NovelToon NovelToon
WANITA ITU IBU ANAKKU

WANITA ITU IBU ANAKKU

Status: tamat
Genre:Tamat / patahhati / Romansa-Tata susila / Percintaan Konglomerat
Popularitas:9.5M
Nilai: 4.8
Nama Author: Moena Elsa

Mutia Arini seorang ibu dengan satu putra tampan dan juga pengusaha bakery wanita tersukses. Kue premium buatannya telah membuat dirinya menjadi seorang pebisnis handal. Banyak cabang telah dibukanya di berbagai kota besar. Pelanggannya adalah golongan menengah ke atas. Di balik kesuksesannya ternyata ada sebuah rahasia besar yang disimpannya. Karena kejadian satu malam yang pernah dilaluinya, mengubah semua arah kehidupan yang dicitakan oleh seorang Mutia.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Moena Elsa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Part 16

Bintang yang sudah kelelahan, pamit ke Langit. "Langit aku pulang dulu ya, besok kita mabar" ucap Bintang. "Oke, main bareng kan?" sahut Langit. Mereka tertawa. Sebastian malah ketiduran di ruang tamu apartemen Mutia. "Om, ayo pulang. Kok malah tiduran di sini???" bisik Bintang di telinga om nya. Om Sebastian tergagap dibangunkan oleh Bintang. Anak-anak kecil di depannya malah menertawakannya. Jatuh sudah wibawa Sebastian Putra. Mutia yang meninggalkan Sebastian di ruang tamu sendirian sejak tadi tidak mengetahui kejadian itu. Mutia sendiri bingung, mau bicara apa dengan tamu yang juga baru dikenalnya itu.

Sebastian dan juga Bintang akhirnya hanya pamitan dengan Langit. Karena bunda Langit sedang berada di ruang kerja. Langit tidak berani menganggunya, begitu bilang Langit. "Langit, tamu mu sudah pulangkah?" tanya Mutia yang barusan keluar ruang kerja nya. Dan mendapati Langit sedang nonton film kartun kesukaannya. "Langit, waktunya tidur" ajak Mutia. Langit pun mengikuti bunda ke kamarnya. Cuci tangan, cuci kaki, gosok gigi kemudian ganti baju adalah rutinitas Langit menjelang tidur yang sudah dihafalnya di luar kepala. Mutia membacakan cerita seperti biasanya. "Bun, enak juga ya kalau aku punya papa seperti Om Sebastian. Pasti akan ada yang melindungi bunda selain aku" ucap Langit tiba-tiba. Mutia terdiam. Musti kujawab apa, benak Mutia.

"Tidurlah nak, sudah jangan mikirin apa-apa. Lagian kehadiranmu itu sudah membuat bunda bahagia" jelas Mutia. Langit mendusel ke tubuh bunda nya untuk dipeluk. Belum ada lima menit di pelukan Mutia, sudah terdengar dengkuran halus nafas Langit. Mutia mengusap kepala Langit dengan lembut. Semakin ke sini, pertanyaanmu semakin aneh-aneh saja Langit, batin Mutia.

Mutia keluar kamar hendak mengambil air putih. Saat itulah Dena juga keluar dari kamarnya. "Kak, bagaimana seorang Sebastian Putra bisa mendatangi apartemen kita??" celetuknya. Mutia mencubit lengan Dena. "Awwww sakit Kak. Lagian ya Kak, sampai kapan kakak akan betah sendiri? Langit juga perlu seorang sosok ayah kak" kata Dena. Mutia terdiam sesaat. Mungkin sekarang saatnya dirinya menceritakan semua ke Dena.

Mutia duduk di meja makan dan meminta Dena untuk duduk juga. "Dena, mungkin sekarang saatnya kamu tahu. Apa yang menjadi alasan bagiku untuk tidak mencarikan seorang ayah untuk Langit putraku. Bik Sumi lah saksi hidup alur yang aku lalui selama ini". Dena mulai memperhatikan kata demi kata yang akan diucapkan Mutia. Mutia menghela nafas panjang.

flash back

Masa-masa akhir sekolah menengah atas adalah masa-masa bahagia bagi seorang Mutia Arini. Dinobatkan sebagai siswa dengan lulusan terbaik tentunya sangat membanggakan bagi orang tuanya. Pak Aminoto dan bu Aminah adalah nama orang tuanya. Sepasang suami istri dengan putri tunggal nya. Pak Aminoto yang hanya bekerja sebagai seorang buruh tani, hanya bisa mencukupi untuk kebutuhan sehari-hari. Jangankan memikirkan untuk membiayai kuliah putrinya, bisa membeli beras saja sudah alhamdulillah.

