Ketika semua hanya bisa di selesai dengan uang. Yang membuat ia melakukan apa saja untuk bisa mendapatkan uang, juga termasuk menju*l tubuhnya sendiri.
Tidak mudah menjadi seorang ibu tunggal. di tengah kerasnya sebuah kehidupan yang semakin padat akan ekonomi yang semakin meningkat.
Ketika terkuaknya kebenaran jati diri putrinya. apakah semua akan baik-baik saja? atau mungkin akan bertambah buruk?
Ikuti kisahnya dalam. Ranjang Penyelesaian.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon bunda Qamariah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pembunuhan Asya
Rahang Dave mengeras. Matanya memerah murka mengetahui ternyata selama ini Vegam mengkhianatinya.
"Dari mana kamu dapatkan ini!" Tanya Dave kembali menarik kerah baju Aron.
"Lebih baik kau tanyakan saja dengan temanmu. Dia pasti tahu menjawabnya." Aron melepas tangan Dave dari kerah bajunya.
Dave keluar dari ruangan Aron. Pria itu menuju ke mobil dan menancap gas mendatangi markas Vegam.
Dia ingin bertanya langsung. Apa benar selama ini Vegam telah berkhianat padanya?
Tapi kalau itu benar. Mana mungkin Vegam mau berkata jujur. Tentu saja Vegam pasti akan menghindar dan bilang kalau dia dengan Lusia tidak ada hubungan apa-apa. Pikir Dave.
Setelah kepergian Dave. Aron tersenyum licik. "Ternyata Lusia benar. Kalau suaminya itu, terlalu gampang percaya sesuatu yang belum pasti." Ucap Aron.
Flashback.
Tap tap tap
Langkah panjang Vegam bersama dua orang kepercayaannya di belakang terus berjalan melewati lorong-lorong hotel.
Tiba-tiba ada tikungan di lorong hotel. Dan di sana Vegam berpapasan dengan Lusia yang sedang mendorong kursi roda.
"Vegam?" Sapa Lusia tersenyum.
Vegam tidak menjawabnya dan hanya diam dengan wajah datar kemudian ingin melewati Lusia.
Wanita itu tiba-tiba memegang lengan Vegam.
"Apa?" Tanya Vegam datar.
"Aku mau cari kamar aku. Boleh nggak kamu antar aku ke sana. Soalnya aku udah capek banget," ucap Lusia meminta bantuan Vegam.
"Mana!" Meminta kunci Lusia agar lebih mudah Vegam mengantar wanita itu ke kamar.
Seperti biasa Vegam tidak banyak bertanya. Dan bahkan tidak bertanya sama sekali apa yang Lusia lakukan di sana.
Vegam pun segera mengantar Lusia ke kamarnya. Tiba di kamar lagi-lagi Lusia meminta bantuan pada Vegam untuk memindahkannya ke atas kasur.
Vegam tetap tidak menolak. Dan tetap membantu Lusia. Semua karena Dave Vegam mau membantu Lusia. Seandainya tidak, mungkin Vegam tidak akan perduli.
Saat membantu Lusia turun dari atas kursi roda. Tiba-tiba terbersit ide picik di kepala Vegam.
"Kecoak!" Bohong Vegam.
"Argh!" Lusia melompat dan langsung memeluk Vegam.
Vegam mengangkat satu alis melihat Lusia memeluknya.
Menyadari kalau Vegam bisa melihatnya berdiri. Lusia buru-buru menjatuhkan tubuhnya.
"Argh! Kakiku sakit sekali." Dengan gugup Lusia berusaha terlihat tenang dan berharap kalau kebohongannya belum terbongkar.
Vegam hanya tersenyum miring kemudian berlalu pergi.
Di situ awal Vegam tahu kalau Lusia hanya berbohong selama ini bahwa dia cacat.
Dan ternyata kejadian tadi sempat direkam oleh Aron yang diam-diam sudah ada di kamar hotel.
Vegam juga tidak menyadari keberadaan Aron di sana. Karena Vegam memang tidak ingin ambil pusing dengan sesuatu yang tidak bersangkutan dengannya.
Dan Aron sengaja menyimpan foto-foto itu. Untuk senjata di kemudian hari saat perselingkuhannya dengan Lusia mulai menyeruak. Dan dia akan membalikkan fakta seperti yang sedang dia lakukan sekarang.
Selesai Flashback.
Di kediaman Dave. Lusia berjalan pelan masuk ke dalam kamar Asya yang sedang tidur siang.
Lusia tersenyum jahat membawa sebilah pisau di tangannya.
"Mati kau! Akan aku bunuh kau!" Lusia sudah berdiri di pinggir ranjang Asya.
"Harusnya kau tidak hidup. Harusnya kau mati waktu itu!"
Lusia mengangkat tinggi-tinggi tangannya kemudian ingin menghujani perut Asya dengan pisau.
Bersamaan kedua mata Asya yang tadi tertutup tiba-tiba terbuka. "Tante?"
Srekkk!
Darah mengalir deras berjatuhan dari ranjang Asya.
Di tempat kerja. Aulia tiba-tiba merasa tidak enak hati. "Asya." naluri keibuannya tiba-tiba timbul merasa putrinya tidak baik-baik saja.
Aulia segera menghubungi nomor pelayan. Namun tidak ada yang mengangkatnya. Merasa kalau ada hal buruk yang terjadi dengan putrinya. Aulia segera pamit dan langsung bergegas pergi dari pekerjaannya kembali ke rumah Dave.