek yang mengetahui, memberi saran untuk merebut hati anak kepala desa dengan menggunakan ilmu warisan keluarganya.
Bagaimana kelanjutan ceritanya? Yuk baca kisahnya, wajib sampai end.
29/01'25
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Deanpanca, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab. 23 Sarah (Penganut Ilmu Hitam)
"Pastinya bukan Kakek Sapto itu. Kayak perempuan?"
"Kok bawa bawa kakek Sapto, orangnya kan sudah meninggal."
"Kalian berdua ini, sedikit sedikit dikaitkan sama hantu. jangan sampai nenek itu mau pulang ke rumahnya dan kemalaman." Ucap Mang Boy.
Dia kemudian menghampiri nenek tersebut, "punten, Mak! Mau kemana malam malam begini?"
"Mau ke rumah penganut ilmu hitam, dia membawa petaka ke kampung ku jadi akan ku kembalikan masalah yang sengaja dia tinggalkan." Ucap Nenek tua itu.
"Astaghfirullah, siapa maksud Mak? Apa boleh kami mengantar Mak ke rumah orang tersebut?" Mang Boy belum yakin dengan apa yang dikatakan nenek tua itu, tapi dia merasa kasihan kalau harus melihatnya berjalan kaki sendirian.
"Terserah kalian saja." Ucap nenek itu. Dia melanjutkan perjalanannya.
Mang Boy memanggil dua rekannya untuk ikut serta, dia mau tau siapa penganut ilmu hitam di kampungnya.
"Yakin itu orang bukan demit." Tanya Parjo.
"Yakin lah! Liat tu kakinya napak tanah. Kita ikuti saja, kasian juga kalau sampai kenapa kenapa di jalan, orang sudah tua begitu." Ucap Mang Boy.
Melewati rumah besar Juragan Bandi, Nenek tua itu tiba tiba berhenti. Kemudian Dia menatap tajam kearah benda kecil yang ada ditangannya.
"Kenapa, Mak?" Mang Boy mengira nenek itu sedang bingung, atau baru pertama kali melihat rumah megah di perkampungan.
"Dia tidak disini lagi." Kembali Nenek tua itu melanjutkan perjalanannya.
"Mak, kalau boleh tahu namanya siapa? Terus tinggalnya dimana? Kenapa malam begini belum pulang?" Tanya Mang Boy.
"Ssttt!"
"Si Boy nanya nya kayak lagu yang biasa diputer anak ku saja. Kamu dimana? Dengan siapa? Semalam berbuat apa?" Kata Parjo.
"Leh, kamu ini!"
"Aku Mak Denok, dari kampung sebelah."
Yah, nenek tua itu adalah Mak Denok, dia ingin menemui Sarah. Wanita itu dengan sengaja melakukan hal yang tidak baik pada kampung Mak Denok. Kampung yang baru saja dia datangi, untuk memohon petunjuk agar pelet suaminya bisa disembuhkan.
Mak Denok menghentikan langkah kakinya saat berada di depan rumah Pak Kades. Dia menunjuk rumah yang bangunannya juga tidak kalah bagus dari rumah Juragan Bandi.
"Dia disini, tinggal bersama musuhnya." Boy dan kedua temannya saling berpandangan.
"Memang ada tukang pelet tinggal disini, Mak. Dia sudah merebut suami orang." Celetuk Parjo. Kepalanya langsung dijitak oleh Mang Boy.
"Dia lebih kejam dari orang yang kalian maksud." Mak Denok kemudian melemparkan sesuatu yang dibungkus dengan kain putih yang sudah lusuh.
Benda itu hanya sebesar ibu jari dan terbungkus rapi. Setelahnya berbalik bergegas untuk pergi, tapi dia berhenti sesaat.
"Kalau kalian mau aman, waktu kalian hanya 3 hari untuk keluar dari kampung ini." Mak Denok memperingati mereka bertiga.
"I iya, Mak!" Jawab Mang Boy.
Mak Denok kembali melanjutkan langkahnya, begitu cepat tidak seperti saat diantar oleh ketiga orang yang sedang ronda malam ini.
"Kok jalannya cepat sekali, Jo."
"Ya mana aku tau, Jumang Boy!"
Asik berdebat tentang Mak Denok, tiba-tiba suara Pak Kades mengagetkan mereka bertiga.
"Kalian ngapain disana?"
"Wilujeng wengi, Pak! Ini lagi ronda keliling." Jawab Mang Boy. Dia tidak mengatakan kalau sudah mengantar Mak Denok, mencari rumah orang yang menganut ilmu hitam.
Yang mana menurut mereka orang itu adalah Mirna, karena dialah yang melakukan pelet pada Purnomo, anak Pak Kades.
Tetapi yang dimaksud Mak Denok adalah Sarah. Sudah dua kali dia dengan sengaja melemparkan kesalahan pada Mak Denok.
"Oh, ya sudah. Kirain kalian mau maling di rumah saya, sejak tadi ku perhatikan kalian hanya berdebat tidak jelas disana." Ucap Pak kades, kemudian melenggang masuk kembali kedalam rumahnya.
"Untung Pak Kades, kalau rakyat jelata mulutnya sudah ku sumpal pakai sandal." Kesal Parjo. Sedangkan dia temannya sudah menahan tawanya.
🦉🦉🦉
Sementara itu di dalam kamarnya, Sarah tidak bisa tidur, dia sangat gelisah. Keringat bercucuran padahal udara malam ini sangatlah dingin.
"Apa nenek tua itu mengetahui rencanaku?" Gumamnya lirih.
Sarah membuka bungkusan yang selalu dia bawa kemana saja, benda benda kecil dia keluarkan dari sana.
Dia menyusun benda benda yang terbungkus kain putih lusuh itu diatas tempat tidurnya, kemudian menghitungnya.
"Ternyata benar, kau dipulangkan oleh nenek tua itu." Sarah meremas benda yang dia maksud. "Aku harus mencarikan mu makanan sendiri, karena Mirna sudah tidak bisa diharapkan." Ucapnya.
nunggu update Thor ✅