NovelToon NovelToon
Ibu Pengganti : Demi Satu Miliar

Ibu Pengganti : Demi Satu Miliar

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / Selingkuh / Ibu Pengganti / Beda Usia / Diam-Diam Cinta / Cinta Seiring Waktu
Popularitas:9.2k
Nilai: 5
Nama Author: safea

Di tengah kekalutannya, Ayuna malah dipertemukan dengan seorang wanita bernama Lara yang ternyata tidak bisa mengandung karena penyakit yang tengah dideritanya saat ini.

Siapa sangka wanita yang telah ia tolong itu ternyata adalah penyelamat hidupnya sehingga Ayuna rela melakukan apapun demi sang malaikat penolong. Apapun, termasuk menjadi Ibu pengganti bagi Lara dan juga suaminya.

Ayuna pikir Lara dan Ibra sudah nenyetujui tentang hal ini, tapi ternyata tidak sama sekali. Ayuna justru mendapatkan kecaman dari Ibra yang tidak suka dengan kehadirannya di antara dirinya dan sang istri, ditambah lagi dengan kenyataan kalau ia akan memiliki buah hati bersama dengan Ayuna.

Ketidak akuran antara Ayuna dan Ibra membuat Lara risau karena takut kalau rencananya akan gagal total, sehingga membuat wanita itu rela melakukan apapun agar keinginannya bisa tercapai.

Lantas akankah rencana yang Lara kerahkan selama ini berhasil? Bisakah Ibra menerima kehadiran Ayuna sebagai Ibu pengganti?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon safea, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Episode 23

Ayuna terjebak, posisinya masih sama seperti beberapa waktu yang lalu. Berdiri sendirian di sebuah halte yang sangat sepi, tak ada satu pun orang yang lewat di depan sana.

Inginnya Ayuna kembali ke restoran tempat ia makan tadi, namun sayangnya tempat itu sudah ditutup. Lantas bisa apa Ayuna selain berdiri sembari terus menggosokkan kedua telapaknya di sana.

Bus pun tidak ada yang lewat, berarti benar pemberitahuan yang tadi ia dapatkan. Tidak akan ada transportasi umum yang beroperasi lagi.

Lantas bagaimana dengan badainya? Itu masih sedang terjadi saat ini, jangan tanya bagaimana kencangnya angin yang bertiup di sekitaran Ayuna. Tubuh mungil gadis itu bahkan sampai mati rasa saking dinginnya.

"Aku bakalan mati di sini ya?" Hanya pertanyaan itu saja yang berputar-putar di dalam kepalanya sejak tadi, ia akan kehilangan nyawanya di tengah badai salju yang tak tahu kapan akan berhentinya.

Jangan minta Ayuna untuk menghubungi seseorang dengan ponselnya karena benda pipih itu tidak bisa digunakan sama sekali karena telah kehabisan daya.

"Hah, harusnya aku pulang sebelum gelap tadi." Penyesalan kembali menyeruak dalam hati kecilnya.

Andai saja tadi Ayuna tidak tergoda untuk menjelajahi lebih dalam lagu daerah yang memiliki tower sebagai maskot ini, pasti ia tidak akan terjebak di halte ini sekarang.

"Pak Ibra, tolong." Dan juga hanya nama orang itu yang bisa Ayuna ingat sekarang, karena ia memang datang bersama dengan Ibra kan.

Kedua kakinya sudah tak kuat lagi untuk berdiri sehingga ia mau tak mau harus mendudukkan bokongnya di kursi yang luar biasa dingin di sana.

Lengkap sudah penderitaan Ayuna sekarang. Wajahnya sudah memerah, tubuhnya nyaris kehilangan fungsi dan ia juga sedang menggigil saat ini. Ayuna seolah-olah akan menghadapi kematiannya sebentar lagi.

"Ayuna!" Sang empu nama tentu bisa mendengar teriakan itu meskipun suara angin lebih mendominasi di sana, tetapi sayangnya Ayuna sudah tak sanggup lagi untuk membuka kedua kelopak matanya.

Kesadaran Ayuna menghilang seiring dengan Ibra yang semakin mendekat ke arahnya dengan wajah yang begitu panik.

Terima kasih pada Asher karena telah berhasil menemukan keberadaan Ayuna yang sedang mereka cari sejak tadi.

"Ayuna, hey bangun." Percuma saja, Ayuna tidak akan merespon sama sekali meski Ibra memberikan tepukan pelan di pipinya yang sudah membeku.

"Shit, badannya dingin sekali." Tanpa ada perintah dari siapa pun, Ibra lantas menggendong tubuh Ayuna dan melewati salju yang tebal itu dengan susah payah.

"Ke rumah sakit, sekarang." Asher yang juga dilanda kepanikan lantas memacu kendaraan beroda empat itu untuk mencari rumah sakit terdekat. Mereka harus menolong Ayuna terlebih dahulu.

Penghangat juga sudah Asher nyalakan sembari berharap kalau itu bisa membantu Ayuna yang masih berada dalam dekapan Ibra.

"Apa tidak bisa lebih cepat lagi? Detak jantungnya melemah." Rasanya Ibra ingin memaki Asher yang entah kenapa seolah melambat di saat-saat genting seperti ini.

Sebenarnya posisi rumah sakit tidak terlalu jauh, tetapi mengingat saat ini sedang badai maka mereka harus menempuh perjalanan yang cukup lama guna menghindari kecelakaan.

