Melodi sunyi berdendang indah di keheningan malam. Detak bisu memecah kesunyian dalam langkah-langkah sepi. Dalam diam, kata-kata berseru keras dalam hati.
Jihan malam ini berniat ingin memberikan kejutan kepada suaminya karena beberapa hari tidak pulang ke rumah disebabkan ada kerjaan di luar kota.
Tapi kenyataannya, Jihan lah yang mendapatkan kejutan. Jantungnya meletup-letup, darah panas mendidih mengalir sampai ke ubun-ubun. Jihan tak mampu bersuara, hanya tetesan air mata yang mewakili perasaannya.
Tepat di depan matanya, suaminya tidur bersama seorang wanita tanpa busana dalam satu selimut sambil berpelukan.
Apa yang akan terjadi?
Ikuti terus jalan ceritanya!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yenny Een, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 23 Papa Rio
"Papa!" Arsen, Jihan, Alan dan Erwin berbarengan.
"Papa, tolong Mama!" anak laki-laki itu menarik Arsen.
Arsen mau tidak mau ikut bersama anak laki-laki itu. Erwin berlari menyusul mereka. Alan yang penasaran mendorong kursi roda Jihan ikut menyusul mereka.
Ya Tuhan, cobaan apalagi ini. Apa benar Arsen sebelumnya mempunyai seorang anak? Siapa Ibunya? Jihan membatin.
Sampailah mereka di depan sebuah ruang perawatan. Anak laki-laki itu membuka pintu. Dia menarik tangan Arsen untuk masuk ke dalam. Mereka menghampiri seorang wanita yang terbaring di atas tempat tidur pasien.
"Papa, Mama sakit. Tadi siang ada orang datang ke rumah mukul Mama," kata anak laki-laki itu.
Arsen memperhatikan wanita itu. Arsen sama sekali belum pernah melihatnya. Arsen kemudian berjongkok di depan anak kecil itu.
"Nama Adek siapa? Om tidak kenal Adek?" tanya Arsen.
"Papa gak kenal Rio? Papa jahat!" Rio menangis kencang.
"Rio, Om gak kenal sama Rio. Maaf ya, kami harus pergi," Arsen berdiri dan menghampiri Jihan.
"Papa jahat!" teriak Rio.
Wanita yang ada di atas tempat tidur terbangun. Dia mencari Rio. Wanita itu duduk di atas tempat tidurnya dan menarik Rio.
"Ervan, apa yang kamu lakukan?" Wanita itu menatap tajam ke arah Arsen.
"Ervan?" Arsen tercengang.
"Siapa wanita itu?" Ibunya Rio marah melihat Jihan.
"Ini istriku. Dan nama saya bukan Ervan," jawab Arsen.
"Maaf, apa Anda mengenal orang ini?" tanya Erwin.
"Tentu saja, dia suamiku," jawab wanita itu.
"APA!" tidak hanya Arsen, Jihan, Alan dan Erwin kaget berjamaah.
"Maaf, saya baru pertama kali bertemu dengan kalian," sahut Arsen.
"Dasar laki-laki tidak bertanggungjawab," wanita itu memeluk Rio yang menangis.
Alan memandangi semua yang ada di dalam ruangan.
"Sen, coba keluarkan KTP lu," Alan menepuk pundak Arsen.
Arsen yang kebingungan mengeluarkan KTP dari dalam dompetnya. Arsen memberikannya kepada Alan. Alan perlahan menunjukkan KTP Arsen kepada wanita itu. Wanita itu mengambil dan melihatnya. Dia mencocokkan wajah yang ada di KTP dengan wajah Arsen.
Wanita itu mengembalikan KTP Arsen kepada Alan. Dia mengeluarkan buku nikah. Di sana ada foto Ibunya Rio dan orang yang mirip dengan Arsen. Yang telah menikah adalah Ervan Avandi dan Ola Afia.
"Ini bukannya kamu Sen?" tunjuk Erwin.
"Sembarangan, bukan!" Arsen menepuk keras pundak Erwin.
Arsen dan Ervan terlihat sangat mirip. Pantas saja Ola dan Rio menganggap Arsen adalah Ervan. Tapi Arsen tetap bersikeras yang ada di foto itu bukan dirinya.
Jihan juga melihat buku nikah itu. Jihan meminta Alan untuk mendorong kursi rodanya agar mendekat ke samping Rio dan Ibunya.
"Maaf Mba, saya Jihan, istri dari Arsen. Saya sudah melihat foto suami Mba. Mereka berdua memang terlihat sangat mirip. Dan saya menemukan perbedaan di antara mereka. Suami saya mempunyai tahi lalat di keningnya. Sedangkan suami Mba tidak ada."
