Kinara Wirasti seorang wanita berusia 55 tahun, bertemu dengan kekasihnya di masa lalu yang bernama Anggara Tirta pria seumuran dengannya. Ternyata Anggara adalah mertua dari anaknya. Bagaimana kisah cinta mereka? Akankah bersatu di usia senja?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Senja, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 23 Patah Hati
"Niko, maksudmu apa? Menyuruhku datang kesini hanya untuk melihat orang tua tidak punya malu!" Angel mengungkapkan kekecewaannya kepada suaminya.
"Jaga bicaramu, Angel!" bentak Niko.
Angel tidak percaya dengan apa yang terjadi, Niko lebih membela Kinara dan Anggara. Tanpa berpikir panjang, ia meminta Niko untuk memilih dirinya atau orang tuanya.
Kinara, Anggara, dan Tyas terkejut, mereka tidak menyangka Angel mengambil keputusan mengorbankan pernikahannya demi egonya sendiri.
"Niko, kalau kamu memilih membela mereka kita cerai!" Air mata Angel mengalir di wajahnya.
"Gila kamu! Bisa tidak bersikap dewasa, pikirkan perasaan orang tua kita!" tegas Niko.
"Aku tidak mau tau!" Angel tetap pada pendiriannya.
Kinara berjalan mendekati Angel, ia bersimpuh di kaki putrinya dan meminta restu untuk hubungannya dengan Anggara. Namun, Angel memalingkan wajahnya. sampai kapanpun ia tidak akan pernah menyetujui hubungan yang menurutnya memalukan.
"Bangunlah, Nara. Hubungan kita akan tetap berlanjut tanpa restu siapapun." Anggara membantu Kinara berdiri.
"Dasar tidak punya urat malu!" sinis Angel, melipat tangannya di dada.
Darah Anggara seketika mendidih, kalau tidak ingat Angel adalah wanita yang dicintai anaknya sudah ia pukul dari tadi. Ia berusaha menahan ucapan, agar tidak menyakiti hati Angel.
"Kalau kalian berdua masih menjalin hubungan, aku dan Niko akan bercerai!" Angel mengancam Anggara dan Kinara.
"Urus saja perceraian kita!" Niko tidak peduli dengan pernikahannya, karena banyak berhutang budi dengan papahnya. Ia ingin melihat papahnya bahagia, di usia senja.
Angel menatap tidak percaya dengan ucapan suaminya yang memilih kebahagiaan Anggara, ia memutuskan untuk pergi.
"Tunggu, Angel! Mamah juga berhak berbicara, kalian tidak boleh bercerai. Aku dan Mas Anggara tidak akan menjalin hubungan lagi." Kinara benar-benar banyak berkorban untuk Angel, walaupun tidak mendapatkan balasan kebaikan.
"Kinara!" Tyas terkejut.
"Apa-apaan kamu, Nara! Kamu mempermainkan aku, cinta kita!" Anggara menatap tidak percaya.
Hati Anggara kembali terluka, hubungannya dengan Kinara harus kandas untuk kedua kalinya. Masalah restu selalu menjadi penghalang kebahagiaan mereka.
"Kita harus melanjutkan hidup masing-masing, Mas. Aku harap kamu menemukan kebahagiaan di orang lain ... " lirih Kinara.
"Baik, kalau itu keputusanmu! Demi kebahagiaan Angel dan Niko." Anggara melangkahkan kaki, meninggalkan rumah Kinara dalam keadaan hancur.
Kinara menangis sedih, menatap punggung Anggara berjalan menjauhinya. Dalam hatinya sungguh tidak rela, melihat Anggara bersedih.
Kini Angel bisa tersenyum puas, lalu mengajak mereka masuk ke dalam rumah. Sedangkan Niko, masih tidak percaya dengan keegoisan istrinya.
Menghalangi kebahagiaan orang lain, merupakan hal yang tidak baik. Apalagi orang itu sudah mau berkorban, bahkan bertaruh nyawa untuk kebaikan kita.
Hidup memang penuh rintangan, tetapi mempermudah jalan kebahagiaan orang lain akan kembali ke diri kita sendiri.
Keegoisan Angel membuat hubungannya dengan sang suami menjadi dingin, tak hanya itu. Angel sudah membuat dua hati terluka, dan merasa kecewa.
"Aku ke kantor dulu." Niko berpamitan, nada bicaranya begitu dingin.
"Jangan pulang malam, Nik." Angel tersenyum.
Tak lama kemudian, Tyas juga memilih pulang. Kecewa dengan sikap egois Angel, menurutnya tidak adil untuk Kinara.
Suasana rumah menjadi hening, hanya suara isak tangis Kinara yang masih merasa kehilangan. Bukannya menenangkan mamahnya, Angel membentak Kinara agar tidak menangis lagi.
"Diam, Mah! Nangis terus!" bentak Angel.
