Kebangkitan Anak Yang Tertukar

Baru sehari dia di rawat, Daniella sudah meminta izin untuk pulang ke rumah. Dia sangat tidak betah tinggal di rumah sakit.

Siang harinya di kembali bekerja seperti biasanya.

"Daniella, mengapa kamu bekerja? Bukankah kamu seharusnya berada di rumah sakit?" Tanya bosnya.

Ketika tadi Daniella memasuki ruang karyawan dan berganti pakaian. Temannya langsung melapor ke atasan mereka. Karena, teman-temannya mengetahui tentang kecelakaan Daniella.

Atasan mereka sudah memberi tahu, agar seseorang menggantikan posisi Daniella beberapa hari. Sampai dia bisa bekerja kembali.

Tetapi baru dua hari dia libur, kini telah kembali bekerja. Dengan tangan dan kakinya masih di perban. Dan berjalan belum selancar seperti biasanya.

"Tidak apa-apa bos, saya sudah bisa bekerja. Kasihan teman-teman, mereka bekerja lebih banyak karena menggantikan posisi saya." Jawab Daniella sambil menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.

Pemilik restoran itu hanya bisa menarik nafas.

"Karena kakimu masih belum sembuh. Lebih baik kamu di bagian cuci piring saja. Karena akan kesusahan jika mengangkat makanan dengan kaki pincang begitu." Perintah bosnya.

"Baik bos, akan saya laksanakan." Daniella tidak memandang tinggi rendanya jabatan.

Walau di hari biasa dia bekerja di depan sebagai pelayan. Karena wajahnya yang cukup cantik, membuat pelanggan lebih senang di layani.

Bagian cuci piring biasanya di lakukan anak baru. Tapi kini, Daniella tidak mempermasalahkan itu. Yang penting baginya tetap bekerja. Karena bonusan akhir bulan tetap di berikan, kalau tidak libur terlalu lama.

Sedangkan anak baru yang biasa mencuci piring menjadi bingung, dia harus kerja apa.

"Kamu bersih-bersih saja hari ini. Bersihkan lantai depan kalau kotor. Dan juga bersihan meja setelah pelanggan selesai makan." Perintah bosnya.

Walau biasanya pekerjaan itu di lakukan sekaligus oleh pelayan. Mereka menanyakan pesanan, mengantar pesanan, mengangkat peralatan makan setelah selesai pelanggan makan. Dan sekaligus membersihkan meja setelah pelanggan pulang.

Tapi saat ini, pembersihan meja makan di lakukan oleh karyawan baru itu. Sebab pekerjaannya di pegang oleh Daniella.

Kedua pria yang mengawasi Daniella terkejut ketika tahu bahwa Daniella telah keluar dari rumah sakit.

"Hah? Ini orang..." Nick sedikit pusing memikirkannya.

Karena dia tahu bahwa pergelangan kaki Daniella keseleo. Tentu saja tidak akan bisa berjalan dengan baik. Tapi bagaimana dia dengan keras kepala memutuskan untuk keluar dari rumah sakit dan bekerja.

Sementara Rey yang mendatangi bangsal Daniella juga sedikit kesal. Karena rencananya hari ini dia membawa salep krem yang akan dia berikan kepada Daniella. Untuk menghilangkan bekas luka di kaki dan tangannya.

Belum sempat dia memberikannya, Daniella telah keluar dari rumah sakit.

"Apakah anak ini tidak merasakan sakit pada kakinya itu?" Dia menggerutu.

"Maaf tuan, saya tidak sempat menghalangi nona Daniella untuk pergi dari rumah sakit. Saya khawatir dia mengetahui keberadaan ku yang selalu mengawasinya." Ucap pengawal yang biasa mengikuti Daniella dengan sembunyi-sembunyi.

Rey Robert hanya bisa menarik nafas dalam. Akhirnya dia memutuskan untuk pergi ke restoran di mana Daniella bekerja.

