3 bulan begitu cepat berlalu!
Alam manusia berada dalam masalah besar. Dewa-dewa itu turun ke alam manusia, melakukan pembunuhan besar, penghancuran yang sangat mengerikan.
Lin Bing telah terbunuh, pangeran naga Xiao Xuan bersumpah untuk membalaskan dendamnya.
Sang pangeran naga Xuan bersama para ahli bela diri dari alam manusia, bekerja sama untuk menyelamatkan alam manusia dari kekacauan besar ini.
Melawan para dewa-dewa kuat yang menyebabkan kekacauan di alam manusia.
Akankah sang pangeran naga berhasil? ataukah ia akan gagal?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon APRILAH, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
CHAPTER 27
Dewa air Yan Luo bergerak dengan cepat, mengeluarkan gelombang tsunami yang sangat besar. itu bukan gelombang penyerangan, melainkan gelombang air yang membentang tinggi membuat sebuah perisai air, disaat Xiao Xuan melancarkan serangannya.
Ribuan bola api yang sangat membara itu berjatuhan, menghujani seluruh wilayah pertahanan pasukan praktisi alam dewa. Dewa air Yan Luo menyadarinya, serangan Xiao Xuan dapat menyebabkan kerugian yang sangat besar bagi pasukan praktisi alam dewa.
Duaaarrrrrrrr....... ledakan Supernova itu kembali terjadi mengguncang Medan pertempuran.
ledakan yang sangat besar pun kembali terjadi!
Perisai gelombang air itu mulai menguap, mengeluarkan asap panas dari air yang mendidih.
Membuat para praktisi alam dewa yang berlindung di balik perisai air itu merasakan tekanan suhu panas yang seakan-akan membakar kulitnya. Tidak banyak praktisi alam dewa yang mampu bertahan dari tekanan suhu panas ekstrim yang begitu sangat mematikan.
Xiao Xuan benar-benar mengeluarkan segenap kekuatannya, ia berencana untuk menyelesaikan pertarungan itu dengan cepat, demi mencegah kerugian untuk praktisi alam manusia dan juga kerusakan yang diterima alam manusia dari dampak pertarungan ini.
Namun, dibawah tekanan suhu panas ekstrim, dewa air Yan Luo memanggil sosok dewa paus yang sangat besar. Itu meraung dengan sangat keras, membuat hujan bola api yang di keluarkan Xiao Xuan itu kembali terhempas ke langit.
Xiao Xuan pun terkena serangan balik, membuatnya memuntahkan sedikit darah dari mulutnya. Yan Xiao tidak lagi dapat bertarung, ia harus segera memulihkan kekuatannya.
Dibawah perlindungan binatang primordial paus putih, Yan Xiao di bantu oleh dewa air Yan Luo, untuk segera memulihkan kekuatannya.
Dewa air Yan Luo pun memberikan komando penyerangan, semua pasukan alam dewa pun kembali bergerak melakukan pertempuran panjang yang tidak ada habisnya.
sepuluh praktisi ranah demigod, bersamaan mengepung Xiao Xuan.
Di sisi lain, Lin Zhi, dan Xian Ni Qiu masih memimpin barisan depan, memimpin semua pasukan alam manusia, dalam menghadapi pasukan alam dewa.
"tuan muda Xiao Xuan, kami akan membantumu!" ujar Luo Feng yang telah berdiri tepat di samping Xiao Xuan.
Begitu juga dengan Yao Gang, ia pun melepaskan keegoisan nya, dan kini ia berdampingan dengan Xiao Xuan untuk menghadapi sepuluh praktisi demigod yang tengah mengelilingi nya.
Xuan Shi hendak bergabung bersama Xiao Xuan, namun pergerakan nya di halangi oleh tujuh praktisi ranah demigod yang juga mengepung nya.
"Yu'er, Yao'er, bantulah paman Xuan Shi, aku bersama dua kepala keluarga ini akan menghadapi yang lainnya, dan serahkan saja dewa air Yan Luo itu kepadaku!" ucap Xiao Xuan dari kejauhan kepada Yao Yao dan juga Xuan Yuki.
"baiklah kak, serahkan saja kepada kami!" jawab Yao Yao sembari menganggukkan kepalanya.
Lalu, Yao Yao dan Xuan Yuki pun hendak bergegas untuk membantu kepala keluarga Xuan Shi.
Namun, dewa air Yan Luo menyadarinya, bahwa selain Xiao Xuan dan para kepala keluarga kuno yang mempunyai kekuatan tahap martial God, ia juga merasakan bahwa Xuan Yuki berada di tahapan yang cukup tinggi, martial God tahap awal.
Melihat satu celah kesempatan, disaat Xuan Yuki yang sedang lengah! Dewa air Yan Luo pun melesat, membawa tombak panjang nya. Dewa air Yan Luo hendak menikam Xuan Yuki dengan ganas, namun Yao Yao menyadari pergerakan dewa air Yan Luo.
"Yuki, menghindar......" teriak Yao Yao dengan nada sekencang kencangnya.
Demi menyelamatkan Xuan Yuki, Yao Yao terbang dengan kecepatan penuhnya, ia pun berhasil mendorong Xuan Yuki, sehingga serangan dewa air Yan Luo pun dapat dihindari oleh Xuan Yuki.
Namun, tubuh Yao Yao, yang indah dan berlekuk itu mulai runtuh, tombak panjang dewa air Yan Luo itu menancap tepat di jantung Yao Yao. Membuat inti spiritual nya hancur, seluruh nadinya juga terputus terkena serangan mematikan dewa air Yan Luo.
