NovelToon NovelToon
Menjadi Istri Dari Seorang Gus

Menjadi Istri Dari Seorang Gus

Status: sedang berlangsung
Genre:Beda Usia
Popularitas:2.1k
Nilai: 5
Nama Author: pinkberryss

Akibat kenakalan dari Raya dan selalu berbuat onar saat masih sekolah membuat kedua orangtuanya memasukkan Raya ke ponpes. setelah lulus sekolah.

Tiba disana, bukannya jadi santri seperti pada umumnya malah dijadikan istri kedua secara dadakan. Hal itu membuat orangtua Raya marah. Lalu apakah Raya benar-benar memilih atau menolak tawaran seperti orangtuanya?

Tingkah laku Raya yang bikin elus dada membuat Arsyad harus memiliki stok kesabaran yang banyak.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon pinkberryss, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Raya bertindak

Selang tiga hari kemudian setelah kabar gembira yang disebarkan Fira dan Bilal, kini Raya tengah berjalan menyusuri setiap asrama putri. Dilihatnya nampak bagus dan rapi, namun terdengar suara keributan dari dalam. Raya masuk dan melihat apa yang sedang terjadi.

Begitu dia masuk ternyata dua santri putri sedang berkelahi, astaga padahal perempuan malah gelut begini. Raya langsung memecah mereka berdua dan berada ditengah-tengah.

"Kalian kenapa sih? sesama perempuan tuh rukun harusnya saling support lah ini malah bertengkar, mana gelut kayak laki-laki." dia mencoba menjadi penasehat seolah-olah mampu dalam penyelesaian sebuah masalah.

"Ning biasanya mereka akrab tapi nggak tau kalau dari kemarin udah nggak saling sapa. Eh malah sekarang berantem," ujar salah satu orang memberitahu kepada Raya.

"Dia yang mulai duluan Ning yang nyerang saya," kerudung warna navy membuka suaranya.

"Enak aja ya aku nggak akan nyerang duluan kalau bukan kamu yang jadi penyebab!"

"Oke terus? Gini-gini kalian semua tolong dong jangan berkerumun banyak gini. pergi dah, eh tolong bubarin," Raya meminta tolong kepada pengurus untuk membubarkan mereka yang melihat pertengkaran tadi.

"Oke sekarang ceritakan apa yang sebenarnya terjadi. dan kamu— katanya dia duluan?" Raya menunjuk kerudung warna navy tersebut.

"Iya Ning dia yang udah rebut pacar saya!" seketika Raya mangap tak terkecuali para pengurus yang sejak dari tadi melerai mereka dan bertanya namun tak digubris.

"Enggak ya, aku nggak ada niatan begitu kan kami teman lama. Dia satu sekolah sama aku waktu SD sama SMP, ya wajar aja kalau kita saling bertukar kabar karena kangen kan?"

"Oh jadi disini emang diperbolehkan pacaran, begitu? Bukannya dilarang keras ya, bahkan kalian kalau waktu ujian campuran sama laki-laki aja dipisah kok, asrama kalian aja ada pembatas nya dan jaraknya juga lumayan jauh, percuma kalau kalian dipondokkan disini bukannya berubah jadi baik malah sebaliknya," mereka tertunduk.

"Lagian nih kita chat lawan jenis aja udah aneh kan kalau nggak ada sesuatu hal yang penting?"

Raya-Raya perasaan dulu juga dia begitu, chat lawan jenis tanpa berkepentingan hanya sekedar basa-basi dan itupun dia sendiri yang menjahili. hihihi.

"Kalau dirasa berkepentingan apapun itu ya boleh aja sih. Jadi ayo baikan," baik perempuan berkerudung coklat maupun navy sama-sama mempunyai ego tinggi. padahal mereka selama disini adalah teman dekat.

Salah satu pengurus menyenggol lengan agar bergerak dan meminta maaf. Namun hasilnya nihil.

"Aku telfon suamiku dulu ya," Raya mulai memancing dengan pura-pura menelpon Arsyad. belum sampai dia membuka hp nya mereka berdua lantas meminta maaf satu sama lain, entah itu ikhlas atau hanya sekedar gimmick semata didepan mereka semua.

"Yaudah kalau kejadian ini terulang kembali, ya siap-siap aja sih."

'Capek banget dah kalo ngurusin beginian.'

Raya berjalan kembali ke rumahnya, disana ada Arsyad sedang berbincang dengan salah satu ustadzah temannya juga ada... Zalima.

Orang itu lagi? Mau ngapain?

ehem

"Eh kamu, udah selesai kelilingnya?" Raya mengangguk.

"Sini duduk," Arsyad mempersilakan Raya duduk disebelahnya.

Raya melihat gerak-gerik Zalima yang mencurigakan. Dia lantas mendekatkan dirinya ke tubuh Arsyad bahkan memeluk tangannya.

"Kenapa?" bertanya saat Raya menyenderkan kepalanya.

Raya melirik Zalima ingin melihat bagaimana reaksi dia dan ternyata benar juga ada sesuatu dalam matanya terpancar kekaguman. Raya tak tinggal diam, dia mulai berakting dengan sempurna.

"Ustadzah kok nggak bawa suaminya juga?"

"Suami saya sedang mengajar anak-anak SD,"

"Oh, lain kali ajak dong us suaminya kesini barangkali kita bisa double date juga," ucapan nya membuat ustadzah bernama Rina tersenyum dan mengangguk.

