Kemalangan adalah hal biasa Riki dapatkan. Namun, kali itu berbeda.
Hanya dalam satu hari, dunianya telah berubah.
Dia baru saja mengetahui jika dia dijebak dan dipermalukan oleh seseorang. Lalu saat dia pulang, dia harus menghadapi kenyataan bahwa adiknya, satu-satunya keluarga yang tersisa harus meninggal karena bunuh diri.
Saat dia tahu apa yang terjadi, dia melaporkan semuanya pada pihak berwenang tapi lagi-lagi dia hanya pecundang.
Hanya kematian saja yang tersisa baginya, lebih baik mati daripada hidup penuh dengan kesengsaraan.
[Apakah anda ingin membalaskan dendam anda?]
Hah? Apa itu?
[Bergabunglah dengan sistem yang akan membantu anda mendapatkan keadilan dan kekayaan]
Kekayaan apa?
[Apakah anda setuju?]
Tapi, bukankah Riki sudah meninggal?
Saat dia bangun, kehidupan baru telah menunggunya.
Saatnya pembalasan dendam.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon dee hwang, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
23. Boxxing champ 2
[Misi anda kali ini adalah mengikuti pertandingan dan mengalahkan musuh anda]
[Tidak ada hukuman jika anda kalah, tapi ada hukuman jika tidak mau mengikuti pertandingan]
[Hadiah anda kali ini adalah mendapatkan skill secara acak dan juga tambahan uang sebesar satu miliar rupiah]
Yah, tidak masalah karena Riki sedang ingin menghajar orang lain. Dan jika sistem memberi dia misi seperti itu, itu artinya Gidion atau Andre pasti ikut pertandingan.
Berhubung Riki dan Satria datang di jam sembilan, maka ada waktu untuk bersiap.
“Riki, apa kau gila? Aku hanya ingin kita berdua menonton saja. Kau bahkan tidak pernah menonton pertandingan seperti ini dan tiba-tiba saja ikutan? Mungkin untuk anak orang kaya seperti mu semua akan baik-baik saja, tapi untuk aku yang miskin ini— ada politik yang sangat menyebalkan di sini.”
Satria terlihat lemas setelah mengatakan tentang politik.
Tapi mendengar itu, Riki malah penasaran.
“Politik apa?”
Satria pun duduk dengan lemas, Stevan telah mendaftarkan nama mereka segera setelah Riki setuju.
“Sebenarnya pertandingan ini hanya permainan orang kaya. Mereka akan mensponsori pemain yang berbakat, dan jika pemain itu orang miskin yang mudah diombang-ambingkan seperti aku… mereka mungkin akan menggunakan kekuatanku untuk kepentingan mereka suatu saat nanti.” ucap Satria.
Riki pun duduk di sebelah pemuda tampan tapi miskin itu.
Yah, sebenarnya bagi Riki, Satria tidak bisa dikatakan miskin juga. Ayah Satria adalah pekerja kantoran sekaligus petani dengan sawah dan kebun sendiri, punya pegawai yang mengurusi sawah dan kebunnya juga. Sementara ibu Satria adalah pemilik toko pakaian online di market place.
Orang-orang menyebut keluarga Satria adalah menengah. Tidak terlalu kaya, tapi tidak miskin.
Bagi Riki yang dulu, jelas Satria tergolong sebagai orang kaya.
Tapi Riki juga paham kenapa Satria menyebut dirinya sendiri sebagai miskin.
Karena lawannya adalah anak-anak orang kaya raya yang ikut menjadi pemain hanya untuk membuktikan kekuatan mereka.
“Jadi, maksudmu akan berbahaya jika kamu bermain disini?” tanya Riki.
Satria mengangguk, “kamu tahu kan, kenapa guru kita menjadi seperti sekarang?”
Riki pun termenung.
Siapa yang tidak tahu betapa legendarisnya Beni Darko, petinju nasional yang beberapa kali bermain secara internasional. Beberapa medali telah dimenangkan Beni.
Namun, karena Beni menolak berbagai sponsor dari orang-orang berduit itu, dia pun disingkirkan karena menjadi penghalang.
Sayangnya, keluarga Anggara, atau lebih tepatnya Edward Anggara adalah salah satu dari orang kaya brengsek yang menghalangi Beni.
Bahkan Beni menerima Riki karena tahu Riki tidak diperlakukan baik di keluarga brengsek itu.
“Tapi Bang… kamu punya aku sekarang, aku tidak takut dengan apapun. Jika ada yang menghalangiku, akan aku singkirkan. Tidak ada kata mundur dalam kamus ku. Lagipula, Stevan itu telah memprovokasi dirimu, jangan biarkan kamu dipermainkan oleh dia. Aku yakin kamu bisa mengalahkan dia dengan mudah.”
Satria menghela nafas berat, dia tahu Riki benar. Dia tidak boleh mengalah pada Stevan.
“Sebenarnya Stevan selalu ingin bertanding denganku, dia yakin sekali bisa mengalahkan ku. Dia seperti itu karena iri aku bisa diajari oleh guru Beni, karena Stevan ditolak mentah-mentah oleh guru.”
Riki pun berdiri dari duduknya, lalu mengulurkan tangannya pada Satria, “ayo kita buktikan kekuatan masing-masing. Jikalau kita kalah, jadikan ini sebagai pembelajaran saja.”
