"Panggil Bee aja seperti biasa. Gak ada akan ada yang curiga kan kalau kita in relationship, namaku kan Bilqis keluarga panggil aku Bi."
"We have no relationship."
Samapai kapanpun aku akan mengingat kalimat itu.
>_<
Bahkan hubungan yang aku pahami, lain dari hubungan yang kamu pahami.
Kamu tidak salah.
Aku yang salah mengartikan semua kedekatan kita.
Aku yang begitu mengangumimu sejak kecil perlahan menjelma menjadi cinta, hingga salah mengartikan jika apa yang kamu lakukan untukku sebulan terakhir waktu itu adalah bentuk balasan perasaannku.
Terima kasih atas waktu sebulan yang kamu beri, itu sudah lebih dari cukup untuk membuatku merasakan layaknya seorang kekasih dan memilikimu.
Tolong jangan lagi seret aku dalam jurang yang sama, perasaanku tulus, aku tidak sekuat yang terlihat. Jika sekali lagi kamu seret aku kejurang permainan yang sama, aku tidak yakin bisa kembali berdiri dan mengangkat kepala.
This is me, Bee Ganendra.
I'm not Your Baby Bee Qiss anymore
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Unik Muaaa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Dia
Siapa Elio, mantan Sakura.
Kalian masih ingat bukan siapa Sakura?, Sakura kembaran si Dia.
Tidak perlu kujelaskan siapa yang aku maksud dia bukan?, karna sebelumnya aku juga menyebutnya Dia dan seterusnya aku akan menggunakan kata Dia untuk Dia.
Setelah pulang sekolah kami bertiga langsung ke sekolahan Kalingga.
Sudah lebih sepuluh menit kami bertiga berdiri didepan sekolah Kalingga menunggu Elio keluar dari sekolahnya, dan aku mulai tidak betah hingga keluar dari dalam mobil diikuti Chaka dan Daniel juga.
"Si Twin senior sekolah disini juga gak?" Tanya Chaka sembari menatap kedepan.
"Enggak" jawabku.
Aku paham jika itu pertanyaan untukku tampa Chaka harus menoleh padaku, dan aku juga paham siapa yang Chaka maksud dengan Twin senior itu.
"Telepon Ayah aja minta Om Renald untuk twins senior kerumah kita, biar rame sekalian."
"Ck" aku berdecak tidak suka usulan Chaka, "jangan ngadi-ngadi lo ya!" Ancamku.
"Kan enak lo bisa deketin dia, ya gak Niel?."
Daniel hanya tertawa sembari melingkarkan tangannya dipundakku, sepertinya dia mencari aman dengan tidak memancing emosiku didepan sekolah orang lain.
Tepat sebelum aku dan Chaka memulai perdebatan, pagar sekolah Kalingga terbuka.
Wajah kami yang semula tersenyum berubah datar, seperti biasanya jika berada di depan umum. Kami, terutama aku amat sangat malas meladeni orang yang SKSD.
Brum ...
Aku menoleh kesamping terlihat ada mobil merah yang ternyata ada Sakura, dan dia hanya melirikku sekilas sembari berbincang dengan temannya, mungkin sudah lupa siapa aku, bahkan sudah lupa sedekat apa kita dulu.
Karna ingin tahu Sakura masih mengingatku atau tidak, kulangkahkan kakiku mendekatinya.
"Hei, lo kenal Karelio?."
Sapaku sembari bertanya tentang Elio, memulai basa basi sebenarnya, namun sepertinya salah.
Sakura menatapku tajam, aku tersenyum segaris, sepertinya dia sedang menebak-nebak sesuatu tentangku dan mantannya, si Elio.
"Kalau kenal bisa minta tolong panggilin gak?" Tanyaku, semakin memancingnya.
Senyumku semakin lebar saat melihat rahang Sakura mengerat, entah karna cemburu padaku yang mencari mantannya atau, kesal mendengar bisikan orang-orang disekitar kami, yang terdengar jelas.
"OMG!, Bilqis main to the point aja mau deketin Elio depan mantan."
"Sumpah, kalo gue jadi Desya, ubun-ubun gue pasti udah panas nahan emosi."
"Desya kan udah ada yang deketin si Kevano tetua karate Antariksa."
"Tapi gak mungkin dong gak mendidih tuh hati."
"Bi keren banget An**ng."
"Elio beruntung banget direbutin mereka berdua."
"Elio yang dicari, kenapa malah hati gue yang berdebar."
"Mantan Spek Bidadari, Pacar Ok lah, yang ngejar Keren banget gitu."
Melihat wajah Sakura hang semakin memerah menahan kesal, membuatku tersenyum lebar. Jika masih suka kenapa mereka putus?.
Brum ...
Terdengar suara motor yang berhenti tidak jauh dari kami, tetapi aku masih betah menatap Sakura.
"Bukannya lo cari Elio?" Tanya Sakura padaku, lalu melirik kearah belakangku, "itu Elio yang lagi duduk di motor."
Kutarik lebar kedua sudut bibirku, pura-pura bahagia mengetahui ada Elio. Sebelum aku berbalik badan menghampiri Elio aku melihat rahang Sakura mengetat.
Fix, Sakura sedang cemburu. Ternyata dia masih ada rasa pada si Elio ini.
"Mami Savira minta lo untuk ikut kita" ucapku setelah berdiri tepat didepan motor Elio.