Kinara segera menghapus air matanya, dengan kedua telapak tangan. Ia sadar kalau tidak akan pernah berjodoh dengan Anggara.
"Mamah, tahu gak? Kalau ibunya Niko juga ingin menikah dengan Papah Anggara. Mereka berdua sangat cocok, Mah. Jadi, biarkan mereka yang menikah." Angel berbicara seolah-olah tidak menjaga perasaan Kinara.
Kinara tidak terkejut mendengar ucapan Angel, hal seperti itu sudah pernah Anggara jelaskan. Ia melarang putrinya membahas masalah Anggara lagi. Hatinya terasa perih untuk kedua kalinya, ia harus rela mengorbankan kebahagiaan yang selama ini diimpikan.
Ketika kebahagiaan itu mendekat, dan hampir ia dapatkan seketika hancur sudah. Kinara berusaha tegar menghadapi keegoisan putrinya.
Setelah Angel berpamitan pulang, Kinara mencoba untuk menghubungi Anggara. Ia ingin meminta maaf, atas kejadian ini.
"Mas, aku minta maaf," ungkap Kinara, ketika panggilan teleponnya sudah tersambung.
"Maaf! Setelah kamu kembali membuat keputusan menyakitkan? Nara, kamu tidak punya hati!" Anggara langsung mematikan panggilan telepon yang tersambung.
Deg ... deg ...
Jantung Kinara berdetak kencang, merasakan rasa bersalah begitu dalam. Anggara sudah marah, tidak biasanya mematikan telepon dengan sembarangan.
"Apa yang harus aku lakukan? Aku menyakitinya lagi," gumam Kinara dalam hati.
Kinara kembali mengirimkan pesan untuk Anggara, walaupun tidak dibalas setidaknya sudah terbaca. Ia menuliskan kata perpisahan yang begitu panjang lebar, menjelaskan kondisi keluarganya, bagaimana dia menjalani hidup dengan Angel.
Ternyata Anggara membalas pesan itu, mengatakan kalau Kinara hanya peduli dengan perasaannya sendiri tidak pernah menghargai perjuangannya. Anggara juga menyampaikan pesan, agar tidak terlalu memanjakan Angel dan menuruti semua keinginannya.
Pesan Anggara justru menimbulkan kesalahpahaman, Kinara menganggap Anggara menyalahkannya.
"Aku bisa mendidik Angel dengan baik. Mas Anggara keterlaluan sekali! Menyesal aku bertemu dia lagi!" Kinara membalas kembali pesan dari Anggara, sambil mengomel tidak jelas.
Tukar pesan mereka berdua tidak menemukan jalan keluar, hanya menambah beban pikiran. Kinara akhirnya memilih meletakkan ponselnya, ia menyerah berdebat dengan Anggara.
Di sisi lain, Anggara mengajak Kinara untuk bertemu. Tetapi, Kinara menolak keras. Ia sudah berjanji akan meninggalkan semua tentang Anggara.
***
Angel merasa sangat puas, sudah menghancurkan hubungan Kinara dan Anggara. Ia segera menemui Miranda, untuk memberikan kabar bahagia ini. Mereka bertemu di sebuah cafe, merayakan keberhasilan.
"Kamu memang bisa diandalkan, Angel." Miranda tersenyum puas.
"Sekarang Ibu harus menempati janji," kata Angel.
"Oke!" Miranda mengambil ponselnya, lalu mengirimkan sejumlah uang ke rekening pribadi Angel.
Mereka memesan makanan yang begitu banyak, dan enak. Bahkan Miranda juga memesan minuman beralkohol, untuk merayakan pesta berdua.
"Bu, aku tidak minum ini." Angel menolak, karena belum pernah merasakan.
"Udah minum aja! Jangan sok jaim." Miranda memaksa menantunya.
"Gak bisa, Bu." Angel mengembalikan gelas win kepada Miranda.
"Ayolah, menantuku yang cantik. Kita minum sedikit." Miranda terus saja memaksa.
Angel terpaksa meminumnya, hingga mereka berdua menghabiskan sebotol win. Kepala Angel merasa sedikit pusing, ia mengajak Miranda segera pulang ke rumah sebelum Niko pulang kerja.
Namun, mereka berdua tidak sadar kalau ada yang mengintai dari kejauhan. Mengawasi gerak-gerik mereka, dan melaporkan ke seseorang yang sudah menyuruhnya.
Langkah kedua wanita itu sempoyongan, untung ada seorang yang baik hati membantu mencarikan taksi untuk keduanya.
"Aku harus segera melaporkan kejadian ini! Kedua wanita itu sudah gila, tidak mempunyai rasa terima kasih!" geram orang itu.
Makin tua, makin jadi🤣
setuju kalian menikah saja
jamgan hiraukan angel
semoga segera dapat donor darah yg cocok dan bisa selamat
ayo semangat kejar kinara🥰
semoga kamu dapat restu anggara.. semangat