setelah tiga tahun menjalani rumah tangga bersama dengan Amran, Zahira tetap tidak bisa membuat lelaki itu mencintainya. Amran selalu memperlakukan Zahira dengan sangat kejam. Seakan Zahira adalah barang yang tidak berguna.
sebaik apapun hal yang sudah Zahira lakukan, selalu saja tidak bernilai dan kurang di mata Amran.
" aku ingin bercerai!" ucap Zahira dengan lugas. meskipun tanganya mengepal kuat, namun semua itu adalah refleksi dirinya agar kuat dan tidak goyah dengan rayuan Amran.
" memangnya kau bisa apa setelah bercerai dariku?" Amran selalu bisa menghina Zahira dan melukai harga diri wanita itu.
Amran membuang wanita itu dan Zahira bertekad untuk tidak memberikan kesempatan bagi Amran. Lelaki yang tidak bisa lepas dari hutang budinya pada wanita lain, tidak akan Zahira pikirkan lagi.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon lafratabassum, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 23
Amran mendekati leher Zahira, mulutnya berada persis dia atas telinga istri nya lalu dengan suara serak membalas " aku sudah mengatakan padamu bukan. Aku ingin kamu hamil anak ku, Zahira"
Zahira mendengar kalimat itu serasa ingin mengumpat. Dulu memang Amran sempat mengatakan hal ini, saat merayunya agar kembali ke sisi lelaki itu.
Namun apa yang dia dapatkan sekarang. Berulang kali Amran mengkhianati nya dengan sangat dalam. Malam itu ingatan Zahira kembali mengingat semua perkataan Amran beserta janji-janji palsunya. Saat dia dengan begitu mudahnya mempercayai jika Amran benar-benar sudah berubah dan ingin memulai kehidupan baru dengannya.
Namun setelah dirinya kembali dan membuka lebar pintu maafnya. Sayangnya semua harapan itu kembali musnah. Dan malah angan nya jatuh dengan begitu keras.
Di tengah aktivitas panas nya itu, Zahira juga kembali di tampar dengan kenyataan bahwa malam ini Amran masih bertemu dengan Amel dan begitu perhatian pada Wanita itu. Membuat nya benar-benar tidak berharga.
Meskipun Zahira marah dan benci dengan suaminya ini. Lalu lihatlah sekarang, Amran masih bisa menikmati tubuh nya dengan mudah. Tanpa bisa dia melawannya.
Amran masih sangat berkuasa atas dirinya dan semua angan-angannya.
Lelehan hangat mengalir melewati sudut matanya, perlahan kepalanya menoleh ke samping. Lalu melihat ada sebuah vas bunga yang begitu ramping nan indah di meja samping ranjang.
Dari posisi nya vas itu sangat menarik, selagi Amran fokus pada tubuhnya. Zahira mengulurkan tangannya, hingga vas itu berada dalam genggaman nya.
Zahira tidak begitu sadar apa yang dia lakukan setelahnya. Karena kemudian vas itu sudah pecah berserakan di ranjang dan karpet bersamaan dengan suara teriakan Amran.
" ..akkk... Zahira! Beraninya kau!" Amran menyentuh bagian kepalanya yang sakit. Telapak tangan nya sedikit ternoda karena darah.
Meski pandangan mulai berbayang, Zahira melihat ada garis merah yang mengalir dari pelipis Amran. Dan lelaki itu tentu saja melihat nya dengan wajah kesal.
Zahira tersenyum tipis, saat itu bagi Zahira wajah Amran begitu lucu. Kenapa Lelaki itu bisa memiliki garis merah yang panjang sampai ke rahangnya.
Sedangkan Amran malah semakin dilingkupi kemarahan serta gairah yang belum terselesaikan. Tanpa memikirkan lukanya, Amran tetap melanjutkan aktivitas nya.
Hingga tengah malam, dia menelepon sopir lalu mengantar nya ke rumah sakit terdekat. Dia meninggalkan Zahira yang masih terlelap di hotel.
Pagi harinya, Zahira bangun dan langsung mendapati seprai ranjang dengan begitu banyak noda darah. Dia bahkan sampai mual dan muntah di kamar mandi karena keadaan kamar yang sangat kacau.
Setelah itu merapikan penampilan nya, barulah dia keluar kamar, dan sudah ada sekertaris Erisa yang menunggu.
Wanita itu memberikan salam lalu berkata dengan sopan.
" nyonya, hari ini Pak Amran meminta saya mengantar anda ke rumah sakit"
Zahira hanya menurut saja, dia juga baru menyadari jika tangan kirinya juga memiliki luka sobek yang tidak terlalu dalam serta perutnya yang terasa tidak enak.
setelah sampai di rumah sakit, dokter segera memeriksa tubuhnya. Setelah selesai di tangani, dokter sempat memberitahu keadaan Amran serta di kamar mana lelaki itu di rawat.
