Kesalah pahaman dua sahabat lama membuat putri salah satu di antara mereka harus menanggung derita. Ratia, putri dari keluarga Atmojo yang trus di kejar dan harus di habisi oleh keluarga Baskoro.
Ratia kecil terpaksa di sembunyikan di sebuah negara, di mana hanya kakeknya saja yang tau. Bertahun-tahun di cari, keberadaan Ratia tercium. Namun dengan cepat kakeknya menikahkan Ratia pada keluarga yang kaya dan berkuasa. Ternyata hal itu membuat Ratia semakin menderita, Aksara memiliki banyak wanita di hidupnya. Perlakuan tidak menyenangkan trus Ratia dapatkan dari suaminya itu. Dengan kecantikan dan kecerdasan yang dimiliki Ratia dia berhasil meluluhkan hati sang suami, namun Ratia terlanjur membenci suaminya Aksara. Rasa benci Ratia pada sang suami dan keluarganya membuat dia ingin mengakhiri hidup. Namun dengan segala cara Aksara mencegah hal itu, dan membuat Ratia luluh.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rickaarsakha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bekerja
"Lepaskan aku, apa yang Mas lakukan?" Ratia mulai sedikit berteriak. Namun tatapan pria itu tak beralih dari wajahnya. Hembusan nafas sang suami yang tepat di wajahnya, membuat Ratia memundur kepala. Tapi dengan cepat tangan pria itu menarik kepala istrinya.
Aksara pun melepaskan tangan ketika Ratia memijak kakinya sekuat tenaga. Tanpa ragu, gadis itu langsung berlari keluar.
Ratia dengan panik berlari menuruni tangga, getar di bibir gadis itu belum mereda. Nafas yang masih tersengal membuat Herry menatapnya dengan bingung.
"Nona, ada apa?" Ratia hanya menggeleng, tidak mungkin dia menceritakan apa yang sebenarnya terjadi. Namun melihat kaki gadis itu bergetar, Herry jadi sedikit khawatir. "Apa ada yang menggangu Anda?" bukan tanpa alasan ketakutannya, jika ada sesuatu terjadi dialah yang akan di salahkan Tuannya nanti.
Pada akhirnya Herry memutuskan untuk naik ke atas, memastikan apa yang sudah terjadi. Namun ketika sudah tiba didepan pintu, dia terkejut melihat Tuannya yang begitu gusar.
Ah, urusan rumah tangga rupanya. Herry.
Tanpa bertanya dan tidak ingin tau apa yang sudah terjadi, Herry pun ingin berlalu pergi.
"Herry?" Mendengar namanya di panggil, Herry pun menghentikan langkah dan menarik nafas. Ketahuan batinnya.
"Maaf Tuan, saya tidak tahu Anda sudah bangun." menunduk hormat, dan menunggu Tuannya bertanya lagi saja.
"Ada apa, sampai kau naik ke atas?"
"Maaf Tuan, tadi Nona Ratia nampak ketakutan saya hanya ingin memastikan jika tidak ada yang akan membahayakannya." jujur saja, Tuannya pasti tau jika dia berbohong.
"Tidak ada masalah, bawalah dan pastikan dia akan baik-baik saja."
"Baik Tuan." Herry pun penasaran sebenarnya, tapi tidak mungkin dia bertanya langsung. Herry pun turun kembali.
"Ayo Nona, Tuan Suseno nampaknya sudah siap." dan benar Jagad Suseno keluar kamar dengan senyum yang merekah. Dia pun tidak menyadari, bahwah Ratia dalam situasi yang tidak baik.
Meski kejadian tadi pagi sedikit menggangu perasaannya, pada akhirnya kebahagian Ratia hari ini sangat besar. Kakek Suseno membawanya berkeliling beberapa rumah sakit yang ia punya, bahkan mengenalkan pada semua jika Ratialah yang akan bertanggung jawab nanti.
Bagaimana pun kecerdasan Ratia harus di manfaatkan dengan baik, begitu niat Jagad Suseno sedari awal.
Sementara itu, Aksara terus mengingat apa yang telah iya lakukan tapi pagi. Bagaimana mungkin, dia tanpa sadar melakukan hal semacam itu. Selama ini banyak sekali wanita di sampingnya, tapi tidak pernah terjadi hal seperti ini. Bahkan ketika terbangun tadi pagi, melihat Ratia tidak ada di kamar dia merasa sangat kesal.
Cih, apa yang terjadi pada ku?
Meski hari ini seharusnya libur, tetapi karena satu dan lain hal membuatnya tetap harus bekerja. Nampaknya sejak tadi, dia hanya duduk dan mengacak-mengacak meja tidak menyelesaikan apapun.
"Hallo Her?" bahkan tanpa rencanakan, tiba-tiba saja dia menelpon Herry.
"Iya Tuan."
"Bagaimana istriku?" nampaknya Herry menyadari sesuatu.
"Nona Ratia sangat senang Tuan, setelah cukup lama Anda mengurungnya." karena ada sedikit penekanan di ucapan Herry, Aksara pun sedikit tersinggung dan memilih mematikan telepon begitu saja.
Tuan jangan bilang anda memaksa Nona tadi pagi.Herry
Pikiran Herry pun melayang ke mana-mana. Dia tahu betul jika tuannya, tidak pernah peduli pada siapa pun.
Cukup lama Aksara bersandar di kursi kebesarannya dan trus mengacak-acak rambut. Sepertinya sia-sia dia lembur hari ini, tidak ada satupun pekerjaan yang mampu ia selesaikan. Pada akhirnya dia pun pergi meninggalkan setumpuk pekerjaan begitu saja. Melangkah entah ke mana.
...****************...
Setelah sore hari, Ratia dan Kakek Suseno pulang dengan bahagia. Terbayang oleh Ratia, jika dia akan bekerja setiap hari. Betapa menyenangkannya bisa hidup bebas, meski harus bekerja keras.
"Terimakasih ya Kek, aku akan berusaha bekerja dengan baik."
"Tapi jangan terlalu memaksakan diri, Kakek tidak mau jika Aksara marah pada Kakek. Fokuskan diri kalian untuk memiliki anak dulu." ucapan Kakek membuat Herry dan Ratia terkejut.
Hahaha Nona Ratia, aku kasihan pada mu. Herry
Anak, aku tidak mau kek. Cucu mu saja memperlakukan ku dengan buruk. Cih, keterlaluan. Ratia
Ah, bagus sekali jika mereka cepat memiliki anak. Ratia pasti akan bertahan dengan Aksara dan pastinya seluruh rumah sakit yang ku punya akan semakin cepat berkembang. Jagad Suseno
Mereka bertiga terbenam dalam pikirannya masing-masing. Memilih untuk diam dan menikmati perjalan pulang.
Beberapa waktu sudah berlalu, Ratia sibuk dengan pekerjaannya. Aksara pun sama, berkutat dengan banyak hal. Meski Ratia protes atas keberadaan Herry yang selalu mengekor, namun dengan ancaman keselamatan mau tidak mau dia harus menerima. Dari pada harus di kurung lagi, lebih baik bersama Herry yang tidak sama seperti manusia pada umumnya itu.
Senyum Ratia sudah sering kali terlihat oleh Aksara. Awal-awal menikah, dia sangat senang jika Ratia menunjukkan wajah ketakutan dan tertekan. Namun setelah melihat Ratia sedikit ceria, ternyata lebih menyenangkan. Tanpa dia sadari, hati itu perlahan mulai terbuka.
Meski hubungan mereka berdua belum seperti seharusnya, tapi setidaknya sudah lebih baik.
double up