" Mau gimanapun kamu istriku Jea," ucap Leandra
Seorang gadis berusia 22 tahun itu hanya bisa memberengut. Ucapan yang terdengar asal dan mengandung rasa kesal itu memang sebuah fakta yang tidak bisa dipungkiri.
Jeanica Anisffa Reswoyo, saat ini dirinya sudah berstatus sebagai istri. Dan suaminya adalah dosen dimana tempatnya berkuliah.
Meksipun begitu, tidak ada satu orang pun yang tahu dengan status mereka.
Jadi bagaimana Jea bisa menjadi istri rahasia dari sang dosen?
Lalu bagaimana lika-liku pernikahan rahasia yang dijalani Jea dan dosennya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon IAS, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Istri Rahasia 23
" Lean, pulang ke rumah sekarang juga!"
" Yaah nggak bisa , aku sekarang lagi di luar kota Ma baru aja berangkat."
Tuuuut
Saking kesalnya Zanita langsung saja menutup panggilannya. Setelah mendapat cerita dan foto dari Zara, Zanita menghubungi Lean. Tapi siapa sangka saat ini pria itu sedang di luar kota. Ia bahkan langsung mengonfirmasikan ke pihak sekretariat dan ternyata benar, Lean mengajukan cuti setidaknya satu minggu.
" Apa kita langsung tanyain Jea nya aja sayang," saran Andra kepada sang istri. Tapi Zanita menggelengkan kepalanya cepat. Dia tidak mau melakukan itu. Saat ini yang perlu dimintai keterangan adalah putranya dan bukan orang lain.
Ya malam itu setelah makan malam, Lean berpamitan kepada Jea untuk pergi ke luar kota dengan dalih pekerjaan. Awalnya Jea meminta Lean untuk pergi besok pagi aja. Tapi Lean bersikukuh untuk berangkat selepas isya. Tentu saja Jea tidak lagi bisa menghalanginya. Dan mungkin itu yang menjadikan Lean terlepas dari interogasi yang akan dilakukan oleh kedua orangtuanya.
" Apa kita datangi aja apartemennya buat ngecek," imbuh Andra.
" Nggak Bang, gimanapun juga itu privasinya. Aku maunya anak itu jelasin dulu, dia apa benar punya hubungan sama mahasiswanya, apa yang dia lakukan di apartemen berdua. Sebenarnya aku nggak masalah Lean punya pacar, tapi kesannya jadi mencurigakan karena dia terus ngelak dan sembunyi-sembunyi."
Andra mengerti dengan ucapan sang istri, dia juga setuju dengan jalan pemikiran istrinya. Lebih baik mereka menunggu Lean dan minta penjelasan dari sang putra.
Zanita kembali melihat foto yang dikirimkan oleh anak sulungnya. Di dalam foto itu dia sepakat dengan Zara bahwa Lean terlihat sumringah. Jatuh cinta, mungkin hal itu yang saat ini dialami Lean. Hanya saja pertanyaan besar yang benar-benar masih mengganjal di hati Zanita adalah mengapa Lean seolah menyembunyikannya. Bukannya tidak masalah kalau dia memiliki pacar?
Zanita hanya bisa menduga-duga, dan itu malah semakin membuatnya berburuk sangka terhadap putranya sendiri. Pada akhirnya Zanita mencoba untuk berpikiran positif. Ia mengurai semua praduganya dan meyakinkan diri bahwa Lean tidak melakukan perbuatan yang di luar norma.
Sedangkan itu, Lean yang sedang mengemudikan mobilnya menuju ke luar kota tengah bertanya-tanya. Ia yakin betul bahwa saat ini ibunya sedang marah, dari nada bicara sudah sangat jelas sekali. Tapi Lean tidak tahu apa yang membuat sang ibu seperti itu.
" Mama kenapa lagi ya? Apa gara-gara aku nggak pulang beberapa hari ini? Tapi kayaknya nggak juga sih. Aah nggak tahu lah. Kalau urusan di sini selesai, aku langsung pulang deh buat nanya. Yang penting ngurus ini dulu biar tenang, aman, damai, sejahtera sentosa."
Lean tersenyum, ia begitu bersemangat kali ini. Tentu saja dia bersemangat, sebuah tujuan besar akan ia lakukan dan dijamin semuanya akan berhasil. Lean tidak sabar untuk hal itu.
