[Warning! Adult Romance]
Jeje tidak menyangka jika PS partnernya adalah seorang mafia.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Shim Chung, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
MAHM BAB 5 - Keputusan Salah
"Suaraku?" tanya Jeje semakin gugup.
Damian terdiam sejenak disana, entahlah pria itu juga bingung kenapa selalu ingin mendengar suara PS-nya.
"Apa kita bisa melakukannya sekarang?" tanya Damian kemudian.
"Bolehkah saya makan dulu?" tanya Jeje balik karena dia baru makan beberapa suap.
"Aku beri waktu 5 menit!" ucap Damian dengan mematikan panggilannya.
"5 menit....," kalimat Jeje menggantung karena panggilan sudah terputus.
Jeje menggerutu. "Ck, pria itu sangat menyebalkan!"
Akhirnya Jeje mempercepat makannya supaya bisa melakukan PS dan istirahat. Dia akan mengumpulkan uang yang banyak dan ingin segera berhenti dari pekerjaannya yang menyimpang. Jeje ingin lebih konsen pada mata kuliahnya dan akan berusaha keras supaya bisa lulus dengan nilai memuaskan supaya mimpinya bisa terwujud.
Setelah 5 menit berlalu, sesuai perkataan Damian. Pria itu menghubungi Jeje lagi membuat Jeje yang saat itu minum langsung tersedak.
"Apa pria itu memasang alarm?" gerutu Jeje yang kesal.
Tapi wajahnya merona mengingat apa yang akan dia lakukan setelah ini.
Kali ini, dia tidak melakukannya di kamar mandi tapi di kamarnya sendiri. Dan Jeje hanya memakai pakaian dalam saja karena dia akan mengirimkan foto tubuhnya tanpa memperlihatkan wajahnya pada Damian supaya pria itu berfantasi dengan dirinya.
"Siap?" tanya Damian.
"I-iya!" jawab Jeje tergagap.
"Rileks! Jangan gugup begitu!"
Dan malam itu, kedua manusia berbeda jenis mendapatkan kenikmatan yang tiada tara walaupun itu hanya melalui suara.
Keadaan seperti itu berlangsung selama berbulan-bulan lamanya. Mereka akan melakukan PS setidaknya seminggu 4 kali dan tabungan Jeje sudah semakin banyak karena Damian selalu melebihkan tarifnya berkali-kali lipat.
"Sepertinya sudah cukup!" gumam Jeje saat melihat nominal angka di buku tabungannya. "Dengan uang ini, aku bisa bertahan sampai semester akhir! Dan juga masih bisa mengirim uang ke Indonesia!"
"Aku bisa konsen ke mata kuliah!" tambahnya dengan meloncatkan badannya.
Jeje meraih ponselnya yang biasa dia gunakan untuk melakukan PS bersama Damian. Dia mengecup ponsel itu sejenak sebelum dia menghancurkannya.
"Selamat tinggal," batinnya.
Dia tidak menyadari perbuatan sepihaknya itu membuat seseorang murka karenanya.
*****
Setelah bertekad tidak akan melakukan PS lagi, Jeje akan lebih konsen ke kuliahnya. Untuk itu, dia menyibukkan diri dengan belajar dan terus belajar.
Hari ini, Jeje agak telat berangkat ke kampusnya karena semalaman dia begadang untuk membaca dan merangkum. Beruntung saat dia datang ke kelasnya, dosen pembimbingnya belum datang.
Jeje segera duduk dengan mengatur nafasnya yang masih tersengal karena berlarian sebelumnya.
Tak lama pintu kelasnya terbuka Kembali, Jeje kira itu adalah dosen pembimbing yang datang. Tapi dia salah, ternyata yang datang beberapa pria dengan jas serba hitam dan berbadan besar.
Seisi kelas itu tentu saja panik tapi yang lebih panik adalah Jeje karena para pria menakutkan itu mendekat padanya.
“Nona harus ikut bersama kami!“ ucap salah satunya.
"Ke... kenapa saya?" tanya Jeje terbata.
Tidak ada jawaban sampai tiba-tiba badannya diangkat dan Jeje digendong layaknya karung beras yang berada di bahu pria yang sebelumnya berbicara padanya.
Sementara yang lain mengemasi barang-barang Jeje dan mereka keluar dari kelas dengan Jeje yang terus meronta.
"Lepaskan aku!" ronta Jeje dengan terus memukul pria yang menggendongnya.
Tapi perlawan Jeje tidak berpengaruh apa-apa, dia dibawa keluar kampus dan menuju sebuah mobil mewah. Jeje dipaksa masuk ke dalam mobil itu yang di sana Damian sudah menunggu Jeje tidak sabar.
sebelom nolong ketawa dulu ahh...