Elio tidak menanggapi apa yang aku katakan, dia malah menatap lurus kearah Sakura sehingga aku merotasikan bola mataku jengah.
"Ngapain kerumah Ganendra?, Sai juga ikut?.
Seketika aku berbalik badan mendengar apa yang dikatakan Sakura, ternyata dia sedang memegang ponsel di telinganya.
Ini pasti ulah Chaka ...
*-*
Bagaimana jantung kalian kala tau akan bertemu dengan sang pujaan hati?.
Tentu saja dada kalian akan berdebar kencang bukan?.
Gelisah?
Otak kalian seakan-akan tidak lagi berfungsi?
Ingin menghilang, tapi tidak sanggup?, karna kalau bukan sekarang kapan lagi bukan?.
Nah itu yang sedang aku rasakan saat ini.
Sejak tahu Dia akan ikut berkumpul dengan kami hari ini, entah sudah berapa puluh kali aku diam-diam melakukan inhale dan exhale.
Dari kaca spion, aku bisa melihat dua orang yang sedang duduk didepanku sekarang ini melirik kejok belakang, lebih tepatnya padaku sembari terkikik.
Ah ... Andai saja tidak ada Sakura disampingku, sudah aku cubiti lengan mereka berdua sekarang juga.
"Kalian kalau kemana-mana biasa bertiga ya?."
"Enggak juga, yang harus kemana-mana sama-sama itu Chaka sama Bilqis. Biasa lah ... Mereka kan anak kembar"
"Gue ama Sagara gak gitu kok."
Deg ....
Jantungku semakin menggila rasanya mendengar nama dia disebut.
Sakura, kembaran dia. Nama depanku dan Sakura sama, Adesya. Nama panjang dia Adesya Sakura Atmaja, dan ... Kembaran dia ... Sagara.
Jangan tanyakan kenapa aku tidak menyebut nama panjangnya, bisa-bisa jantungku semakin menggila.
"Kalian kan sudah cukup umur berkendaraan" ucapku, menimbrung obrolan mereka. "Mungkin lo lupa, gue sama Chaka lebih muda tiga tahun dari kalian meski kita sama-sama kelas tiga SMA."
"Oh iya ... Gue lupa, seharusnya kalian berdua kan masih SMP" ucap Sakura sembari melirikku. "Kalau Daniel biasanya seumuran Sai kan ya?, seharusnya kelas satu SMA."
"Iya" jawab Daniel, "Seandainya gak ada yang ngehasut untuk ikut loncat kelas pasti masih di ..."
Bugh ...
Aku menendang belakang kursi yang diduduki Daniel sembari memelototinya tajam.
"Gue juga gitu, kalo bukan karna dia mana mau ikut akselerasi."
Chaka malah ikutan menyudutkanku sehingga ku pelototi dia, awas saja jika sampai di rumah aku cubit kalian berdua.
"Gue malah ingin ikut akselerasi, tapi otak gue gak gak sejenius kalian. Jadi gak lama-lama sekolah" ucap Sakura.
"Tuh ... Denger ..." seruku sembari melirik Caka dan Daniel.
"Sebelum belain dia, tanya dulu apa motif dia tiga kali ikut ak ..."
"Chaka ..." rengekku sembari menarik-narik lengan bajunya.
Chaka terkekeh kecil.
"Motifnya emangnya apa?" Tanya Sakura.
Aku berdecak dan menatap keluar jendela mobil, tidak menjawab pertanyaannya.
Tidak mungkin aku menjawab karna kembaran dia yang membuatku termotivasi, mau ditaruh dimana mukaku jika sampai orang lain tahu.
"Sepertinya Sagara sampek duluan" ucap Daniel.
Kepalaku tampa komando langsung mencari keberadaannya.
Detak jantungku semakin menggila.
Dia berada disana, tidak usah melakukan apapun untuk menarik perhatianku, saat dia keluar dari dalam mobilnya sembari memegang ponselnya ditelinga semua indraku seakan tertuju pada dia.
"Gimana akhirnya rasanya bisa ketemu sama pujaan hati secara langsung?" Tanya Chaka.
Asal suara Chaka bukan lagi dari arah depan, tetapi disampingku sehingga aku menoleh kesamping dan mendapatkan Chaka sudah membuka pintu disampingku sembari tersenyum lebar.
Kesadaranku tiba-tiba kembali sehingga denga panik aku menoleh kesamping dan tidak menemukan Sakura, membuatku lega.
Aku memicingkan mata menatap Chaka penuh curiga. "Jangan bilang kalo ini kerjaan lo?."
Senyum Chaka semakin lebar, "untuk kembaran gue ini kenapa enggak."
Ku gigit bibir bawah bagian dalamku menahan diri agar tidak mengomeli Chaka.
Ya, aku ingin mengomelinya. Tetapi direlung hati terdalam aku ingin mengucapkan terima kasih, tapi ... Gengsi aja.
Kapan terakhir kali aku melihatnya dengan jarak sedekat ini?, entahlah ... Aku sudah lupa kapan. Terakhir yang aku ingat kenangan tentangnya adalah tatapan tajam dan dinginnya padaku.
Chaka dan Daniel berjalan mendekati Sakura, Sai dan Dia. Sedangkan aju memilih untuk mendekati Elio yang baru saja datang.
Elio menatap lurus pada Desya, setidaknya cerita cinta yang tragis nantinya bukan hanya cerita gue.
^-^