Ola memperhatikan Arsen dengan seksama. Ternyata benar, Arsen dan Ervan sangat mirip. Ervan tidak mempunyai tahi lalat di kening tapi mempunyai tanda lahir di lengan kanannya. Persis seperti tato. Ola tidak melihat itu di lengan kanan Arsen. Dia bukan suaminya.
"Apa kamu dan Ervan saudara kembar?" tanya Ola.
"Maaf, saya anak tunggal," jawab Arsen.
"Kalian berdua sangat mirip. Maafkan saya karena salah paham. Sekali lagi maaf," ucap Ola.
"Rio sayang, Om ini bukan Papa Rio. Ayo minta maaf," Ola berbisik.
Rio mengusap air matanya. Rio berbalik dan meminta maaf kepada Arsen. Arsen memeluk Rio. Arsen berharap Rio akan segera bertemu dengan Papanya.
Alan memberanikan diri bertanya ke mana Ervan. Dengan bercucuran air mata secara singkat Ola bercerita.
Ervan bekerja di salah satu perusahaan pembiayaan sebagai debt collector di kota itu. Ervan ditugaskan menarik motor kredit yang bermasalah. Ervan berhasil menarik motor itu dan membawanya ke kantor. Ternyata yang punya motor tidak terima motornya ditarik.
Usut punya usut ternyata motor yang ditarik Ervan adalah motor yang baru saja dibeli oleh pemilik baru. Pemilik lama motor itu menjual motor yang belum lunas kreditannya kepada pemilik baru. Ervan yang hanya menjalankan tugas tidak mengetahui hal itu. Ervan terus dikejar dan diteror. Ervan beberapa hari tidak masuk kerja dan menghilang.
Dan hari ini pemilik motor mencari Ervan ke rumah Ola. Dia dan beberapa temannya mengobrak-abrik rumah Ola dan juga melakukan kekerasan kepada Ola. Untung Rio saat itu tidak ada di rumah. Tetangga Ola yang membawanya ke rumah sakit.
Alan meminta nomor kontak Ola. Siapa tahu Alan bertemu dengan Ervan di suatu tempat. Ola dengan senang hati memberikan nomor kontaknya. Alan juga akan membayar semua biaya pengobatan Ola di rumah sakit.
Alan juga berbaik hati memberikan sedikit uang kepada Ola untuk kebutuhan Rio beberapa hari ke depan. Pastilah hidup mereka akan susah karena tulang punggung keluarga mereka menghilang.
Ola dan Rio sekali lagi meminta maaf dan juga berterima kasih kepada mereka semua. Alan dan yang lain berpamitan kepada Ola dan Rio. Mereka akan kembali ke negara mereka. Rio sekali lagi memeluk Arsen mengucapkan perpisahan. Rio menumpahkan kerinduannya kepada Arsen yang mirip dengan papanya.
Arsen mendorong Jihan yang ada di kursi roda ke dalam lift. Jihan memperhatikan Arsen.
"Sayang, kok diam?" cubit Jihan.
"Kok kamu bisa bedain aku sama Ervan?" tanya Arsen.
"Itu namanya insting cinta," jawab Jihan.
Mereka berempat naik ke roof top rumah sakit. Di sana sudah menunggu dua buah helikopter yang akan membawa mereka ke bandara. Helikopter terbang meninggalkan rumah sakit.
Tibalah mereka di bandara. Alan dan Erwin duluan masuk ke dalam pesawat pribadi mereka untuk memasukkan koper-koper ke dalamnya. Terdengar suara teriakan Jihan dari luar pesawat.
Alan dan Erwin kembali keluar melihat apa yang terjadi. Arsen dikeroyok oleh sekelompok orang tidak dikenal. Arsen tidak berdaya. Alan dan Erwin membantu menghajar sekelompok orang itu. Hingga mereka semua melarikan diri.
"Kak Arsen, Kak," panggil Jihan.
"Dia pingsan. Biar Dokter pribadi kita yang mengobati Arsen," Alan dan Erwin memapah Arsen masuk ke dalam pesawat.
Jihan perlahan menyusul masuk ke dalam. Pesawat mereka pun akhirnya meninggalkan bandara. Arsen yang pingsan diberikan pengobatan oleh Dokter dan perawat pribadi yang dibawa Alan dari Kota A.
Arsen terbaring di tempat duduk pesawat, masih belum sadarkan diri.
"Lho ini siapa?" tanya salah seorang perawat.
"Pak Arsen," jawab Dokter.
"Lalu yang di dalam itu siapa?" tunjuk perawat.
Alan, Erwin dan Pak Dokter ke kursi penumpang yang ada di belakang. Mereka melihat Arsen tidak sadarkan diri penuh dengan luka lebam di sekujur tubuh dan wajahnya.
Alan dan Erwin saling berpandangan, "Ervan!"
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