Suasana pun seketika hening, sunyi, seolah-olah tidak ada satupun suara yang terdengar. Semua mata tertuju pada tubuh Yao Yao yang melayang di udara, terjatuh dari ketinggian langit.
"nona Yao!" ucap Xuan Yuki dengan sangat terkejut, raut wajahnya begitu tercengang, kedua matanya terbuka lebar, kedua pupil matanya yang berwarna hitam ungu itu bergetar, memperlihatkan ekspresi tidak percaya atas apa yang telah terjadi.
Baru saja mereka bekerja sama untuk tim yang tak terkalahkan, namun seketika semua itu sirna.
"Yao'er!" ucap Xiao Xuan sangat begitu kaget, nadanya kian mengecil, seluruh tubuh ya bergetar hebat, Xiao Xuan pun bergerak dengan cepat, menangkap tubuh Yao Yao yang terjatuh di udara.
"tidak, tidak, tidak.......... Kenapa bisa begini, bertahanlah Yao'er!" teriak Xiao Xuan dengan histeris sembari memeluk tubuh Yao Yao yang terkapar lemas.
"jangan menangis kak, jangan pernah bersedih, walaupun aku sebagai manusia tidak dapat lagi berada di sisimu, tapi jiwaku akan selalu bersamamu, aku yakin, aku sangat yakin bahwa kamu adalah harapan semua bentuk kehidupan di alam manusia, jangan khawatir, di surga sana, aku akan selalu menunggumu selamanya, tetaplah berdiri dan jangan pernah berfikir untuk kalah, kak....... Aku pamit" ucap Yao Yao dengan nadanya yang sangat berat terdengar sangat sesak.
Satu tangan kecil dengan kulitnya yang halus menyentuh lembut pipi Xiao Xuan. Namun, tangan itu perlahan terjatuh, tidak lagi mempunyai sebuah tenaga untuk menahan beban berat di tangannya.
Kedua mata Yao Yao pun mulai terpejam, ia tertidur untuk selama-lamanya.
Dalam pelukan Xiao Xuan, darah itu terus mengalir dengan deras dari tubuhnya.
Xiao Xuan sangat marah, ia hampir di telan oleh emosinya sendiri.
Xiao Xuan memancarkan aura yang penuh dengan duka, tekad, dan rahasia yang terpatri dalam setiap helai rambut putihnya.
Rambut panjang putihnya itu mengalir laksana tirai malam, dihiasi pita-pita berwarna keemasan yang berkibar tertiup angin, seakan menyimpan sebuah cerita pertempuran yang telah melelahkan waktu.
Dibalik keangkuhan jubah hitam dan kuning emasnya yang menyelubungi tubuhnya, tersimpan luka-luka yang tak kasat mata. Salah satu tangannya yang kini terangkat seolah dalam sapuan doa bisu, memamerkan noda darah yang segar.
Tetesan darah itu jatuh perlahan, seolah menghitung setiap detik yang berlalu. Detik demi detik dalam perjalanan yang penuh dengan derita, bagi Xiao Xuan, darah bukanlah sekedar darah yang mengalir, ia adalah saksi bisu atas segala yang telah terjadi pada hari itu.
Dalam setiap tetesan darah yang menetes, tersimpan kenangan masalalu yang kelam, sekaligus janji untuk menantang takdir yang dituliskan oleh tangan nasib.
Angin malam yang membawa aroma embun dan kesepian, menyanyikan lagu-lagu pilu yang hanya bisa didengar oleh hati yang terluka.
Di antara hembusan angin itulah, Xiao Xuan mendengar bisikan para roh leluhur yang telah lama pergi, menyampaikan sebuah pesan tentang kekuatan yang tumbuh melalui penderitaan.
Setiap hembusan angin itu, seolah mengingatkannya bahwa hidup adalah perjalanan yang tidak pernah lepas dari rasa sakit, penderitaan, dan luka.
Namun, disetiap luka itu terdapat benih yang tumbuh menjadi kekuatan yang tak terhingga, mampu kembali menyalakan bara api harapan dalam gelapnya malam yang paling pekat.
Matahari telah lama tenggelam dibalik awan kelabu, menyisakan bintang-bintang yang lemah namun setia. Cahaya mereka menyelinap melalui celah-celah kabut, menerangi wajah Xiao Xuan yang tegas namun menyimpan kegetiran.
Dibawah sinar rembulan, Xiao Xuan bertekuk lutut memeluk tubuh Yao Yao yang telah tak bernyawa, diatas bebatuan tua, tempat dimana sejarah tempat itu terukir dalam goresan waktu. Setiap batu, setiap retakan di permukaan tanah, menceritakan tentang kisah pertempuran yang menguji keberanian dan keuletannya. Di sinilah, diantara keheningan dan bisu alam, ia merenungi perjalanan panjang yang telah membawanya pada titik ini. Sebuah pertemuan antara masa lalu yang penuh luka dan masa depan yang belum pasti.
Aura emas itu bercampur dengan aura berwarna hitam pekat, di susul dengan aura darah merah yang membumbung tinggi ke langit.
Kedua bola mata Xiao Xuan seketika berwarna tiga warna, hitam, kuning, dan merah darah yang menggambarkan niat membunuh yang sangat kuat.
Di punggungnya, dua ekor naga kecil keluar dari balik kulitnya, itu terlihat seperti tulang, namun itu mempunyai sisik ular naga asli.
Xiao Xuan telah benar-benar menyempurnakan garis darah pangeran naga nya, melalui derita duka kematian Yao Yao tepat dihadapannya.
maratoooon