Arisha, gadis yang tidak pernah merasakan kebahagiaan setelah orang tuanya berpisah.
Tak disangka, takdir membawanya bertemu shean. Pria yang ditinggal istrinya setelah melahirkan putranya..
Demi biaya operasi ibunya, risha terpaksa menerima tawaran shean untuk menjadi ibu sambung dari putranya yang hanya menginginkan gadis itu..
Mampukah Risha menjalani peran Seorang ibu untuk Archie, dan menjadi istri kontrak untuk shean?...
Happy reading...
Tinggalkan jejak berupa Like komen jika suka dengan cerita ini. Terima kasih.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Desifa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
6. Kebencian seorang putri
"Saya ingin anda menjadi wali nikah saya, seminggu lagi.."
Deg
Seketika bola mata tuan arga membulat sempurna. Pria itu begitu terkejut mendengar apa yang diucapkan risha.
"Apa yang kamu katakan?" Tanya pria itu.
"Seminggu lagi saya menikah. Saya butuh wali."
"Kamu sudah gila ya, Sha? Ibumu sakit, tapi kamu mau nikah?" Titah tuan arga. Pria itu menatap risha tajam.
"Anda tenang saja. Saya akan menikah setelah ibu dioperasi, dan mungkin setelah itu keadaannya juga sudah membaik."
"Kalau begitu saya tidak mau menjadi wali nikahmu!"
Risha tersenyum sinis. "Saya tidak memaksa. Tapi setelah ini silahkan pergi dari sini, dan jangan pernah menemui saya ataupun angga lagi." Jawab risha.
Pria itu menghembuskan nafasnya kasar. Bukan begitu maksud tuan arga. Menjadi wali risha, tentu adalah keinginan terbesarnya. Namun keadaan mantan istrinya yang sakit, Tuan arga hanya ingin menundanya sampai mantan istrinya benar-benar sembuh.
Risha berdiri dan hendak melangkah pergi. Namun tangannya langsung ditarik oleh ayahnya.
"Baiklah. Ayah bersedia, Ayah akan mendampingimu nanti." Ucap tuan arga pasrah.
Menolak risha sama saja membangung dinding pemisah yang belum runtuh kembali kokoh.
"Terimakasih."
Setelah itu risha pun langsung melangkah pergi meninggalkan ayahnya yang belum bertanya apapun padanya. Risha sengaja menghindar, karena feeling nya sudah tau, apa yang dikatakan pria paruh baya itu.
*
*
*
Lain tempat. Shean yang baru pulang dari kantor langsung memanggil nyonya rose dan Tuan Gibran keruang tengah. Pria yang baru pulang dinas dari negeri Singapure itu begitu terkejut dengan apa yang menimpa putranya.
Tuan Gibran adalah orang yang dulu begitu antusias mendukung hubungan shean dan elma. Karena papa elma dulu adalah Sahabat karib nya yang tinggal di London. Tanpa diduga, ternyata putra dan putri mereka saling mengenal. Dua tahun yang lalu, shean mempersuntung Elma di London. Namun, takdir tidak ada yang tahu.
Mereka bertiga kini duduk berhadapan diruang tengah.
"Ada apa, shean?" Tanya nyonya rose.
"Ma, aku ingin membicarakan sesuatu dengan kalian."
"Katakan saja, shean." Jawab tuan gibran.
Pria berusia 30 tahun itu memperbaiki posisi duduknya.
"Aku ingin menikah lagi."
Nyonya rose dan tuan gibran saling menatap. Mereka begitu terkejut dengan permintaan putranya. Sebagai seorang ibu, nyonya rose sudah pasti tahu, apa yang dibutuhkan putranya saat ini. Seorang istri yang bisa mencintai putranya, shean membutuhkan itu.
"Dengan siapa?" Tuan gibran berusaha bersikap biasa. Walau sebenarnya hatinya juga terluka oleh perbuatan mantan menantunya.
Nyonya rose menatap putranya lekat. Secara bersamaan, shean pun juga menatap mamanya. Tatapan shean seolah mengartikan untuk menjawab pertanyaan papanya. Dan nyonya rose tahu, siapa yang akan dinikahi Putranya.
"Papa ingat, tadi mama sudah cerita. Seorang gadis yang merebut hati cucu kesayangannya kita."
Tuan gibran mengangguk.
"Bawa dia kemari. Papa mau lihat, seperti apa rupa gadis itu?" Pinta tuan gibran. Tak ada keraguan dalam ucapannya.
"Lusa, shean akan membawanya. Besok shean baru akan menemui ayahnya."
Nyonya rose dan Tuan Gibran mengangguk berbarengan. Untuk kali ini, mereka benar-benar akan merestui keputusan putranya tanpa adanya paksaan. Terlebih nyonya rose sudah kenal walau tidak dekat dengan Arisha.
Pagi harinya, Dokter sudah mewanti-wanti untuk bu anita bersiap-siap, karena 1 jam lagi operasi akan dilakukan.
"Bu, semangat ya." Ucap angga. Remaja itu berdiri disamping branker ibunya.
Bu anita tersenyum. Harapan wanita itu saat ini hanya ingin sembuh dan kembali ke anak-anaknya.
"Nanti kalau sakit, bilang ya, bu." Canda risha. Ketiga orang itupun tertawa. Rasanya sudah lama sekali mereka tidak bercanda dengan ria. Semenjak penyakit jantung bu anita yang semakin parah.
Sudah hampir satu jam tak terasa. Bu anita langsung dipindahkan keruang operasi. Ketegangan menghantui mereka bertiga. Namun semua dipasrahkan pada sang pencipta, hanya do'a yang menjadi penolong untuk bu anita.
