"People come and go, but someone who is compatible and soul mates with you will stay"
Dengan atau tanpa persetujuanmu, waktu akan terus berjalan, sakit atau tidak, ayo selamatkan dirimu sendiri. Meski bukan Tania yang itu, aku harap menemukan Tania yang lain ...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon timio, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Iyaaaaaaaan....
Joon Young membangun tenda sendirian menggelar matras, memasang lampu portable, juga menghidupkan kompor portable untuk memanggang daging, Oppa dokter itu mulai kuatir pasalnya Tania belum juga kembali hingga sore berakhir.
Srek srek srek ... Tidak lama setelahnya Tania muncul dengan kaki yang diseret. Joon Young pun lega.
" Kamu dari mana saja sayang? Kenapa lama sekali? ", suruh Joon Young tak terlalu memperhatikan karena ia sibuk dengan daging yang dipanggangnya.
" Oh di sana pemandangannya bagus banget, jadi aku lupa waktu. Sebentar ya aku ganti baju dulu."
" cepat ya sayang Aku sudah lapar. "
Kurang lebih 20 menit kemudian Tania keluar dari tenda, ia melepas rambut panjangnya dibiarkan terurai begitu saja. Ia memakai sweater tipis dan celana Jogger over size.
" Oh laparnya." serunya langsung duduk di samping Joon Young.
Tania berkali-kali mengibas rambutnya ke belakang, Joon Young agak heran padahal pacarnya itu bisa saja mengikat rambutnya tapi kenapa ia biarkan terurai seperti itu dan membuatnya sangat tidak nyaman.
"Let me tied it." tawar Joon Young akhirnya sambil mengulurkan tangannya.
"Gwenchana Joon Youngah." Tania menghindar.
" kenapa? You look so uncomfortable. Come here, let me tied it." sambil menarik bahu Tania dan menyugar rambut di tengkuk gadisnya itu.
Deg
Joon young terdiam tiba-tiba.
" What is that? Kamu jatuh?", herannya dan memeriksa seluruh tubuh Tania.
Kali ini sang dokter benar-benar terdiam, terheran-heran apa saja yang dilakukan pacarnya ini ketika berada jauh darinya sampai-sampai pulangnya membawa banyak luka seperti itu. Karena setahunya tempat mereka berkemah ini adalah tempat yang nyaman dan aman sekali. Kenapa Tania Malah seperti dikeroyok begitu?
Ia geleng-geleng kepala, karena menemukan memar di kening sebelah kanan yang berusaha ditutupi Tania dengan poninya, lecet di siku kiri dan kanannya, dan juga goresan sepanjang 15 cm di lengan kirinya, itulah alasan yang mengapa dia memakai cardigan padahal hari itu meskipun malam masih terasa hangat karena di Seleste Ville sedang musim panas.
Begitu juga dengan betisnya yang punya memar parah di sebelah kiri. Joon Young menarik nafas panjang dan menghempaskannya. Ia sudah memprediksikan akan terjadi sesuatu tapi tidak separah ini dan menyediakan P3K.
Meskipun agak kesal Ia tetap harus mengobati kesayangannya itu, dimulai dengan memar di kening hingga salep di semua lecetnya begitu juga ke betisnya yang sudah membiru keunguan itu. Ia juga menempelkan koyo di tengkuk Tania. Selanjutnya menempelkan plester plester kecil di semua goresan-goresan luka Tania.
Selama proses pengobatan itu Joon Young tidak berekspresi sama sekali. Datar. Tidak juga bersuara. Jika sudah begitu maka Tania pun tidak berani berbicara. Setelah selesai Joon Young menggendongnya masuk ke dalam tenda ala bridal style, masih diam dan hening. Setelah meletakkan Tania dengan nyaman pria itu keluar lagi meninggalkan Tania sendirian di dalam.
"Aduh dia pasti kesel banget nih sama gua, bego banget sih Tan. " bisiknya dalam hati.
