Dinda,Arin,Dimas,Dani dan Wiira berencana mengisi liburan setelah ujian akhir sekolah,mereka berencana pergi ke naik ke gunung ciremai.
Fadilah dan Farhan teman teman Dani yang mendengarnya ikut bergabung,mereka adalah seorang mahasiswa salah satu perguruan tinggi dikota Jakarta sedang liburan ditempatnya Dani.
Mereka tak menyangka liburan mereka jadi bencada dan mengakibatkan kematian.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon JK Amelia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Gagalnya persembahan
Pak Yitno menyuruh semua orang berhenti dan tidak bersuara.
"Semua diam,jangan ada yang bersuara,coba kalian dengar suara-suara itu berasal darimana,"ucapnya sambil melihat kesekeliling.
Semua orang terdiam ikut mencari sumber suara.
"Pak sepertinya dari arah sana,Papahnya Dani menunjuk ke arah sebelah kiri dimana tak jauh dari situ terdapat sebuah air terjun.
"Benar pak,sepertinya dari arah sana,"sahut yang lainnya.
"Ayo cepat,"pak pak Yitno bergegas mengajak semua orang kearah sumber suara.
Ketika mereka akan bergerak menuju sumber suara,mereka dikejutkan dengan kedatangan rombongan lainnya.
Pemimpin rombongan itu yang dipimpin oleh salah seorang komandan polisi mendekati pak Yitno dan rombongan.
Terlihat banyak dari mereka terluka dan bahkan ada yang sampai dipapah.
"Loh komandan apa yang terjadi,"tanya pak Yitno dan kyai Safi'i mendekati mereka dan membantu mereka yang terluka.
"Entahlah pak Yitno,pak Kyai, kejadiannya begitu cepat,ada kabut dan dari dalam kabut bermunculan makhluk-makhluk berbagai bentuk,mereka menyerang kami,"ujar komandan polisi itu.
"Tadinya saya tidak percaya pada hal-hal seperti itu,saya menganggap semua itu hanya khayalan atau pikiran kita yang sedang bingung tapi melihat kejadian tadi,saya jadi percaya makhluk-makhluk seperti itu ada,"lanjut komandan polisi.
"Bukan hanya komandan,saya juga tadinya tidak percaya,sayapun tidak mempercayai hal-hal mistis,tapi begitu ikut kesini dan mengalaminya sendiri saya jadi percaya,"ungkap Papahnya Dani.
"Sudah-sudah,lebih baik kita bergegas,yang terluka sebaiknya kembali saja biar mereka diobati dan menunggu diluar hutan,"ujar kyai Safi'i.
"Aku setuju dengan kyai Safi'i,"sahut pak Yitno.
Akhirnya mereka yang terluka dibawa kembali keluar hutan untuk mendapatkan pengobatan sementara yang tersisa bergabung dengan kelompok pak Yitno.
Merekapun bergegas menuju sumber suara,semakin lama suara itu semakin jelas terdengar suara orang-orang membaca mantra tapi mantra itu terdengar asing bukan bahasa Indonesia atau bahasa daerah tapi bahasa yang tidak mereka mengerti.
Ketika mereka sampai dan akan memasuki area air terjun,terlihat ada sinar tipis merah memagari tempat tersebut.
"Berhenti-berhenti,tunggu dulu,"ujar kyai Safi'i,ia menjejakan kaki berusaha melewati sinar tersebut,tapi begitu ia akan melangkah maju ada sesuatu yang mendorong kyai Safi'i,tubuhnya mundur beberapa langkah.
"kenapa kyai?"tanya pak Yitno dan komandan,begitu melihat tubuh kyai Safi'i mundur.
"Ada yang memagari tempat ini,aku akan coba membukanya,"kyai Safi'i kemudian duduk bersila,ia merapalkan doa,dan menghantamkan tangannya kedepan,sinar putih melesat kedepan menghantam sinar merah,seketika terdengar suara ledakan.
"Duarrrrr...."
Benturan keras terjadi,tubuh kyai Safi'i terjengkang kebelakang.
"Akhhhh...."
"Brukhhh...."
Tubuh kyai Safi'i menghantam pohon.
Komandan dan pak Yitno terkejut,mereka berlari menghampiri kyai Safi'i.
"Kyaiii..."
Semua orang terkejut dan panik,mereka terlihat khawatir.
Pak Yitno dan Komandan membangunkan kyai Safi'i.
"Aku enggak apa-apa,"ujar kyai Safi'i,sambil bangun dibantu pak Yitno dan komandan.
