Dominict Seorang jendral kerajaan yang diam-diam jatuh cinta pada tuan putri namun gengsi untuk menyatakan perasaanya hal hasil Dominict jadi sering menggoda Tuan Putri. Dominict akan melakukan apapun untuk Tuan Putri_nya, pencemburu akut. Tegas dan kejam Dominict hanya lembut pada gadis yang ia cintai. Akan murka ketika sang Putri gadis pujaannya melakukan hal yang berbahaya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ni Luh putu Sri rahayu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 23
Pagi itu, cuaca terasa hangat. Matahari bersinar cerah, dan udara segar berhembus lembut, menerbangkan tirai-tirai di dalam ruangan perawatan.
Di dalam ruangan, Putri Ana tampak dengan penuh kasih membersihkan tubuh Dominict menggunakan air hangat. Dengan lembut, ia mengelap tubuh pria yang terbaring lemah sambil bersenandung pelan.
Suara lembut Putri Ana memenuhi ruangan, menciptakan suasana damai yang mampu menenangkan siapa saja yang mendengarnya. Ia menyanyikan sebuah lagu pujian kepada Tuhan, setiap nada terdengar meneduhkan hati.
"Dominus regit me,
et nihil mihi deerit.
In pascuis virentibus me collocavit;
super aquas refectionis educavit me.
Animam meam refecit;
deduxit me super semitas justitiae
propter nomen suum.
Nam, et si ambulavero
in medio umbrae mortis,
non timebo mala,
quoniam tu mecum es.
Virga tua, et baculus tuus
ipsa me consolata sunt.
Parasti in conspectu meo mensam
adversus eos qui tribulant me;
impinguasti in oleo caput meum,
et calix meus inebrians quam praeclarus est.
Et misericordia tua
subsequetur me omnibus diebus vitae meae,
et ut inhabitem in domo Domini
in longitudinem dierum."
Sambil terus merawat Dominict, ia membersihkan rambutnya dari sisa-sisa darah yang masih tersisa, dengan penuh perhatian dan kelembutan.
Di luar ruangan, para penjaga Istana yang berada di sekitar Unit Medis pun terhanyut dalam nyanyian sang putri, seolah waktu berhenti untuk sesaat, membiarkan kedamaian meliputi semuanya.
Namun, yang tak di ketahui Putri Ana, di luar ruangan Elara berdiri sambil membawa nampan berisi obat-obatan untuk Dominict, ia mendengar nyanyian dari Sang Putri namun sepertinya api cemburunya kembali berkobar, sampai Elara menggenggam nampan berisi obat itu dengan kuat.
Elara tak suka jika Putri Ana begitu dekat dengan Dominict. Bahkan sebelumnya dengan lancang ia mencari informasi tentang hubungan Dominict dan Putri Ana, yang sebenarnya dari para pegawai farmasi istana saat menyiapkan obat-obatan untuk Dominict.
"Aku dengar kau dokter yang bertugas di perbatasan, apa itu benar?" Tanya, seorang pegawai biro farmasi.
"Iya..."
"Kau masih mudah tapi di tugaskan di perbatasan yang sering menjadi konflik."
"Iya, tapi itu sudah menjadi tugasku menjadi petugas medis..." Jawab, Elara masih menyiapkan obat untuk Dominict.
"Oya... Putri Anastasya dan Jendral Dominict itu seperti apa? Maksudku hubungan mereka?" Tanya, Elara tiba-tiba.
Sesaat wanita petugas farmasi terdiam sesaat setelah mendengar pertanyaan Elara sebelum menjawabnya.
"Kenapa kau ingin tahu?" Tanyanya heran.
"Ti...tidak aku hanya ingin tahu saja, itu saja."Jawab, Elara sedikit gugup.
"Haaa.... Entahlah, terkadang baik putri atau Jendral saling mencari, setelah bertemu mereka bertengkar, terkadang juga seperti pasangan kekasih... Aku sendiri juga bingung dengan hubungan mereka." Jelas, si petugas farmasi, sambil sesekali tampak berpikir dan sambil menghela nafas panjang.
"Jadi begitu, apa mereka pernah menyatakan perasaan satu sama lain?" Tanya, Elara lagi.
"Entahlah, sepertinya Putri dan Jendral Dominict tidak memiliki hubungan yang spesial." Jawab, wanita petugas farmasi itu, lalu kembali fokus pada pekerjaannya.
Kembali pada Elara yang saat ini berdiri di luar ruang perawatan, ia terlihat masih belum bisa meredam api cemburu dalam hatinya meliat perlakukan Putri anda pada Dominict yang begitu penuh kasih.
Merasa tidak bisa menahan perasaan cemburu dalam dirinya, dengan penuh keputusan Elara masuk ke dalam ruangan perawatan, dimana Dominict sedang di rawat.
Dengan tatapan tajam, Elara meminta agar Putri Ana agar keluar dari ruangan perawatan, Elara memberi alasan bahwa ia akan memberikan obat pada Dominict.
Putri Ana, yang melihat Elara masuk kedalam ruangan seketika menghentikan aktivitasnya dan mempersilahkan Elara melakukan tugasnya.