Tidak lama setelahnya terdengar lagi suara langkah kaki mengarah kepada tenda, ia yakin itu Joon Young, dan benar saja kini pria itu masuk dan menutup resleting tenda kemah mereka. Pria itu langsung berbaring di samping Tania dan membelakanginya.
" Wih bener-bener nih orang." kesal Tania dalam hati.
Drrt... Getar panjang ponsel Tania.
📞 Halo Mbak Jessie, aku di luar ya sama Joon Young, aku nggak pulang malam ini. Semua baik-baik aja kan Mbak. Oke bye." sambungan pun terputus
"Joon Youngah."
"Hm."
"Jangan marah dong, sayang."
"Aku tidak marah."
"Bohong." seru Tania. Joon Young tetap membelakanginya . Tania menggesekkan ujung jari telunjuknya ke punggung Joon Young seolah menggambar sesuatu di sana.
" Maaf ya, aku udah nyusahin kamu. Aku tadi kepleset jatuh ke lubang yang agak dalam, Awalnya aku nggak apa-apa. Aku kira bisa gampang naik dengan mudah, tapi ternyata itu tanahnya licin banget. Aku malah jatuh lagi ke dalam sampai ke planting lagi. Aku kira bisa didiemin aja tapi ketahuan duluan. Jinjja miane."
Joon Young tiba-tiba berbalik arah dan mengungkung kekasihnya itu, sejak tadi ia sudah menahan senyumnya ketika Tania menggores punggungnya ia sudah merasa geli. Joon Young tersenyum tipis ke arah gadisnya itu. Iya membelai rambut Tania dan menurunkan wajahnya tepat di atas ranum gadis itu, ia melumatnya dengan pelan dengan sayang dan sangat hati-hati. Masing-masing merasakan degup jantung yang kencang, dan kini joon Young menciumnya semakin dalam.
Pikirannya sudah sibuk sekali, Berisik dan kesana kemari.
"Taniaya, you are the first for me, gadis pertama yang nyaman memelukku dan ku peluk, yang pertama kali ku cium, yang nyaman ku sentuh, yang membuat aku merasa lebih hidup dalam segala hal. Saranghae." batin Joon Young di tengah ciumannya.
Detik itu juga ia merasakan ada Gejolak di dalam dirinya, ada sesuatu yang bangun di bawah sana, berusaha ditahannya, dan menggeser sedikit tubuhnya agar Tania tidak menyadari itu.
" Haruskah aku melakukannya dengan Tania hari ini? ", bisiknya lagi dalam hati.
"Aduh... ", Pekik Tania tiba-tiba.
"Wae? Waeyo?", panik Joon Young.
"My leg." ringis Tania.
" Maaf Sayang maaf, aku tidak sengaja."
Suasana tiba-tiba canggung karena Joon Young menimpa kakinya yang memar tadi. Joon Young yang tadinya pikirannya sudah travelling kembali terdiam. Melihat situasi yang canggung itu Tania perlahan masuk ke dalam pelukan Joon Young. Kepalanya tepat di bawah dagu Joon Young. Suasana canggung itu akhirnya hilang, pria Jangkung itu menepuk punggung gadis kesayangannya hingga akhirnya keduanya pun tertidur.
"Dih... Dia udah tahu banget."
Lalu ponselnya bergetar panjang Pak dok 💜di layar.
📞Tan : Ada yang bisa saya bantu?
📞Joon : Baegopha
📞Tan : Nado
Iya menarik nafas dan tersenyum-senyum sendiri.
📞Tan : Kamu lagi apa?
📞Joon : nothing, I just waiting for my schedule. Kamu? ".
📞Tan : duduk aja lagi nungguin Khael. Mau stock opname.
📞 Joon : taniaya, Kamu bicara apa sama keluargaku?
📞Tan : Secret !
📞Joon : no secret, you promise me before. Balli wa... "
📞Tan : Umm, Yumi pernah datang ke mimpiku, dia aku dengan ramah tenang tapi dia cuma nyapa aku Joon, dia nggak pernah sempet bilang maunya apa, tanpa aku tahu siapa dia Sampai hari peringatan kemarin itu. Aku janji sama mereka bertiga untuk terus bersama kamu jagain kamu, rawat kamu, dan pastiin kamu sembuh. Sepertinya mereka suka hehehe. " jelas Tania.