Sementara langit terlihat mulai berubah,ada sinar kemerahan diantara terangnya sinar bulan dan sinar itu bukan sinar biasa,sinar itu pertanda akan adanya sesuatu yang muncul.
kyai Safi'i yang melihat perubahan dilangit ia panik,"kita harus bergegas nyawa seseorang dalam bahaya,"ungkap kyai Safi'i.
"Kenapa kyai,"tanya Papahnya Dani ikut panik,ia teringat akan anaknya Dani.
"Ritual sedang berjalan,kita tidak boleh terlambat,semua orang zikir dan bersholawat,aku akan meminta pertolongan pada kyai Sepuh untuk membuka pagar gaib ini,semua orang berkumpul jangan ada yang berpencar,"ujar kyai Safi'i,ia kemudian duduk tafakur berusaha berkomunikasi dengan kyai sepuh.
Sementara Dimas yang sedang memimpin melakukan ritual,ia mengelilingi Dinda dan kemudian menuangkan darah disekitar tubuh Dinda,kemudian ia mengangkat tangannya dan mulai memangil sesuatu dari kegelapan,suara mantra yang diucapkan semakin lama semakin kencang.
"Wahai penguasa kegelapan,tuanku yang agung,junjunganku pemimpin mahluk dari segala mahluk kegelapan,datanglah aku berikan jiwa murni yang belum ternoda,jiwa yang terpilih,datanglah tuanku yang agung,beri kami keabadian dan kejayaan."
Dimas mulai membaca mantra yang tidak dimengerti yang lain,seketika langit berubah,ada angin kencang berhembus sinar bulan menjadi kemerahan seperti darah.
Dimas mengambil pisau belati disamping altar,ia melihat kesekeliling,menatap semua anggota sekte,mereka seketika menghentikan bacaan mantranya.
"Wahai pengikutku yang setia,malam ini akan menjadi sejarah awal kebangkitan kita dan kita akan akan mendapatkan keabadian,kita akan hidup selamanya."
"Plok plok plok......"
Semua orang riuh bertepuk tangan,Dimas tersenyum kemudian mendekati Dinda.
Sementara Dani dan Kakeknya hanya bisa menangis menyaksikan kejadian itu,mereka hanya bisa berharap dan berdoa dalam hati,mereka mengharap keajaiban akan datang.
"Dinda maafkan aku Dinda,"airmata Dani terus mengalir,hatinya bergemuruh menahan amarah.
Kakeknya Dinda menatap cucunya dengan sedih,ia merasa tak berdaya.
Udara semakin lama semakin pekat,ada petir menggelegar saling bersahutan, kemudian ada cahaya merah yang datang semakin lama semakin jelas.
Dimas mengambil pisau belati,ia mendekati Dinda dan siap menancapkan pisau itu dada Dinda.
Tiba-tiba diatas langit seperti ada bayangan besar mendekati altar,matanya merah,ada tanduk dikepalanya,mahluk itu mengeram,suaranya menggelegar.
Dimas tersenyum senang begitupun dengan yang lain.
"Tuanku yang agung,terimakasih sudah hadir,ini kami persembahan jiwa yang murni untukmu dan beri kami keabadian,kejayaan,"Dimas menunduk memberikan hormat, begitupun yang lain.
"Kalian memang pengikutku yang setia,"sosok itu kemudian tertawa,tawa penuh kemenangan menggelegar.
"Lakukanlah,akan kuberikan keabadian dan hidup nyaman tanpakalian harus bekerja keras,"kemudian sosok itu melayang mengepakan sayangnya,menunggu persembahan untuknya.
Dimas mengangkat pisau itu dan akan menancap didada Dinda,tapi tiba-tiba Dinda membuka matanya,ia terkejut melihat pisau akan menancap ketubuhnya,ia langsung berteriak dan meronta.
"Dimas!!Apa yang terjadi,apa yang akan kamu lakukan,Dimas kamu gila,"Dinda meronta menangis ketakutan melihat tangan dan kakinya terikat,ia terkejut melihat Dimas mengarahkan pisau kedirinya.
"Tenanglah,ini tidak sakit,setelah ini kamu akan tenang,aku ingin membantumu menuju alam keabadian,jadi tenanglah,"ujar Dimas sambil membelai pipi Dinda.
"Tidak mungkin,ini tidak mungkin,siapa sebenarnya kamu Dimas,"Dinda meronta,berusaha melepaskan ikatan ditangan dan kakinya.
Tapi teriakkan Dinda tidak diperdulikan,suara mantra kembali terdengar bertambah cepat dan kencang,Dimas mengacungkan pisau keatas,ia mulai membaca mantra kembali.