Tetapi dia terkejut ketika sampai di sana. Dia melihat Nick juga sudah berada di sana. Tetapi dia mencoba untuk berpikiran positif. 'Mungkin saja Nick sedang makan siang di sini.'

Ketika Nick melihat kedatangan Rey, dia juga sedikit terkejut. 'Ternyata dia gerak cepat juga.' Gumamnya dalam hati.

"Hallo Rey, makan siang di sini juga?" Tanyanya menyapa.

"Ya, ya, sekalian aku ingin menemui Daniella. Karena ada beberapa obatnya yang lupa dia bawa." Ucap Rey langsung, tanpa menutupi apapun.

Sampai mereka selesai menyantap hidangan di depan mereka. Tapi mereka sama sekali tidak melihat Daniella. Mereka berdua mengerutkan kening, dan mulai merasa gelisah.

'Apakah informasi yang mereka terima salah? Atau Daniella beristirahat di apartemennya?' Seperti itulah pertanyaan di kepala mereka masing-masing.

Sementara orang yang mereka cari sedang sibuk di dapur membersihkan piring-piring yang kotor. Dan terkadang dia beristirahat di belakang, jika tidak ada pekerjaan yang harus di kerjakan lagi.

Sedangkan orang dua itu menghubungi bawahannya dengan sebuah pesan, agar pergi ke apartemen Daniella. Untuk mencari tahu keberadaan wanita itu.

"Hei, kalian berdua... Mengapa makan siang di sini tidak mengajakku?" Tiba-tiba suara seorang pria mengejutkan kedua orang yang sibuk dengan ponselnya masing-masing.

Dengan spontan mereka menoleh ke asal suara tersebut.

"Ada apa kemari? Biasanya ini bukan tempat mu untuk makan, kan?" Tanya Rey.

"Memangnya kenapa? Aku juga butuh suasana baru." Jawabnya santai sambil duduk di kursi kosong di antara dua orang itu.

"Jerry, hotelmu puluhan. Dan setiap restorannya di isi dengan koki ternama. Makanan apa lagi yang hendak kau cari?" Nick juga mulai curiga dengan temannya itu.

"Ya, ya... Mungkin tujuanku sama dengan kalian. Kalian jangan lupa, aku yang pertama kali melihatnya. Aku yang menunjukkan pertama kali gadis itu kepada kalian. Kalian tidak boleh melangkahi ku." Dia menatap jahil ke arah dua temannya itu.

"Jerry, kami tahu siapa kau. Gadis ini tidak cocok denganmu. Wanita mu telah banyak seantero jagat raya ini. Jika kau hendak menambah korban lagi, sebaiknya cari yang lain. Karena nenekku sangat menyukai gadis ini. Jika dia di rusak olehmu. Semua hotelmu itu akan ku hancurkan." Ada sedikit nada mengancam dalam suara Rey.

Sedangkan Nick mengepalkan tangannya. Dengan raut wajah Jerry Yan. Seolah-olah temannya itu meremehkan mereka.

Karena di antara ketiga sahabat itu. Hanya Jerry yang memiliki banyak wanita. Sedangkan Nick Jonas yang seorang mafia jarang bergaul dengan wanita.

Begitu Juga Rey Robert. Dia anak bungsu di keluarga Robert yang penuh dengan intrik dari saudaranya yang lain. Sehingga dia lebih fokus mengembangkan perusahaan peninggalan kakeknya.

Sedangkan saudaranya yang lain hanya memiliki seorang putra, yaitu Jonas Robert. Sedangkan yang lain hanya memiliki putri. Sehingga mereka tidak bisa menjadi penerus perusahan kakek buyut mereka.

Mereka bertiga hanya bisa berdiam, terkadang menikmati makanan penutup. Dan kopi yang baru mereka pesan.

Para pelayan di sana juga bersikap lebih diam. Karena aura yang terpancar membuat suhu ruangan semakin dingin.

Tidak berapa lama, notifikasi ponsel mereka berdua berbunyi.