Libelle Talitha, atau Belle, adalah gadis 17 tahun yang hidup di tengah kemewahan sekolah elit di Inggris. Namun, di balik kehidupannya yang tampak sempurna, tersembunyi rahasia kelam: Belle adalah anak dari istri kedua seorang pria terpandang di Indonesia, dan keberadaannya disembunyikan dari publik. Ayahnya memisahkannya dari keluarga pertamanya yang bahagia dan dihormati, membuat Belle dan ibunya hidup dalam bayang-bayang.
Dikirim ke luar negeri bukan untuk pendidikan, tetapi untuk menjauh dari konflik keluarga, Belle terperangkap di antara dua dunia. Kini, ia harus memilih: terus hidup tersembunyi atau memperjuangkan haknya untuk diakui.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lucky One, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Teman Lama
Belle melangkah perlahan melewati lorong sekolah yang tampak ramai. Setiap langkahnya terasa berat karena semua mata tertuju padanya. Tatapan murid-murid itu membuatnya sedikit tidak nyaman mungkin karena dirinya murid baru, atau mungkin karena auranya yang asing di sekolah ini. Belle mencoba mengabaikan pandangan mereka, namun rasa canggung tak bisa ia hilangkan begitu saja.
Setelah beberapa menit mencari, Belle akhirnya tiba di ruang guru. Di sana, ia mendekati meja seorang wanita muda dengan senyum ramah.
"Selamat pagi, saya Belle, murid baru," ucap Belle sopan.
"Oh, iya. Kamu Belle, kan?" jawab wanita itu. "Saya Miss Mella. Selamat datang. Kamu nanti akan ditempatkan di kelas sebelas B," lanjutnya sambil meneliti beberapa berkas di tangannya.
Belle mengangguk pelan, merasa sedikit lega bahwa proses administrasinya berjalan lancar. Namun, saat itu Miss Mella melihat ke arah pintu ruang guru dan melambai ke seseorang.
"Elvin, coba kemari," panggil Miss Mella kepada seorang pemuda yang sedang berjalan di lorong.
Belle menoleh untuk melihat siapa yang dipanggil. Seorang pemuda dengan postur tinggi, rapi, dan tampan berjalan mendekat. Rambutnya hitam legam, dan ada aura percaya diri yang memancar darinya. Ia terlihat tenang dan tampaknya cukup dikenal di sekolah ini.
"Elvin, ini murid baru, namanya Belle. Tolong antarkan dia ke kelas sebelas B, ya," perintah Miss Mella dengan senyum.
Belle mengamati Elvin sekilas. Ada sesuatu yang tampak familiar pada wajahnya, tetapi ia tidak bisa menempatkannya. Elvin mengulurkan tangan dan menyambut Belle dengan sopan.
"Hai, aku Elvin," ucapnya.
Belle tersenyum kecil, menjabat tangan Elvin. "Hai, Belle."
Mereka berdua berjalan keluar ruang guru bersama. Belle tidak menyadari bahwa Elvin adalah anak dari istri pertama ayahnya anak yang hidup dalam kemewahan dan pengakuan, yang selama ini Belle hanya tahu sebagai bayangan jauh. Ia juga tak tahu bahwa Elvin sama sekali tidak menyadari bahwa dirinya memiliki saudara dari pernikahan kedua ayahnya.
Mereka berjalan dalam diam sejenak sebelum Elvin memecah keheningan. "Jadi, kamu baru pindah ke sini? Dari sekolah mana?"
"Ya, aku baru pindah dari luar negeri," jawab Belle singkat, merasa tak ingin terlalu banyak bicara. Setidaknya, belum.
"Oh, luar negeri?" Elvin terdengar kagum. "Pasti menarik, ya."
Belle hanya tersenyum kecil, menghindari percakapan panjang. Dia tidak tahu harus merasa lega atau justru lebih gugup, mengingat situasi rumit yang sebenarnya dia hadapi. Ketika mereka tiba di depan kelas sebelas B, Elvin membuka pintu dan memberikan Belle kesempatan pertama untuk masuk.
"Sampai ketemu lagi," ucap Elvin sebelum melangkah pergi, meninggalkan Belle di ambang pintu kelas.
***
Belle melangkah memasuki kelas barunya dengan langkah sedikit gugup. Di dalam ruangan, suasana terasa ramai, tapi seketika menjadi hening saat ia membuka pintu. Semua mata tertuju padanya, dan sejenak Belle merasa canggung, seperti menjadi pusat perhatian lagi. Di depan kelas, seorang guru tengah berdiri sambil menatap Belle.
“Kau murid baru, ya?” tanya guru itu dengan suara tenang.
Belle mengangguk pelan. “Ya, Bu, saya Belle,” jawabnya, sambil berusaha untuk terdengar percaya diri meski dadanya berdebar kencang.
Saat ia mulai memperkenalkan dirinya di depan kelas, pandangannya tanpa sengaja teralihkan ke deretan kursi di belakang. Matanya berhenti pada sosok yang sangat familiar. Rambut hitamnya, postur tubuhnya, cara ia duduk—Belle tertegun.