Tapi itu semua tidak menyurutkan keinginan Mutia untuk melanjutkan pendidikan. Semenjak kelas tiga SMA, Mutia rajin mencari informasi kampus mana saja yang menyediakan beasiswa untuk pelajar kurang mampu tapi nilai akademiknya bagus seperti dirinya. Mutia yang bercita-cita ingin menjadi dokter, tapi kalau memikirkan biaya di luar kegiatan kuliah akhirnya Mutia membelokkan sedikit niat awalnya itu. Mutia akhirnya diterima di sebuah kampus swasta dan mengambil jurusan diploma tiga kebidanan. Tak apalah yang penting tetap mengarah di bidang kesehatan, pikir Mutia waktu itu.

Tiba saatnya Mutia pamitan untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Saat di terminal kota kecil tempatnya tinggal, "Jaga diri di sana nak. Maaf ayah sama ibu tidak bisa memberimu apa-apa. Simpan ini baik-baik, buat jaga-jaga kalau ada keperluan mendadak ya nak" Pak Aminoto memberi sebuah amplop hasil dari dirinya menabung untuk uang saku Mutia selama beluk mendapatkan kerjaan sampingan dan juga sebuah kalung. "Jangan kau jual kalung ini Mutia. Kalau kau kekurangan uang cukup gadaikan saja, sehingga kalung ini tidak jatuh ke orang lain" wanti-wanti pak Aminoto. Mutia mengangguk dan segera menyimpan barang dan uang pemberian orang tuanya di tas nya.

"Ayah, ibuk...Mutia berangkat dulu. Jaga diri kalian baik-baik. Mutia menyayangi kalian" Mutia mencium tangan kedua orang tuanya itu dan melangkah naik ke atas bis yang akan membawanya ke kota J, di mana dirinya akan mengenyam pendidikan.

Untungnya juga, kampus tempat Mutia belajar menyediakan asrama grastis bagi yang mendapatkan beasiswa. Jadi Mutia untuk sekarang tidak kebingungan untuk mencari tempat tinggal di kota J, yang merupakan kota metropolitan dengan segala hiruk pikuknya.

Sesampai di asrama, Mutia mendapatkan teman sekamar yang lumayan seru. Nadia adalah namanya, mahasiswi dari luar pulau. Dia kuliah karena tugas belajar dari pemerintah daerah setempat. Kalau Mutia murni karena beasiswa dari pihak kampus. Lain dengan Nadia, dia mendapatkan semua biaya untuk kuliah dari pemerintah daerah di mana dirinya tinggal. Selain uang kuliah gratis Nadia juga mendapat uang saku bulanan. Sebagai imbal balik, setelah lulus Nadia harus mengabdikan dirinya di daerah di mana dia tinggal.

"Mutia kamu pilih yang atas apa yang bawah kah??" seru Nadia. "Apaaan??" sahut Mutia yang memang masih berada di depan kamar. Sementara Nadia sudah masuk sedari tadi. "Masuklah sini kau?" teriak Nadia. "Ini lho, pilih atas atau bawah?" ulangnya sambil menunjuk tempat tidur tingkat di sampingnya. "Aku di bawah aja. Lagian aku sedikit ngeri dengan ketinggian" ulas Mutia. Nadia tertawa, tenyata ada juga orang yang takut akan ketinggian. Batin Nadia. Mereka juga menata perbekalan yang dibawa dari kampung halaman masing-masing ke dalam lemari sederhana yang memang sudah disediakan pihak kampus. Karena sudah kelelahan, karena barusan menempuh perjalanan yang lumayan jauh. Mereka terlelap setelah selesai bersih-bersih dan menata kamar asrama yang ditempatinya.

🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺

to be continued

1
asya yussi
Luar biasa
shafira
mau jebak Mutia biar frans d Jantra bisa bikin nama baik keluarga Baskoro d sebastian malu puny istr mutia
shafira
jgn2 Mutia keponakan ibu martha
shafira
jgn2 satu ibu lain BPK SM janeta
Yurniati
tetap semangat terus
Yurniati
otw,,,,, 🏃🏃
Aulia kusworo
Kecewa
Aulia kusworo
Biasa
Mira Nio
Demi uang menghalalkan segala cara
s
👍👍👍👍👍👍👍
Atik Marwati
kawus
Atik Marwati
jdi lebih baik janetra demi putrimu
Atik Marwati
baik ..
Atik Marwati
🤣🤣🤣🤣sabar wa...
Atik Marwati
ga cuma kembar tapi triple paling...
Atik Marwati
keren .... yang ngidam Mutya mahal kalo Tian merakyat 😍😍😍 lakukan sesukamu mumpung lagi nyidam mutya
Atik Marwati
kasih tahu Wa... Tian ga tahu tuh itu apaan...
Atik Marwati
saling memberi kejutan
Atik Marwati
calon adiknya langit merakyat banget
Werkudara Milenial
kebanyakan bercocok tanam makanya jadi bego 🤣🤣🤣🤣🤣
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!