NovelToon NovelToon
Mythtopia, Creatures From The Six Realms

Mythtopia, Creatures From The Six Realms

Status: sedang berlangsung
Genre:Teen School/College
Popularitas:365
Nilai: 5
Nama Author: Fredyanto Wijaya

Kejadian pada masa lalu diramalkan akan kembali terjadi tidak lama lagi. Tuan kegelapan dari lautan terdalam merencanakan sesuatu. Enam sisi alam dunia mitologi sedang dalam bahaya besar. Dari seratus buku komik yang adalah gerbang penyebrangan antara dunia Mythopia dan dunia manusia tidak lagi banyak yang tersisa. Tapi dari sekian banyak kadidat, hanya satu yang paling berpeluang menyelamatkan Mythtopia dari ramalan akan kehancuran tersebut.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Fredyanto Wijaya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Chapter 24: Class Duel (Part 3)

Mereka yang tertinggal di pos tengah bergegas menyusul Dua lainnya. Berlari cepat.

Tapi tidak dengan Heqet tadi. Dia justru sibuk mengenakan sepatu roda dari benda-benda yang tersedia. Dan yang dilakukan dia selanjutnya itulah yang tidak disangka oleh kebanyakan murid-murid lainnya. Termasuk Melody, dan Abigail yang masih terus berlari.

Heqet menjulurkan lidahnya jauh dan melilit pinggang si Medeina yang menunggunya di pos terakhir di ujung sana.

Lalu Heqet mulai melaju kencang dengan sepatu roda yang sudah dikenakan di kakinya itu, dan lidahnya sebagai penarik yang membuatnya melaju semakin kencang sampai menyusul cepat dua lainnya yang padahal sudah cukup jauh di depan.

Medeina berusaha berdiri tegak di sana agar tidak tertarik.

"?!" Julian dan Genevieve terkejut.

"Ayo Heqet! Ayo Underground! Whooooooh!!" Seru keras Onette sambi melompat-lompat kegirangan di pos tengah tadi. Menyoraki aksi Heqet yang tidak lama kemudian sampai di pos terkahir. Dan lalu dilanjutkan oleh Medeina, yang murid dari Underground lainnya tahu kalau dia memang pelari yang cepat.

"Alamak!..." Julian memegang kepalanya panik. Tidak mau dirinya sampai lebih tertinggal dari yang lainnya lagi... Dia berusaha curang dan mengganggu lari Genevieve.

Mengambil papan Skateboard yang kebetulan terlihat di depan mata... dan mendorongnya ke arah jalur lari Genevieve.

"Kena kau!" Julian menggerakan tangan Yes! Melihat Genevieve tepat menginjaknya dan membuatnya mulai kehilangan keseimbangan di jalur larinya.

Akan tetapi... Mata Genevieve berubah menyipit tajam_ menatap lurus ke depan. Dia lalu mendadak mahir memainkan Skateboard. Kini lajunya malah semakin kencang.

Masih terus berlari, "Apa?!" Mulutnya menganga. Julian tidak menyangka kalau tenyata dia begitu mahir.

"Ouh...," sambil menoleh, Genevieve meledek Julian dengan membuat gerakan tangan mengusap tangis di dekat matanya.

Medeina sudah setengah jalan. Yang lain tentu tidak akan merelakan dia menang. Apalagi dia dari tim kelas Underground.

Mereka masih terus berusaha saling menjatuhkan. Zoey sempat melempar kelereng ke arah Abigail tapi Abigail tanpa disengaja memunculkan sayapnya yang padahal dirinya tidak menginginkannya. Sayap-sayap itu muncul dengan sendirinya dan membuat gerakan hempasan yang membuat kelereng yang tadi dilempar oleh Zoey malah berbalik.

Kelereng itu lalu terhibur bertebaran di jalurnya sendiri.

"Oh tidak tidak tidak!" Sulit mengerem larinya. Tepat memijak kelereng-kelereng yang membuatnya kehilangan keseimbangan dan akhirnya terjatuh.

"Maaf!!" Ucap Abigail menoleh kebelakang. Tidak mengira kalau dirinya melakukan hal seperti tadi. Tapi setelah melakukan yang tidak bermaksud dilakukan tadi, sayap-sayap itu lalu kembali lenyap.

"Oh boleh juga untuk pemula!" Zoey tersenyum. Merasa tertantang dan kembali melanjutkan larinya. Berusaha menyusul Abigail dan lainnya.

Setelah Heqet... Empat yang lain pun akhirnya sampai ke pos terkahir dan dilanjutkan satu tekan tim mereka yang lain.

Samuel menggantikan Genevieve, Vanessa menggantikan Abigail, Miranda menggantikan Julian, dan Austin menggantikan Zoey. Sedangkan Medeian yang menggantikan Heqet tadi sudah jauh di depan sana.

Medeina sudah hampir sampai ke garis akhir. Tapi tidak disangka Vanessa mulai dapat mengimbangi kecepatan larinya dan mulai menyusulnya.

Dan lagi-lagi... Vanessa meledeknya dengan menarik kedua samping mulutnya sambil memelet. Vanessa menggeram. Taring-taringnya sampai terlihat lebih jelas.

Belum cukup membuat Medeian kesal, Vanessa mengambil balon berisi suatu jebakan dan melemparnya ke arah belakang sana. Ke arah Medeina yang sudah sedikit tertinggal di belakang sana.

BUFF...! Bola itu pecah dan berubah menjadi sarang laba-laba yang lengket. Medeina pun terjebak di sana_ kesulitan untuk meloloskan diri dari jebakan sarang laba-laba itu.

Sampai Samuel, Miranda, dan Austin yang tadi tertinggal dapat menyusul melalui Medeiana.