“Darwin?” pikirnya dalam hati, terkejut. Matanya berkedip beberapa kali untuk memastikan bahwa ia tidak salah lihat. Itu benar-benar Darwin, temannya yang baru saja beberapa hari lalu ia temui di Manchester.
Seketika, perasaan senang menyelimutinya. “Oh, jadi sekolah Darwin yang di Jakarta itu ternyata di sini?” gumam Belle dalam hati, merasa lega. Tanpa sadar, senyumnya mengembang. Setidaknya, ada satu wajah yang ia kenal di tengah situasi yang terasa asing ini.
Guru di depan kelas, yang melihat perubahan ekspresi Belle, tersenyum tipis. "Baiklah, Belle, silakan duduk di kursi kosong di sana," ucapnya sambil menunjuk ke sebuah kursi di tengah kelas.
Belle berjalan menuju kursi yang ditunjuk, tapi pandangannya masih tertuju pada Darwin. Darwin, yang juga sudah melihat Belle, tampak bingung sejenak, lalu tersenyum lebar. Ia memberi anggukan kecil ke arah Belle, seakan memberi isyarat bahwa ia juga merasa senang melihat temannya itu di sini.
Setelah Belle duduk, ia merasa lebih tenang. Kini, tidak lagi terasa sepenuhnya asing, dan keberadaan Darwin membuatnya merasa lebih nyaman.
Saat bel berbunyi, menandakan waktu istirahat, Belle segera bangkit dari kursinya dan berjalan cepat ke arah Darwin. Perasaan lega dan senang meluap dalam dirinya, melihat temannya itu di lingkungan yang asing. Ia tersenyum lebar ketika sampai di depan Darwin.
"Aku tidak menyangka kita bisa bertemu di sini!" ujar Belle, ekspresi wajahnya penuh kegembiraan.
Darwin tertawa kecil. "Iya, ini benar-benar kebetulan, Belle. Kamu bagaimana bisa sampai di sekolah ini?" Darwin pun tampak senang melihat Belle, seakan suasana sekolah yang tadinya biasa saja kini terasa lebih ceria dengan kehadirannya.
Namun, tiba-tiba suasana itu berubah saat seorang gadis mendekat dengan langkah cepat. "Darwin, kau sedang apa?" suara tajamnya terdengar dari belakang Belle. Belle memutar tubuhnya, melihat seorang gadis dengan rambut tergerai dan wajah cemberut menghampiri Darwin.
Amanda, pacar Darwin, tampak sangat kesal. Matanya menyipit saat melihat Belle berdiri di dekat kekasihnya. "Kau siapa? Dia pacarku! Kamu sengaja cari perhatian pacarku, ya?" Amanda berkata dengan gaya imut yang tidak sesuai dengan nada cemburu yang mengalir dari suaranya.
Belle hanya tersenyum dan tertawa pelan mendengar kecemburuan Amanda. Dia tak merasa tersinggung sama sekali. Malah, Belle merasa lucu dengan situasi itu, apalagi karena Amanda belum menyadari bahwa dia adalah Belle, teman Darwin. Belle tahu bahwa Amanda mungkin tidak berniat jahat, hanya cemburu karena pacarnya bersama gadis lain.
"Tenang, Amanda," kata Darwin sambil mencoba menenangkan pacarnya. "Ini Belle, temanku dari Inggris. Kita sudah lama kenal."
Mendengar nama "Belle," Amanda sejenak terdiam, alisnya berkerut dalam kebingungan. "Belle? Kamu... Belle yang itu?" Seketika kecemburuannya mereda, dan wajahnya berubah. "Oh my God, Belle! Maaf ya, aku tadi cemburu. Aku kira kamu cewek yang mendekati Darwin."
Belle mengangguk dengan senyum ramah. "Tidak apa-apa, Amanda. Aku mengerti," jawab Belle dengan tenang. Amanda segera mengubah sikapnya, tersenyum malu-malu dan langsung memeluk Belle sebagai tanda bahwa kesalahpahaman tadi sudah berlalu.
Darwin hanya bisa menggelengkan kepala sambil tersenyum, lega karena situasi sudah terkendali. "Kalian ini, untung saja cepat selesai," katanya sambil menatap Belle dan Amanda.
Mereka bertiga akhirnya duduk bersama di kantin, berbicara tentang banyak hal, termasuk cerita Darwin tentang bagaimana Amanda selalu cemburu jika ada cewek dekat dengannya. Belle merasa senang, setidaknya ia punya teman-teman yang bisa diajak bicara dan berbagi tawa di lingkungan barunya. Meskipun, dalam hatinya, masih ada bayangan tentang ayahnya dan keluarga lain yang belum ia hadapi.
serta jangan lupa untuk mampir di ceritaku ya❤️
ada beberapa kalimat yang masih ada pengulangan kata..
contoh kyk ini: Belle berdiri di jendela di bawah langit.
jadi bisa d tata struk kalimatnya;
Belle berdiri di tepi jendela, menatap langit Inggris yang kelam
atau bisa juga Belle berdiri di jendela, memandang langit kelam yang menyelimuti Inggris.
intinya jgn ad pengulangan kata Thor, dan selebihnya udah bagus