"Kamu bisa masak kan?" dia bertanya sambil mendongak menatap Arsyad.

"Bisa kenapa, mau dimasakin?"

"Mau dong masak apa aja yang ada di kulkas."

Cup

Wow... Raya pertama kali mengecup pipi Arsyad. Dan itu tepat saat Zalima melihatnya. Ustadzah Rina terkekeh melihat aksi Raya yang tak ada canggung nya.

"Romantis sekali ya kalian, apalagi istrimu kayaknya suka dengan physical touch," ucap ustadzah.

"Y-ya begitu..." Arsyad menggaruk kepalanya yang tidak gatal karena dia sangat canggung dilihat oleh temannya. Apalagi kehadiran Zalima yang membuatnya tidak suka.

"Yasudah masakin gih istrimu, aku balik dulu ya." Mereka berdua pun akhirnya balik

Bisa dilihat bagaimana wajah Zalima saat melihat Raya mengecup pipi Arsyad? Wajahnya melongo bahkan hatinya seperti dihantam batu keras.

Sedangkan dilamarnya, Raya sedang merutuki dirinya sendiri dengan pede nya dia mencium pipi sang suami untuk pertama kalinya didepan temannya yaitu ustadzah Rina. Namun dia lakukan karena ingin Zalima kepanasan saja, tidak lebih.

"Aaarrrgh... dasar gue bisa-bisanya kayak gitu!!!"

"Ditaruh dimana muka imut gue ini," dia panik sendiri.

"Oke Raya tarik napas... Huuuhh."

tok tok tok

Ceklek

Arsyad tersenyum melihat Raya yang tengah malu-malu kucing, hehehe. Maklum dia telah melakukan hal yang membuat semua orang tak terduga.

"Katanya mau saya masakin?" dia duduk disamping ranjang dengan menatap Raya yang berdiri menunduk.

"Y-ya masak saja sana kan gue yang nyuruh,"

"Padahal saya kesini mau dikecup lagi loh supaya semangat memasaknya,"

Aaauuu

Raya mencubit kembali namun kali ini di pinggang Arsyad yang agak sulit karena sekeras itu.

"Rasain makanya jangan bikin ulah,"

"Loh yang bikin ulah siapa, nggak ada kan. Lagipula saya kesini hanya mau—" ucapannya terhenti saat Raya membungkam mulutnya.

"Cepet masak sana, gue temenin deh!" Arsyad menjadi tersenyum.

"Oke kita lihat kulkasnya ada apa," mereka sudah dibawah dan Arsyad tengah membuka kulkas.

"Ada sayuran sama daging ayam,"

"Daging ayamnya dibikin steak aja, bisa?"

"Sepertinya iya karena ada bagian dada, mau dibikin steak aja nggak yang lain?"

"Apa harus gue ngomong lagi yang keras atau pakai speaker biar kedengeran semuanya?" Arsyad terkekeh. Ia langsung mengeksekusi bahan-bahan yang ada di dapur untuk memulai memasakkan sang istri ter.... Cinta.

Raya memandangi Arsyad dengan kekaguman, pasalnya tak hanya pintas dalam hal ilmunya tapi juga jago sekali saat masak begini. Apalagi vibes nya berbeda sekali, seperti bukan Arsyad asli.

Dengan telaten dia mengiris iris bumbu seperti seorang chef. Menyalakan kompor, menuangkan minyak sedikit karena untuk menumis sayuran. Dan mulai memasak.

Ayamnya telah dibumbui dan siap untuk dimatangkan. Raya mencium aroma lezat dari bumbu yang menyeruak kedalam hidungnya.

"Sayurnya sudah matang, tinggal ayamnya saja," Raya melihat di mangkuk berisi sayur yang telah matang dengan warna yang masih fresh seperti semula.

Baru kali ini melihat seorang Arsyad yang tidak sekaku dulu, bahkan kini bisa dilihat dia lebih luwes dan apa adanya saat bersama dengan Raya. Ini adalah perubahan yang sangat beda bahkan orangtuanya sendiri telah melihatnya. Mereka bersyukur akhirnya anaknya mendapatkan sebuah kebahagiaan tanpa terkekang sama sekali.

"Steak ayamnya, tuan putri," Arsyad menyajikan ya diatas piring warna putih diberikannya kepada Raya dengan hati-hati.

"Makasih ya Gus nggak nyangka gue bisa ahli masak,"

"Alhamdulillah, semua itu juga karena umi pernah mengajarkan saya sekaligus melihat tutorial,"

"Tapi gue nggak bisa tuh masak, nggak nyesel punya istri kayak gue ini yang nakalnya bisa bikin elus dada?" Arsyad menggeleng cepat.

"Saya lebih suka kamu apa adanya,"

"Bukan ada apanya?"

"Tidak. Sudah dimakan aja, mau diambilkan nasinya?"

"Boleh sedikit aja. Emang Gus Arsyad nggak ikut makan juga?"

"Nih sepiring sama gue, kasian kalau cuci piring sebanyak itu." dia melihat banyaknya cucian menumpuk, meski tidak terlalu banyak tapi Raya masih punya hati nurani.

1
Sena Kobayakawa
Gemesin banget! 😍
_senpai_kim
Sudah berhari-hari menunggu update, thor. Jangan lama-lama ya!
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!