Malam berganti dengan pagi, meskipun matahari kali ini tidak mau muncul karena terhalang awan mendung, tidak membuat Jea enggan untuk bangun. Bahkan dia sudah bangun sejak dini hari tadi. Itu memang sudah menjadi kebiasannya.
Ia juga tampak lega saat mendapat kabar dari Lean bahwa suaminya itu sudah sampai di tempat tujuannya. Ada sedikit yang mengganggu hati Jea saat ini. Apalagi kalau bukan Lean. Ia merasa apartemen yang ditempatinya begitu kosong. Dirinya yang sudah terbiasa dengan kehadiran Lean kini merasa ada yang kurang ketika Lean tidak ada.
" Haah apalah aku ini. Moso iyo kangen seh? Baru juga semalam dianya pergi," gerutu Jea. Ia mengusap wajahnya kasar.
Gadis itu pun memilih memulai untuk beraktifitas. Dari membersihkan tempat hingga memasak. Dia juga akan bersiap untuk narik. Pasalnya hari ini tidak ada kelas, jadi Jea akan full ngojek.
" Okeeeh, mari kita mencari rejeki guys. Semangat!"
Tring
Sebuah pesan masuk. Bukan dari aplikasi ojek online nya tapi dari pesan ponsel biasa. Jea tersenyum ketika melihat nama yang tertera di sana.
< Oke tunggu ya. Aku segera kesana>
Dengan riang Jea mengenakan jaketnya dan segera keluar dari apartemen. Orang yang akan jadi pelanggan pertamanya hari ini adalah orang yang sudah ia kenal. Irene, ya orang itu adalah Irene.
Jea memang mengatakan kepada Irena untuk tidak perlu menggunakan aplikasi jika membutuhkan jasanya. Tentu saja Irene senang, karena jika menggunakan aplikasi ia belum tetu mendapatkan Jea sebagai driver ojek onlinenya.
Bruuum
Jea menuju ke tempat Irene. Hari memang mendung tapi hujan belum turun. Hanya saja yang menjadi PR adalah macet yang lumayan parah, sehingga waktu untuk menuju ke lokasi Irene sedikit agak lama.
" Irene, maaf ya pasti kamu pasti kelamaan nunggu ya."
" Nggak kok Jea, tenang aja."
" Aah iya, bentar lagi kayaknya ujan lho. Kamu nggak mau pake mobil aja gitu atau pesen taksi online."
Irene menggelengkan kepalanya cepat. Bukan tanpa alasan Jea bicara demikian. Melihat kediaman Irene, Jea tahu bahwa teman barunya utu bukan dari keluarga yang kurang bahkan bisa dibilang kaya. Tapi Irene sepertinya lebih suka menggunakan transportasi umum ketimbang kendaraan pribadi. Ini merupakan hal yang luar biasa menurut Jea.
" Udah yuk buruan, aku lebih suka ngojek. Lebih cepet Jea, masih bisa nyelip-nyelip. Kalau pake mobil macet ya udah ngejongkrok wae."
Jea lalu memberikan helmnya, dan Irene juga segera naik ke motor. Mereka pun mulai berkendara untuk menuju ke lokasi yang jadi tujuan Irene.
Lagi sepanjang jalan mereka saling mengobrol santai. Karena tidak menggunakan aplikasi jadi Jea pun tidak terburu-buru sampai di lokasi yang diinginkan.
" Jea gimana tanggepan kamu soal punya pacar. Ehmmm kemarin ada yang nembak aku gitu Jea. Tapi aku bingung gimana jawabnya, soalnya aku nggak punya rasa apapun sama dia."
Jea sedikit terkejut dengan pertanyaan Irene. Dan dia pun bingung bagaimana haru menanggapinya karena dia pun tidak pernah berpacaran. Sekalinya bertemu pria dia langsung menikah.
" Aduuh aku bingung juga deh Ren, soalnya aku belum pernah pacaran."
" Ya?"
Kini Irene yang gantian merasa bingung. Jea berkata bahwa dirinya belum pernah pacaran. Lalu yang ia lihat kemarin itu apa. Hubungan apa yang dimiliki sepupunya dengan temannya itu?
" Ooh gitu, seriusan Je kamu belum pernah pacaran."
" Iya Ren serius. Selama ini aku sibuk sekolah, belajar dan sekarang kuliah juga nyambi ngojek, jadi nggak ada waktu buat pacaran. Tapi ya Ren menurut aku kayaknya lebih seru pacaran tuh setelah menikah. Kita nggak takut dosa."
" Ya?"
TBC