Tidak ada respon dari Joon Young, seolah-olah ponsel itu ditinggal, hening sekali, tapi samar-samar Iya dengar Deru napas Joon Young. Nafas yang terdengar sangat berat, dan ditahan agar Tania tidak mendengarnya.
📞Tan : Joon Youngah, are you there?
📞Joon : aku pecundang
Seru Joon Young akhirnya, kalimat putus asa itu menyita seluruh ulu hati Tania.
📞Tan : aku juga, sama seperti yang selalu aku bilang, kita berdua pecundang yang saling melindungi. Saranghae Joon Youngah, neomu neomu jinjja jinjja saranghae.
Deg
Hati Joon Young runtuh, damage parah.
📞Joon : Terima kasih sayang, I think already find home. My home.
Sambungan telepon masih terhubung tapi keduanya saling diam dan sibuk dengan hati mereka yang sedang berbunga-bunga satu sama lain, merasakan sensasi berjuta kupu-kupu sedang memenuhi perut mereka.
📞Tan : ingat ya Oppa, kamu itu punyaku. Punya Tania.
Tidak menunggu jawaban dari seberang Tania memutus sambungan telepon itu sepihak. Sementara jauh di sana di rumah sakit Emery, tepatnya di ruang piket yang sedang sepi air mata Joon Young luruh, Setelah 5 tahun bebannya terasa berkurang bahkan hampir hilang diusir Tania. Satu-satunya orang yang tidak menganggapnya aneh, tapi mendukungnya dengan tulus, menenangkannya, dan perlahan mengobati luka hatinya.
🌼🌼
Hari kerja pun berakhir, sang admin marketing sedang meliuk-liukkan badannya, begitu juga dengan temannya yang terlihat sedang mengemas barang-barang mereka dan bersiap pulang.
"Aohhh akhirnya." seru Tania menepuk-nepuk bahunya.
"Duluan ya nyet." seru Khael yang melesat didepannya.
"Okay."
Tap tap tap Langkah Demi Langkah ya susuri keluar gedung Holy aksesoris yang notabene gedungnya berada di depan Jalan Lintas yang padat. Ia menghirup udara malam dan mengedarkan pandangannya ke sekeliling. Pemandangannya selalu sama jalanan itu selalu padat, dipenuhi Trans melaju dengan kencang.
"Taniaa...!!!", teriak seseorang dari kejauhan, ia telinga-celinguk ke kiri dan ke kanan tapi tidak menemukan sumber suara.
" Tania... Boo... Aku disini...!", teriak suara itu lebih keras.
"Astaga..." panik Tania.
Iya melihat Brian di seberang jalan dengan gelagat aneh, Iya tiba-tiba teringat masa lalu jika Brian sudah bertingkah seperti ini berarti ia mabuk. Bayangkan Bagaimana frustasinya Tania melihat Brian seperti itu, meskipun ia masih benci dengan pria itu Tapi tetap saja ia tidak akan siap kalau kalau pria itu tertabrak.
"Tania... Boo... Aku cinta kamu.!!! Aku cinta kamu Tania... Maafin aku Boo... Maafin aku...", teriaknya lagi.
"Stop di sana ! Jangan ke sini ! Bahaya!", Tania berusaha menyadarkan Brian.
Tapi bagaimanapun juga berbicara dengan orang mabuk itu sia-sia.
" Nathaniaa... Aku datang, Tunggu aku di sana !!!", teriak Bryan lagi.
Sungguh pada saat itu Tania panik, kesal, malu, dan bercampur takut.
Duakkkkk... sreeet...!!!
Ketakutan Tania pun terjadi, Brian yang mabuk mungkin menganggap Jalan Raya itu hanyalah Tanah Lapang kosong dan spontan berlari ke tengah-tengahnya hendak mendatangi Tania.
"Iyaaaaaaannn.....!!!!",
.
.
.
Tbc... 💜