Tak mau anaknya tumbuh menjadi mafia, Erika nekat pergi meninggalkan Ervan, suaminya sendiri. Mengingat sang suami adalah ketua mafia yang paling ditakuti dan kejam.
Demi sang anak, Erika rela meninggalkan kehidupan mewah dan dunia gelapnya. Namun kaburnya Erika tentu tak lepas dari perhatian Ervan. Karena itu, Erika beberapa kali harus berpindah-pindah tempat tinggal untuk menghindari kejaran sang suami.
Suka dan duka dilalui Erika. Hidup di luar dari kebiasaannya tidak mudah. Apalagi saat dia harus bekerja di bawah pimpinan orang. Alhasil Erika mencoba membuat usaha. Ia pergi ke desa dan membeli lahan luas di sana. Erika memutuskan bercocok tanam buah dan sayuran sebagai mata pencaharian baru.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Desau, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 4 - Tak Menyerah
Setelah dua hari berlalu, barulah seluruh anggota Black Skull bisa berkumpul. Mereka semua sekarang berada di basement markas. Menanti kemunculan bos mereka.
Di antara semua orang, Roby juga sudah kembali. Dia berusaha bersikap setenang mungkin. Roby selalu ingat perkataan Erika, bahwasanya semua orang tidak akan bisa mengira kalau dia adalah sang mata-mata.
Terdengar langkah kaki tegas yang kian mendekat. Tak lama, sosok yang ditunggu muncul. Wajah yang nampak sangar itu muncul dari balik pintu. Di iringi oleh dua orang kepercayaannya.
"Kalian pasti sudah dengar mengenai kepergian Erika," ujar Ervan. Dia tatap satu per satu anak buahnya sambil berjalan melewati mereka. Perlahan Ervan ambil pistol yang tersemat dibalik mantelnya.
"Sebelum kedok kalian ketahuan, sebaiknya mengakulah kalau salah satu di antara kalian ada yang membantu kepergian Erika!" sambung Ervan. Dia menatap Annika dan Zivanna. Ervan mendekati dua wanita itu.
"Katakan, apa ada sesuatu yang harus aku ketahui?" tanya Ervan.
"Kami bersumpah, Bos. Kami sama sekali tak tahu perihal rencana kepergian Erika. Dia bahkan tidak pernah menceritakan apapun pada kami," ucap Annika.
"Tidak sedikit pun?" selidik Ervan.
"Tidak sedikit pun," sahut Zivanna. Wajahnya dan Annika tampak meyakinkan.
"Tim! Ronald! Geledah kamar-kamar mereka! Ambil semua barang yang berkaitan dengan Erika!" suruh Ervan. Tim dan Ronald lantas langsung melakukan suruhannya.
Butuh waktu sekitar setengah jam lebih penggeledahan dilakukan. Namun mereka tidak menemukan bukti apapun. Bahkan di kamar Roby sekali pun.
Alhasil Ervan menyerah mencurigai semua anak buahnya. Walaupun begitu, dia tidak menyerah. Ervan tetap akan mencari Erika. Kali ini dia berpikir ingin meminta bantuan seorang teroris. Setahu Ervan, anggota teroris kenalannya itu memiliki koneksi dimana-mana. Jadi jejak Erika pasti bisa ditemukan dengan mudah.
"Kau yakin ingin menghubungi Xen?" tanya Tim. Karena setahunya hubungan Ervan dan Xen tidak begitu baik.
"Aku tak punya pilihan lain. Koneksi yang dimilikinya lebih luas dibanding aku. Siapkan keberangkatan kita ke sana!" perintah Ervan.
"Baik, Bos!" Tim dan Ronald menjawab serentak.
...***...
Satu minggu berlalu. Sejauh ini kehidupan Erika baik-baik saja. Namun ada kalanya dia merasa bosan. Ternyata tidak enak menjalani kehidupan seorang diri.
"Sepertinya aku harus menemukan seseorang untuk dijadikan teman atau asisten pribadi," gumam Erika. Dia sekarang sedang bersiap untuk keluar.
Senyuman Erika mengembang saat dirinya melihat perutnya. Dia baru saja keluar dari hotel. Erika sekarang selalu berpakaian feminin layaknya seorang ibu pada umumnya. Dengan langkah pelan, dirinya berjalan di bawah terik sinar matahari pagi.
Erika sengaja mengunjungi beberapa tempat terkenal di Cape Town. Dia memutuskan membeli beberapa roti untuk dibawa ke hotel.
Erika sangat hati-hati dalam berbelanja. Dia harus ingat budget yang tersedia. Sebab Erika harus memiliki uang simpanan untuk biaya melahirkan nanti.
Kini Erika baru keluar dari toko roti. Bersamaan dengan itu, seorang gadis remaja menabrak, hingga tas belanja berisi roti milik Erika jatuh. Untung saja tabrakan itu tidak keras dan membuat janin dalam perut Erika terancam.
"Maaf!" gadis berkulit hitam itu langsung meminta maaf. Dia juga mengambilkan tas milik Erika sebagai pertanggung jawaban. Namun gadis tersebut terlihat tergesa-gesa sambil terus menengok ke belakang.
"Bisakah kau hati-hati?" timpal Erika dengan dahi berkerut.
"Aku benar-benar minta maaf. Tapi aku harus pergi!" ujar gadis itu. Kemudian dia langsung berlari. Tak lama, tiga lelaki dewasa muncul dan mengejar gadis yang menabrak Erika tadi.
feeling aku sih masih hidup dan entah sekarang ada di suatu tempat mungkin... kalau enggak lagi dalam masa penyembuhan...
mau kemana coba... anak buah udah pada dibantai sama evan
Penasaran akan tindakan Erika menyelesaikan masalah anak² 🤔💪
syukurlah.....
emang cinta itu rumit ya... kita nggak bisa milih mau jatuh cinta ke siapa...🥰🥰🥰