"Yang Mulia, saya akan melanjutkan perawatan untuk Jendral, anda bisa beristirahat, Yang Mulia." Ucap, Elara dengan nada yang sedikit sinis.
Saat itu, Putri Ana mulai merasakan sesuatu yang aneh tentang Elara. Ia merasa bahwa Elara tidak menyukainya, namun ia tidak mengerti apa alasan di balik perasaan tersebut.
"Baiklah." Tanpa banyak bertanya, Putri Ana keluar dari dalam ruangan perawatan.
Di sana Elara merasa puas, tanpa ia sangka Putri Ana akan menuruti perkataannya untuk pergi meninggalkan ruangan perawatan.
Setelah beberapa lama, Elara memberikan perawatan dan obat pada Dominict, ia pergi dari dalam ruangan dan secara kebetulan Pangeran Benedict menunggunya di luar ruangan perawatan.
"Kau... Elara, kan?" Tanya, Pangeran Benedict, menatapnya dingin.
Elara yang terkejut meliat Pangeran Benedict berdiri di luar ruangan perawatan. Elara hanya mengangguk singkat setelah melihat Pangeran Benedict di sana.
"I..iya Pangeran." Jawab, Elara gugup.
"Aku tahu... yang meracuni Dominict itu adalah kau... Benar, kan?" Kata, Pangeran Benedict tiba-tiba, sambil menyeringai licik.
Sontak. Elara terkejut mendengar perkataan Pangeran Benedict.
Pangeran Benedict yang meliat reaksi Elara, menyunggingkan senyuman licik.
"Kenapa kau terkejut begitu?"
"Bagaimana dia tahu?!" Batin, Elara sangat terkejut.
"Kau tahu, jika sampai pihak kerajaan mengusut hal ini. Kau tahu apa yang akan terjadi padamu?" Pangeran Benedict mendekati Elara dan merangkul bahu Elara dengan dingin, kemudian mendekatkan bibirnya ke telinga Elara.
"Kau Mungin akan mendapatkan hukuman mati, karena telah mencoba membunuh Jendral Istana." Bisik, Pangeran Benedict licik.
Elara, yang mendengar hal itu menjadi gemetar dan keringat dingin mulai bercucuran.
Pangeran Benedict yang meliat ekspresi ketakutan di wajah Elara semakin puas.
"Tapi... Jika kau mau membantuku, aku bisa membuat pihak istana tidak mengusut kasus ini, bagaimana?"
Elara, menundukkan kepalanya namun dari sorot matanya ia menunjukan kepanikan.
"A...apa yang bisa saya lakukan untuk anda, Pangeran?" Tanya, Elara memantapkan hatinya.
"Itu mudah..." Pangeran Benedict, kembali berbisik di telinga Elara.
Mata Elara terbelalak mendengar permintaan Pangeran Benedict.
"....Dan Dominict akan jadi milikmu." Lanjut Pangeran Benedict.
"Baiklah... Pangeran, saya akan melakukan perintah yang anda inginkan." Jawab, Elara.
"Bagus! Sekarang lanjutkan tugasmu... Dan tunggu perintah dariku..."
"Dan... kau harus menuruti semua perintahku tanpa terkecuali, jika sampai ada yang mengetahui ini... Kau tahu apa yang akan terjadi padamu, kan?" Ancam, Pangeran Benedict sambil tersenyum licik, sebelum akhirnya ia meninggalkan Elara di sana.
...~o0o~...
Malam ini begitu tenang dan sunyi, namun Elara tetap gelisah di kamarnya. Hatinya diliputi dilema setelah mendengar perkataan Pangeran Benedict siang tadi. Ia tak ingin dihukum atas tindakannya yang sempat meracuni Dominict, tetapi hatinya juga tak tenang menghadapi kebenaran itu.
Elara, tampak bertanya-tanya dalam hati dari mana Pangeran Benedict mengetahui tindakannya di perbatasan.
"Dari mana Pangeran Benedict mengetahuinya, kalau aku yang melakukan itu?" Batin, Elara cemas dan takut.
"Aku harus bagaimana? Pangeran Benedict mengetahui apa yang aku lakukan saat di perbatasan... Tapi aku tidak memiliki pilihan lain selain menuruti keinginannya."
Elara meraih sebuah kotak yang disembunyikannya di bawah tempat tidur. Dengan hati-hati, ia membuka kunci kotak kayu itu dan menatap isinya.
Siapa sangka, kotak kayu yang dibawanya dari perbatasan ternyata berisi tumpukan surat dari Putri Ana untuk Dominict—surat-surat yang ditulis sebelum Dominict kembali ke istana.
Melihat surat-surat itu, emosinya kembali membuncah. Perasaan marah dan cemburu membakar hatinya, seolah-olah Putri Ana telah merebut Dominict darinya.
"Tidak... Jendral Dominict... Tidak akan aku biarkan Putri Ana berada di sampingmu." Elara membulatkan tekad untuk memiliki Dominict.
Matanya di penuhi oleh kebencian terhadap Putri Ana, Sang Putri Kerajaan.
Bersambung.....
Pangeran Benedict juga ok 🫨 bingung