Saat ini mereka berada di rumah sakit lama yang menangani Arfan. Karena itulah Zahira dengan mudah bisa menemukan kamar inap lelaki itu.
Zahira masuk tanpa menimbulkan suara, dan oleh sebab itu dua orang yang sedang berbincang di dalam tidak mengetahui jika ada seseorang yang masuk ke kamar.
Zahira berdiri di ambang pintu. Sayup -sayup Zahira bisa menyimak pembicaraan itu dengan seksama.
" memangnya kenapa jika begitu, aku memang belum puas memainkannya. Kenapa kau mempersoalkannya? Zahira saja tidak keberatan dengan perlakuan ku?" Suara Amran terdengar jelas. Jantung Zahira berdetak kencang.
" jangan sakiti dia terus menerus, lepaskan dia jika kau tidak mau menyesal" Dokter Reno menimpali dengan nada tak suka.
" tunggu sampai aku bosan, baru kau bisa memiliki nya..." kalimat itu mengalun pelan namun seperti pedang yang menusuk dadanya kuat. Zahira terpaku sejenak, tidak percaya dengan apa yang barusaja dia dengar.
Di matanya sekarang, Amran sangatlah jahat.
" ... Hentikan... " lirih Zahira dengan langkah mundur.
Jangan ada kalimat lagi, ini saja sudah sangat menekan dadanya. Zahira sedikit limbung saat berusaha keluar dari kamar.
Seketika alunan suara itu mengagetkan dua orang yang sedang berdebat. Keduanya langsung menatap asal suara.
Dokter Reno, segera mendekati Zahira. Dia berniat menenangkan wanita itu yang sangat terlihat terpukul.
Sedangkan Amran yang saat itu terbaring di ranjang langsung beranjak duduk. Maniknya melebar karena sangat takut dengan situasi ini. Dia tidak menyangka Zahira ada di kamarnya dan mendengar semuanya.
Belum sempat mendekati Zahira, wanita itu sudah pergi berlari. Dia sangat marah dan benci pada Amran. Dan yang lebih dia benci adalah dirinya sendiri.
Bagaimana bisa selama ini dia tidak menyadari jika dia hanya di gunakan seperti mainan oleh Amran.
Di sisi lain, Amran segera menarik jarum infus dan tanpa beralas kaki segera mengejar Zahira.
Dokter Reno hanya berdiri di lorong. Dia tau saat ini Zahira pasti sangat kecewa dan terpukul. Wanita itu pasti membutuhkan waktu sendiri.
Sedangkan Amran, dia terlihat seperti seorang pecundang dan lelaki brengsek. Jika bukan karena kondisi sakit, mungkin Dokter Reno sudah memberikan beberapa pukulan pada Amran karena ucapannya itu.
Di pertengahan jalan Sekertaris Erisa melihat Zahira berlari tapi dia membiarkan saja. Saat akan ikut turun dia baru menyadari jika pak Amran juga ikut berlari dengan darah yang menetes dari lengannya.
" .. Pak Amran..tangan anda.." Sekertaris Erisa langsung menghentikan lelaki itu dengan wajah cemas.
" perawat!.." panggil Sekertaris Erisa.
Amran berhenti sejenak, bukan karena perintah Sekertaris Erisa. Melainkan karena luka di kepalanya terasa sangat nyeri. Dia mengumpulkan tenaga untuk mengejar Zahira lagi.
Namun sayang, saat dia sampai di lobby. Zahira sudah berada di mobil dan akan pergi.
" Zahira!!.. " teriak Amran dan langsung mengejar.
Lelakinya itu memukul jendela mobil dengan keras. Dia ingin Zahira membuka pintu dan mendengar penjelasan nya.
Tetapi semua itu hanyalah angan, dari dalam mobil Zahira menatapnya dengan tatapan datar dan dingin. Wanita itu sama sekali tidak menghiraukannya. Dan sesaat setelahnya mobil itu melaju meninggalkan rumah sakit.
" Zahira..!!" panggil Amran sekali lagi sambil mengejar mobil.
Semua tindakan nya hanya sia-sia. Tubuhnya yang masih lemah membuat Amran tersungkur dan jatuh di aspal.
Di belakang nya Sekertaris Erisa dan satpam rumah sakit langsung menolong Amran. Membawa lelaki itu masuk dan kembali menjalani pemeriksaan.
Dari jendela lantai atas Dokter Reno melihat semuanya. Sejak pelarian itu yang dia pikirkan hanya bagaimana keadaan Zahira setelah ini. Wanita itu pasti hancur. Untuk sementara waktu, lebih baik dia jangan mengganggu. Biarkan Zahira menyelesaikan hubungan nya dengan Amran terlebih dahulu.