Satria pun mulai tersenyum, lalu dia meraih tangan Riki dan menjabatnya.
“Oke, aku tidak akan kalah dari anak-anak orang kaya itu.”
“Jangan lupa jika kita juga saingan disini.”
Satria pun tertawa, “kau kalah dariku terakhir kali.”
“Tentu saja, kau adalah seniorku!“
Tidak berapa lama, diumumkan siapa akan melawan siapa.
Riki menghela nafas berat, dia tahu pasti sistem bisa mengatur semuanya persis seperti yang sistem inginkan.
Jika tidak, bagaimana mungkin Riki bisa melawan Andre dari sekian banyaknya peserta yang hadir?
Bahkan, jika Riki menang, dia akan melawan Gidion untuk selanjutnya.
Benar-benar kebetulan yang mungkin bisa diciptakan oleh sistem.
[Anda harus melawan mereka berdua, bukan orang lain]
[Anda akan melawan orang lain dua bulan kedepan jika berhasil melewati tantangan kali ini]
Bisakah Riki mengalah saja? Tapi sistem tidak akan mengijinkannya.
Sudahlah, hadapi saja apa yang harus dia hadapi.
Dia hanya melawan Andre.
Riki tidak tahu bagaimana kekuatan fisik Andre, tapi Riki pikir Andre itu tidak lebih kuat dari Anton.
”Mengejutkan melihatmu ada disini, babi.“
Riki sudah menyangka jika Andre akan datang menemui dia.
Andre sendirian saat ini, dia kelihatan lebih siap daripada Riki sendiri. Dia pasti menganggap Riki sangat lemah.
”Hanya karena kau dilatih oleh petinju legendaris yang sudah pensiun, bukan berarti kamu akan menang. Aku tahu kamu berlatih tinju hanya karena iri melihatku dan kakakku, kan? Kau bahkan lebih bawah posisinya dibandingkan amatir.“
Riki mendekati Andre lalu menepuk bahunya, ”Ndre, jangan banyak bacot, kita buktikan saja apakah aku tidak bisa mengalahkan mu atau tidak. Dan perlu kau tahu, aku cuma iseng daftar disini, aku bahkan nggak tahu kamu ada disini, jangan kepedean.“
Andre menyeringai, ”oh ya? Kamu sekarang sudah pandai membual, aku tahu kamu selalu memperkirakan segalanya. Bahkan saat terakhir kali kau ikut balapan, aku tahu kamu sengaja, kan? Kau bahkan memakai motor sport yang sangat ku inginkan hanya untuk membuatku kesal. Kau harus menyerahkan motor itu padaku jika aku menang, bagaimana?“
Riki ikut tersenyum miring, ”kepedean banget, tapi itu boleh juga. Tapi jika aku memang, kau harus melakukan apapun yang aku mau.“
Andre berdecih kesal, ”cih, aku tidak akan berlutut dihadapan mu.“
Riki pun tertawa mendengarnya, ”siapa bilang aku akan memintamu untuk berlutut? Bagaimana jika aku memintamu untuk menggunakan rok ke sekolah?“
Andre pun melotot mendengarnya, ”ak-aku ti-tidak akan melakukan itu!“
Riki menepuk bahu Andre, ”lelaki sejati tidak mengingkari janji, Andre. Atau jangan-jangan… kau bukan lelaki sejati? Yah, ku rasa memang bukan, iya kan? Tidak ada lelaki sejati yang menghamili seorang gadis, lalu tidak bertanggung jawab.“ bisik Riki di depan telinga Andre, membuat Andre melotot tidak percaya dengan apa yang dia dengar.
Tidak ada yang tahu apa yang terjadi pada Andre dan Rena, kecuali Anton. Bahkan teman-teman Andre tahunya Andre berpacaran dengan Rena, meski kenyataannya Rena dipaksa.
”K-kau…“
Riki tersenyum kecil, ”kenapa?“
Andre pun menutup mulutnya lagi, Riki mungkin hanya asal bicara untuk memprovokasi Andre saja.
”Tidak ada, bersiap-siap saja untuk ku hajar sebentar lagi, Rick!“
Riki masih tersenyum melihat sepupunya pergi dengan perasaan tidak karuan.
Riki tidak akan pernah membiarkan Andre melupakan apa yang dia perbuat pada Rena.
Andre harus merasa bersalah dan tersiksa.
”Rik! Pamanmu datang hari ini.“ ucap Satria, yang tadi pergi sebentar entah kemana.
”Pamanku?“ Tanya Riki bingung.
Satria mengangguk, ”iya, walikota adalah salah satu sponsor untuk acara ini. Apa kau tidak lihat, beberapa makanan dan minuman yang disediakan disini berasal dari perusahaan ayahmu?“
Riki tidak panik, dia tersenyum lebar, ”baguslah.“
”Bagus?“ Tanya Satria bingung, bukankah Riki membenci pamannya?
Riki mengangguk antusias, ”benar, bagus karena dia bisa melihat bagaimana aku menghajar putra bungsu kesayangan dia.“
Kadang, Satria merasa merinding melihat senyuman Riki.
Seperti saat ini.
mau lanjut atau nggak thor