Setelah lima tahun memendam rasa cinta pada pria yang berstatus sebagai mantan kekasih kakaknya akhirnya membuat Amara memberanikan diri untuk mengungkapkan rasa cintanya pada sosok pria dingin bernama Aga.
Jawaban berupa penolakan yang keluar dari mulut Aga yang hanya menganggapnya sebagai seorang adik tak membuat Amara gentar untuk mengejar cinta Aga. Amara yakin jika suatu saat nanti ia bisa menggantikan sosok Naina di hati Aga.
Hingga beberapa waktu berlalu, Amara yang sudah lelah mengejar cinta Aga pun akhirnya memilih berhenti dan melupakan cintanya pada Aga.
Namun hal tak terduga terjadi, sikap Amara yang tak lagi mengejar dirinya membuat Aga mulai resah terlebih saat mendengar kabar jika Amara menjalin hubungan dengan pria lain.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon SHy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bisik-bisik Zeline
"Aku tidak melarangmu untuk mencintaiku Amara. Tapi hatiku tidak bisa dipaksa untuk mencintai wanita yang tidak aku inginkan. Lakukan saja apa yang ingin kau lakukan. Tapi jangan salahkan aku jika pada akhirnya kau hanya akan mendapat luka."
Amara tersenyum mendengar jawaban Aga yang terkesan sebuah penolakan. "Baiklah, kalau begitu hati-hati di jalan Kak Aga." Jawab Amara.
Aga mengangguk lalu masuk ke dalam mobilnya.
Amara menatap kepergian Aga dengan wajah tersenyum. "Tak masalah, masih banyak cara untuk mendapatkan hati Kak Aga." Gumam Amara.
Tepukan lembut di bahunya membuat Amara menoleh pada Agatha yang entah sejak kapan sudah berdiri di belakang tubuhnya.
"Kau pasti bisa Mara. Kak Aga hanya butuh waktu sedikit lagi untuk bisa melihatmu sebagai seorang wanita."
Amara tersenyum. Agatha selalu saja menyemangatinya agar tidak putus asa.
"Menurutmu apa aku terlalu murahan mengharapkan cinta pada pria yang tidak mencintaiku. Aku bahkan terang-terangan meminta pada Kak Aga untuk bisa mencintaiku."
"Tidak. Semua orang berhak mengekspresikan rasa cintanya dan berjuang untuk bisa mendapatkan orang yang dicintainya."
Amara melipat bibir ke dalam. Selama ini ia tidak pernah merasakan mengejar cinta pria mana pun. Dan sekarang untuk pertama kalinya ia merendahkan harga dirinya untuk mengejar cinta pria yang sudah sangat lama dicintainya.
"Menurutmu apakah yang ku rasakan saat ini adalah karma karena selama ini aku banyak menolak ungkapan cinta para pria kepadaku?" Tanya Amara.
"Sembarangan bicara saja. Jangan terlalu percaya pada karma. Lagi pula kau menolak cinta mereka karena kau tidak mencintai mereka. Jadi wajar saja. Dari pada menjalin hubungan dengan terpaksa."
Amara mengangguk saja. Keduanya pun memilih masuk ke dalam rumah dan melanjutkan percakapan mereka di dalam kamar yang biasa digunakan oleh Amara.
Sementara Aga yang sudah berada di dalam perjalanan pulang tengah memikirkan permintaan Amara beberapa waktu lalu. "Kenapa aku tidak sadar jika selama ini Amara mencintaiku. Jika aku menyadarinya dari awal mungkin aku bisa menjaga jarak agar Amara tak lagi menaruh perasaan kepadaku." Gumam Aga.
Untuk saat ini Aga tidak bisa membohongi perasaannya jika ia hanya menggap Amara sebagai seorang adik. Selain itu, Aga juga tidak ingin memberikan harapan lebih pada Amara jika ia bisa mencintai Amara seperti ia mencintai Naina dulunya.
*
"Zeline, Daniel." Naina menatap bingung anak dan suaminya yang kini tengah berbicara di balkon kamar Zeline sambil berbisik.
Zeline dan Daniel pun sontak menoleh ke sumber suara dimana Naina berada.
"Mamah." Zeline mengembangkan senyum menatap sang mama.
Naina mendekat. "Kalian sedang membicarakan apa?" Tanya Naina. Sejak sore tadi Naina sudah merasa curiga dengan sikap Zeline dan Daniel.
"Tidak bicara apa-apa, Mah. Mamah kenapa ke sini. Apa adik Ziko sudah tidur?" Tanya Zeline.
"Sudah. Sekarang ayo jujur pada mama. Zel dan papa sedang berbicara apa. Kenapa sampai berbisik-bisik begitu." Desak Naina.
Zeline manatap pada Daniel. Yang ditatap pun hanya tersenyum memperlihatkan deretan giginya yang tersusun rapi.
"Sejak kapan istriku jadi wanita kepo seperti ini sih?" Daniel meraih pinggang Naina lalu mengecup kening.
"Karena sikap kalian berdua sangat mencurigakan." Jawab Naina jujur.
"Jadi kau sangat ingin tahu apa yang kami bicarakan, hem?" Tanya Daniel.
"Tentu saja. Sekarang ayo katakan rahasia apa yang kalian sembunyikan dariku." Jawab Naina dengan mata memicing.
***