"Dasar kaum Peri! Mereka itu seperti hama!" Hank menggerutu. Berbicara kepada Barry, dan teman satu Underground yang sedang fokus menonton mereka yang mulai hampir pada akhir pertandingan.

Hanya tinggal menunggu yang menang.

Kesabarannya habis... Medeina terpaksa harus melakukan sesuatu. Karena tak ada larangan melakukan perubahan, jadi dia mencoba melakukannya. Tapi dia akan melakukan perubahan ke tahap pertama saja. Kalau yang dilakukan kelas lain di pertandingan duel awal sebelumnya itu adalah tahap kedua atau terkahir.

Penampilan siap bertarung.

Tapi Medeina hanya melakukan perubahan di tahap pertama. Jadi seragam yang dikenakannya tidak berganti. Juga tidak perlu mengucapkan kalimat mantra.

Dia langsung berubah sesuai keinginan. Selain sepasang telinga serigala dan juga kumisnya, dia juga memunculkan ekor dan memanjangkan kuku-kukunya yang tajam.

"Slat Slat Slat!" Medeina memotong-motong jeratan sarang laba-laba dengan cepat dengan cakarnya. Diapun akhirnya dapat terlepas dari jebakan dan mulai kembali melanjutkan larinya.

"Ini saatnya!" Serunya. Aba-aba kepada diri sendiri. Samuel mulai melakukan kebiasan lamanya.

Kebiasaan yang disukainya. Yaitu aksi curang. Dia memanfaatkan peraturan dari pertandingan duel satu itu.

Tanpa berpikir panjang, Samuel langsung mengambil banyak persediaan-persediaan barang jebakan yang tersedia di pinggir antara jalur lintasan lari. Entah itu apa-apa saja Samuel berpikir itu tidaklah penting. Benda-benda acak dan tidak dipahaminya itu satu--persatu semuanya dilempar ke arah Vanessa yang paling depan, dan yang lainnya yang urutan dibelakangnya.

"Wow!" Vanessa nyaris terkena bola jebakan yang ternyata berisi sihir tanaman rambat. Dua lainnya... Austin dan Miranda juga berusaha menghindari setiap jebakan yang terus dilempar oleh Samuel.

Samuel begitu bersemangat melempari mereka. Dia bahkan sampai tidak memperhatikan arah langkah kakinya berlari.

"Fokuslah Samuel!! Fokus!!" Exel memfokuskan suaranya dengan kedua tangan. Dari barisan penonton dia berusaha memperingatkan Samuel, tapi Samuel sepertinya tidak mendengar karena dia malah bersenang-senang.

"Rasakan ini! Ini! Dan ini! Ha ha!..." Terusnya. Kelakuannya menjadi seperti kekanak-kanakan.

Sambil terus berlari dan menghindari setiap lemparan barang-barang, "Oh Astaga... Darimana mereka mendapatkan barang-barang ini?!" Miranda memperhatikan semua itu. Ada bola kasti, kubus rubik, bahkan sampai bebek karet yang berbunyi Wek! Saat itu jatuh hampir mengenainya. Barang-barang yang tidak dipahaminya.

Dan Medeina mulai kembali menyusul. Lemparan Samuel membuat laju lari yang lain terganggu dan lebih melambat. Jadi itu kesempatannya untuk merebut kembali posisi terdepannya yang sempat hilang tadi.

Dengan perubahan wujud atau penampilan Medeina yang seperti itu, dirinya jadi berlari lebih cepat dari sebelumnya. Dia juga sigap menangkis setiap lemparan barang Samuel.

BUff...! Salah satu bola jebakan pecah berhamburan di dekatnya. Itu mengeluarkan debu sparkling yang membuat hidung Vanessa gatal.

"Oh tidak...," Tidak tertahankan, dia lalu melepas bersinnya. Dan tubuhnya sontak berubah menjadi kecil_ sekecil boneka peri yang biasa dimainkan oleh anak-anak perempuan di rumah boneka.

Terbang dengan wujud mini menggemaskannya, "Oh Jangan lagi...!!" Seru kesal Vanessa dengan suaranya yang kini terdengar kecil dan cempreng, sebelum dia lalu kembali terkena lemparan barang lainnya yang membuat tubuh terbangnya terpental dan terbawa dengan barang terakhir berupa pancake yang baru saja dilempar Samuel.

"Terimakasih!" Ucapnya samar kepada Samuel yang secara tidak langsung telah menyingkirkan Vanessa untuknya. Itu membantunya lebih unggul.

Samuel menoleh sambil menunjuk_ menertawai puas Vanessa yang menempel lengket pada tiang di pinggir arena karena lemparan Bulls Eye nya tadi.

Sampai tidak disadarinya... TAANG!! Dia melenceng dari jalur lintasan dan pada akhirnya menabrak tiang di pinggir arena. Wajah dan tubuhnya menempel kaku sesaat... lalu jatuh terkapar di pinggir lintasan lari.

Burung-burung berputar di sekitar kepalanya. Yang menonton dari kelas-kelas lain serentak sama-sama menertawainya.

"Argh!" PRAK!!

Melihat kejadian konyol itu dari pos akhir tadi, Genevieve, mematahkan papan Skateboard menjadi dua bagian dan membantingnya semua ke tanah. Dia lalu pergi dengan cara jalan cepat, sambil perasaanya yang begitu jengkel dan marah.

"Astaga Samuel...," Exel menutup wajahnya rapat-rapat. Merasa malu karena tingkah dan hasil dari kecerobohannya. Dan Baba Ya ga kembali mengeluarkan kalimat sumpah serapahnya.

Dan dengan aksi saling menyingkirkan tadi... dua dari mereka sulit menyelesaikan pertandingan. Hanya tersisa tiga dari mereka.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!