Kedua pria itu bergegas keluar dari mobil dengan Ayuna yang berada dalam gendongan Ibra. Keadaan Ayuna semakin memburuk, terlihat dari bibirnya yang mulai membiru. Jangan sampai mereka terlambat.

"Dokter, kami membutuhkan bantuan anda." Persetan jika tidak ada yang bisa mengerti bahasa Inggris di sini, Ibra bisa berkomunikasi melalui penerjemah yang ada di ponselnya.

Berkat suara Ibra yang menggelegar memenuhi lorong sepi itu, beberapa orang perawat langsung mendatangi mereka.

"Ke sini, Pak." Sudah Ibra duga kalau mereka pasti akan tetap menggunakan bahasanya sendiri meskipun mereka tahu kalau mereka adalah turis.

Berbekal intruksi, Ibra hanya mengikuti kemana para perawat itu akan membawanya. Hingga mereka berhenti di ruangan Unit Gawat Darurat.

Tubuh Ayuna sudah ia rebahkan di atas brankar sana. Di tempat inilah Ibra baru bisa melihat bagaimana menyedihkannya keadaan Ayuna saat ini, apalagi ketika melihat bibir gadis itu yang sudah membiru. Hatinya luar biasa sakit.

"Silakan keluar, kami harus melakukan pemeriksaan pada pasien terlebih dahulu." Ibra tidak mengerti sama sekali dengan apa yang mereka katakan, namun ia mengerti kalau dirinya diminta untuk keluar.

Tak lama setelah dirinya meninggalkan Ayuna di sana, seorang dokter memasuki ruangan tersebut dengan langkah yang lebar.

Sama seperti Ibra, Asher juga tak kalah panik. Wajahnya yang biasa terlihat datar, kini dipenuhi dengan raut kekhawatiran yang begitu kentara. Ia takut kalau mereka terlambat dan sesuatu yang buruk akan terjadi pada Ayuna.

Apalagi saat tadi Ibra mengatakan kalau detak jantung Ayuna melemah saat mereka masih berada di perjalanan. Itu sangat berbahaya, karena bisa saja Ayuna kehilangan nyawanya.

Mungkin setengah jam lamanya mereka menunggu di luar sana sampai akhirnya dokter yang tadi menangani Ayuna keluar. Pria yang sudah nampak berumur itu lantas melirik ke arah Asher dan Ibra secara bergantian.

"Kalian bukan orang sini, kan?" Ucapan sang dokter berhasil memanggil kembali nyawa mereka yang tadi sempat tidak berada di tempatnya masing-masing.

"Benar dokter." Wajar saja kalau Ibra sampai terkejut seperti ini saat mengetahui kalau sang dokter bisa berbahasa Inggris, itu artinya mereka bisa berkomunikasi dengan mudah.

"Pasien mengalami hipotermia berat. Suhu tubuhnya juga sangat rendah, begitu juga dengan pernapasannya yang semakin melemah." Sesuatu dalam diri Ibra langsung bergemuruh ribut setelah mendengar penjelasan dari dokter pria ini, ia semakin tidak tenang jadinya.

"Untungnya kalian membawa pasien dengan cepat ke sini. Kalau saja terlambat, maka bisa saja terjadi komplikasi pada pasien." Hembusan napas yang cukup keras itu keluar dari mulut Ibra sebagai pertanda kalau dirinya benar-benar lega sekarang.

"Saat ini pasien masih belum sadarkan diri, tetapi tenang saja karena kami sudah memberikan penanganan yang tepat dan sebentar lagi pasien sudah bisa dipindahkan ke kamar rawat inap." Tidak masalah sama sekali jika Ayuna harus dirawat di sini, lebih dari satu hari pun tak apa. Yang terpenting adalah nyawa gadis itu bisa selamat.

"Syukurlah." Semua kepanikan itu runtuh begitu saja tak lama setelah dokter tadi berpamitan pergi entah kemana.

"Biar saya saja yang mengurus administrasinya." Asher sangat paham kalau keadaan Ibra belum baik-baik saja.

Lagipula mengurus masalah administrasi rumah sakit juga sudah sering Asher lakukan sebelumnya, hanya saja yang kali ini akan lebih sulit karena kendala bahasa.

Tinggalah Ibra seorang diri di lorong sana, duduk sembari menundukkan kepalanya dengan begitu dalam.

Bagaimana kalau Lara mengetahui kejadian mengerikan yang barusan saja menimpa mereka ini? Tapi tidak, Ibra tidak akan memberitahukannya pada Lara karena ia tak mau kalau istri cantiknya itu akan semakin memburuk kondisinya.

Biarlah kejadian malam ini menjadi rahasia untuk Ibra, Asher dan juga Ayuna yang masih berada di ruangan Unit Gawat Darurat sana.

1
Rafly Rafly
seperti nya hasil kerja bakti di jepang ada manfaatnya /Angry//Angry//Angry/
Muhammad Irpan
lanjuuuut thoor
Yona Panai
bgus
Rafly Rafly
Luar biasa
yani suko
pakai sistem bayi tabung khan bisa, jadi ndak harus tidur bareng
Ahmad Rezky
aku sudah mampir mampir juga ya
miilieaa
beruntung ayuna
only siskaa
ttp semangat thor jgn lupa utk mampir yahh
Jihan Hwang
hai aku mampir... ceritanya bagus
mampir jg dikarya aku ya jika berkenan/Smile//Pray/
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!