Pintu ruang operasi tertutup. Dan beberapa saat kemudian, lampu Indikator pun menyala. Pertanda operasi telah dilakukan.
Risha dan angga duduk dikursi penunggu dengan perasaan yang sulit dijelaskan. Cemas, khawatir, tegang semua tercampur rasa menjadi satu dalam hati masing-masing.
"Kak, ibu akan sembuh kan?" Tanya angga. Remaja itu sangat khawatir pada ibunya.
"Ibu baik-baik saja, tenanglah." Risha merangkul pundak adiknya dan mengusapnya perlahan.
Angga mengangguk dan menyenderkan kepalanya dipundak kakaknya. Sisilain dari angga, manja kepada risha. Karena risha orang yang selalu ada untuknya, dua perempuan hebat bagi angga. Bu anita dan risha, mereka yang bertahun-tahun berjuang untuk masa depannya.
3 jam lebih telah berlalu. Angga dan risha nampak cemas, karena operasi tak kunjung selesai.
Namun kecemasan mereka langsung pudar setelah melihat lampu indikator mati. Tak berselang lama, para suster keluar dari ruang operasi. Dokter zayn dan satu dokter ahli bedah yang ikut membantu pun keluar. Risha dan angga berdiri menghampiri dokter zayn.
"Selamat, operasi ibumu lancar." Ucap dokter Zayn tersenyum, Walau wajah pria 40 tahun itu terlihat lelah.
"Terimakasih banyak, dok." Jawab risha. Kelegaan tercetak jelas dalam wajah ayunya.
"Nanti ibumu akan dipindahkan keruang ICU (Intensive Care Unit) selama beberapa hari. Setelah keadaannya dinyatakan stabil, baru akan dipindahkan keruang rawat biasa. Setelah itu kalian bisa melihatnya." Jelas dokter zayn.
"Tapi aku mau lihat ibu sekarang." Pinta angga.
"Setelah keadaannya membaik, nanti bisa dijenguk. Untuk sekarang belum bisa. Karena kami akan memantau terlebih dahulu, takutnya terjadi komplikasi atau hal-hal yang tidak diinginkan."
"Baik, dok." Jawab risha. Gadis itu mengusap punggung adiknya.
"Kalau begitu saya permisi." Dokter zayn pun lantas melangkah pergi.
..._***_...
Setelah ibu nita dipindahkan keruang ICU. Angga pun pamit kekantin membeli minuman. Tinggal risha yang duduk sendirian diruang tunggu.
Gadis itu termenung sendirian memikirkan satu masalahnya telah selesai, namun setelah ini akan ada satu hal yang akan terjadi lagi. Pernikahannya, dan cara menjelaskan kepada ibunya.
Risha membungkuk, tangannya menopang tubuhnya dengan siku tangan yang ditekuk diatas pahanya. Kedua telapak tangannya dibuka menutupi wajahnya.
Risha mengusap wajahnya berkali-kali. Berkali-kali juga menarik nafas dan mengeluarkannya. Tubuhnya disandarkan pada kepala kursi. Matanya yang terpejem perlahan terbuka.
Tatapan matanya tertuju pada arah pintu masuk. Gadis itu sontak meluruskan punggungnya, dan langsung berdiri.
Dua pria berbeda usia berjalan kearahnya. Dua pria yang membawanya kejalan takdir yang berbeda.
Risha menatap tak percaya, mengapa Kedua pria itu bisa ada disini?, bareng pula.
"Bagaimana operasi ibumu, Sha?" Tanya tuan arga. Ya, tuan Argantara dan shean lah yang datang. Entahlah, bagaimana mereka bisa datang bersamaan.
"Lancar".
Tatapan risha tertuju pada pria yang menatapnya datar-datar saja. Tidak ada senyum di wajah tampannya.
"Apa kabar?" Tanya shean.
Risha mengangguk.
"Baik".
"Mengapa kamu tidak bilang sama ayah, kalau calon suami kamu adalah Putra Sulung Tuan Gibran Winara?"
Risha seketika mengerutkan keningnya. Gibran Winara? Siapa dia? Mengapa seperti pernah mendengar namanya, namun ingatannya tak bisa bekerja dengan baik. Fikirannya sudah full masalahnya saat ini.
Risha bersikap biasa saja.
"Anda tidak bertanya." Ketus risha.
Tuan Arga membuang nafasnya kasar. Susah sekali bicara pada putrinya yang kebencian untuk dirinya sudah mendarah daging dalam diri risha.
Shean menyaksikan sikap anak dan ayah itu. Interaksi mereka benar-benar buruk. Shean bisa menerka, bahwa ayah risha telah melakukan sesuatu dimasa lalu hingga membuat hubungan keduanya renggang.
"Bisa saya, bicara berdua dengan risha?" Tanya shean. Entahlah kepada risha atau tuan arga.
"Silahkan". Tuan arga langsung mengizinkan. Sepertinya ada udang dibalik batu.
Risha dan shean duduk ditaman rumah sakit yang kebetulan tidak terlalu ramai. Mereka duduk disalah satu bangku kosong ditemani berbagai tanaman hijau yang menghiasi taman.
"Saya sudah menepati semua janji saya." Ucap shean memulai.
Risha memejamkan matanya. Rasanya pedih mendengar janji pria itu, Baik untuk shean namun buruk untuk risha. Namun semuanya sudah tertulis dalam kontrak, dan risha tidak bisa membatalkan.
Hanya anggukan kecil yang dijadikan jawaban.
"Saya siap menerima apapun keputusan, tuan."
*
*
*
*
*
Bersambung...
kenalan yuk. Liwat sini yaa👇👇
Ig : @dsifaadian
FB : @Desiva Dian