"Terimalah sesembahan kami tuanku yang agung,"Dimas memberi hormat begitupun yang lain,kemudian ia mengayunkan pisau belati kearah jantung Dinda.
"jleb......"
Pisau mulai menancap didada Dinda.
"Akhhhh...."
Dinda berteriak ia menatap pisau yang mengarah kedirinya,Dinda merasakan ada benda dingin menusuk dadanya,tapi tiba-tiba ada suara tembakan dan seruan orang banyak,setelah itu Dinda tidak merasakan apapun,semuanya gelap,Dinda pingsan tidak sadarkan diri.
"Akhhhh......"
Dimas berteriak kesakitan,ia melepaskan pisau yang menancap ditubuh Dinda,tangannya terlihat berdarah,ada peluru yang mengenai tangannya dan terdengar suara-suara bentakan disertai suara tembakan.
"Auwwww......"
"Kurang ajar kenapa mereka bisa masuk,"Dimas memegang tangannya,ia mundur dan berbaur dengan orang-orang yang panik berlarian.
"Dorrrrrr....."
"Dorrrrrr....."
"Hentikan,jangan ada yang lari,kalau ada yang lari kami tembak,"suara komandan dan anggota polisi menembaki anggota sekte yang kocar kacir melarikan diri.
Sementara sosok mahluk besar yang didepan altar,mengepakan sayangnya marah.
"Geurrrŕr...."
"Kalian sudah menganggu persembahan ini,kalian harus mati,"sosok itu mengepakan sayapnya menyerang semua orang.
Semua orang jatuh terhuyung, kyai Safi'i berlari menghantam kan kerisnya kemahluk itu,sinar putih melilit tubuh mahluk itu.
"Enyahlah kamu iblis,tempatmu bukan disini tapi dikegelapan,Allah hu Akbar...,"kyai Safi'i menerjang kearah mahluk itu,takbir terus dikumandangkan ia menarik tubuh mahluk itu dan berusaha menguncinya.
"Akhhhh....."
Makhluk itu kesakitan,ia berusaha melepaskan lilitan sinar putih yang mengikanya,"kalian harus mati,kalian telah menganggu sesembahan untukku,"mahluk itu tiba-tiba menarik kyai Safi'i lilitan ditubuhnya terlepas.
"Akhhhh....."
Kyai Safi'i tidak bisa bergerak dan bernafas,ia sudah berada dalam genggaman mahluk itu,ia berdoa dan berzikir dalam hati berusaha meminta pertolongan.
"Hahahaha......."
"Tidak akan ada yang bisa melawanku,keluarkan semua yang kamu punya,"sosok itu tertawa dan semakin kencang,mencekik dan meremas tubuh kyai Safi'i.
Tiba-tiba dalam keadaan kyai Safi'i yang sudah tak berdaya,ada cahaya putih melesat dari berbagai penjuru,cahaya itu melesat menghantam tubuh mahluk itu,ada banyak suara takbir bergema entah dari mana datangnya.
"Geurrrŕr....."
Mahluk itu kesakitan,ia melepaskan cekikikan dan remasan pada tubuh kyai,ia terdorong mundur,ada hantaman sinar putih dari berbagai penjuru menghantam tubuh mahluk itu,tubuhnya terjatuh sayapnya seperti terbakar.
"Geurrrŕr......"
"Aku tidak akan kalah oleh mahluk hina seperti kalian,"mahluk itu berusaha melawan,tapi tubuhnya seperti terbakar.
Kyai Safi'i berdiri menyaksikan mahluk itu kesakitan dan meronta kemudian tubuh mahluk itu menghilang dalam kegelapan,sinar bulan kembali terang,udara kembali tenang,sementara para anggota sekte yang berusaha melarikan diri ditangkap dan dikumpulkan,ada beberapa juga yang berhasil melarikan diri.
Dinda yang kritis segera dievakuasi,dilarikan kerumah sakit,Dani dan Kakeknya tak henti-hentinya menangis melihat keadaan Dinda.
mana berkuasa pula kepala sekolah
ruwet
supaya aman di pesantren kan saja
pergilah ke alam baka buat makhluk tekutuk di hutan itu
jangan sembarang ke tempat orang.. semua tempat ada peraturannya masing-masing. saling menghargai...
kembali jadi ke aslinya kakek peot
dr awal aku juga udah curiga sama Dimas...
tengah malam puncak ritual
Dinda di buat telanjang
di depan pemuja setan ?
kabur ketangkep mulu