Ranjang Balas Dendam

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

"Apa kau sudah ingat?"

Tanya Valdo, laku mengedipkan sebelah matanya untuk menggoda Nia.

Wajah Nia berubah merah seperti tomat. lalu, ia mengalihkan tatapan matanya kearah lain untuk mengurangi kecanggungan mereka.

Valdo tak tinggal Diam, Ia kembali menarik wajah Nathania agar menatap kembali kearahnya.

"Jika masih belum, ijinkan aku mengulangnya!"

Deg

Seketika itu pula mata Nathania membulat dengan sempurna.

Tangan kekar Valdo, tiba-tiba mengusap bibir Nathania dengan lembut. ia menghapus sisa saliva di atas sana dengan hati yang sulit di jelaskan.

Aneh, kenapa Valdo ingin terus menerus mengulangnya. bukankah hubungan keduanya di mulai dari ketidak kesengajaan.

"Apa, kau merasa tidak di rugikan di sini?" Tanya Valdo lagi. "Jangan bilang tidak! karena aku tidak akan percaya jika kau bilang seperti itu."

"Ya, aku memang merasa di rugikan. karena aku memiliki prinsip, jika kehormatan mu hanya untuk suamiku kelak. dan kau lah yang mendapatkannya."

"Dan aku juga lah suamimu saat ini. Tolong garis bawahi itu!"

Nia mendongak. namun tanpa sadar bibirnya terbuka lebar karena tak menduga jika Valdo akan berbicara seperti itu padanya.

"Ya aku tau..." jawab Nathania di sertai anggukan kepala.

Senyum Valdo terukir lebar mendengar jawaban jujur Nia barusan. "Jadi, kau sudah ingat kan siapa aku? Mulai detik ini, aku adalah suamimu!"

Nathania mengangguk patuh.

"Ku dengar, Mantan tunangan mu akan menikahi selingkuhannya. apakah, kau tau soal itu?"

Tiba-tiba Valdo beralih membahas sesuatu yang menjadi beban di hati Nathania. jelas hal itu membuat Nia terkejut tak menyangka jika Revaldo juga mengetahui soal berita itu.

"Dari mana kau tau?" Tanyanya dengan alis yang mengerut.

"Bukankah sudah aku katakan jika apa yang tidak bisa Revaldo mahendra ketahui?"

Jawab nya menyombongkan diri.

Nathania memutar bola matanya malas. Lalu sedikit mendorong tubuh Valdo agar menjauh darinya.

"Aku sudah menebak jika mereka akan menikah." Ucap Nia sembari tersenyum kecut.

"Benarkah? Apakah kau juga tau jika sekarang, wanita itu tengah hamil?"

Deg.

Nathania tersentak kaget, dia tercengang mendengar ucapan Valdo barusan. hatinya memanas, tidak ia sangka jika dari hasil perselingkuhan kedua pengkhianat itu akan membuatkan hasil.

"Apa, kau serius?"

"Ya, apa kau tidak percaya padaku?"

"Bukan begitu. hanya saja, aku merasa jika ini aneh. bisa-bisanya kau tau cerita soal Juita dan Sakha, bukannya kau tidak mengenal keduanya!!"

"Ck, sudah aku katakan aku ini seorang..... "

"Revaldo Mahendra, apa yang tidak di ketahui oleh seorang Revaldo Mahendra?"

Potong Nathania dengan ketus.

"Bagus, akhirnya kau paham juga." Cibiran Valdo malah membuat Hati Nathania semakin geram dan tanpa ia sadari, Air mata mulai menetes di pipinya.

Valdo akhirnya menyadari jika Nathania tengah menangis, lalu ia menarik wanita itu ke dalam pelukannya.

"Dengarkan aku baik-baik! Untuk apa kau menangisi pria seperti Aldo Asaka. menurutku, dari pada kau bersedih dan membuat mereka bahagia di atas penderitaan mu. bukankah akan lebih baik jika kau menggunakan waktumu untuk membalas dendam pada mereka!!"

Nathania terlihat berfikir keras dengan masukan Revaldo padanya. Tawaran ini memang memiliki banyak keuntungan untuk dirinya. selain bisa menikah dengan keturunan konglomerat nomor satu di negeri wakanda, ia juga bisa membalas dendam pada Aldo dan Juita.

"Aku beri kau waktu sampai besok. segeralah pikirkan ini baik-baik dan berikan jawaban padaku dengan segera!"

Ucap Valdo dengan berbisik di telinga Nathania. hingga membuat wanita itu menggelinjang karena kegelian.

Saat Valdo ingin pergi. Nathania tiba-tiba kembali menahan tangannya dan berakhir ia kembali harus menoleh ke arahnya.

"Ada apa lagi? apa kau, sudah menemukan jawabannya?"

"Tidak, aku hanya ingin bertanya sesuatu padamu. tapi, berjanjilah padaku untuk menjawabnya dengan jujur."

Valdo mengangguk, ia seolah siap mendengar kan pertanyaan dari Nathania.

"Sebenernya, apa tujuan mu menikahi ku? apakah hanya karena rasa tanggung jawab?"

Valdo nampak santai, ia sama sekali tak terkejut dengan pertanyaan yang di ajukan Nathania padanya. "Awalnya mungkin memang karena tanggung jawab. namun, sampai sini, aku merasa ada sesuatu yang spesial yang membuatku mulai tertarik untuk menjalani pernikahan ini."

Mendengar jawaban itu, hati Nathania bukannya senang. Ia malah terlihat mengepal kan tangannya kuat-kuat.

Banyak sekali hal yang ia fikirkan saat ini, terutama sikap Valdo padanya. bolehkan ia berharap jika suatu saat pernikahan mereka saat ini akan bahagia? mengingat tak ada cinta di dalam pernikahan ini dari, Revaldo untuk dirinya.

"Baiklah kalau begitu. Aku terima tawaranmu!"

Nathania mengajukan tangannya untuk mengajak Revaldo berjabat tangan. dan di sambut oleh suka cita oleh sang pria yang membalas jabatan itu dengan semangat.

"Baiklah, ganti bajumu! Siang ini, siang ini kita akan ke restoran di hotel Permesta."

Ucap Valdo sembari melangkah untuk keluar. Namun sebelum itu, tidak lupa ia mengacak-acak rambut Nathania dengan gemas seolah-olah wanita itu adalah boneka baginya.

"Ck, rambutku. jangan sentuh rambutku!"

Nia mengusap-usap rambutnya agar kembali rapi seperti sedia kala.

"Aku tunggu kau di bawah selama 10 menit, jika kau tidak tepat waktu jangan salahkan aku jika aku tinggal!"

Ancam Valdo sembari tersenyum miring dan langsung berjalan keluar dari dalam kamar.

"Tunggu dulu, tunggu dulu! Mana bisa seperti itu, bajuku saja ada di apartemen ku, bagaimana aku ganti baju?"

"Masuklah ke ruang ganti! di sana aku sudah menyiapkan semuanya untuk mu."

******

Empat hari kemudian.

Di sebuah kamar mewah. terlihat seperti wanita tengah merias dirinya sendiri sembari bercermin. ia memilih lipstik berwarna merah dengan gaun yang berwarna senada dengan bibirnya.

Ia nampak tersenyum indah sembari memuji tampilannya yang paripurna saat ini. Lesung pipi yang menghiasi pipinya membuat penampilannya semakin memukau seperti seorang Artis yang ingin melakukan jumpa Fans.

"Perfect"

Saat Ia ingin memakai antingnya, suara getaran ponsel yang berada di atas meja rias itu membuatnya menghentikan aktivitas nya sejenak. dan memilih mengecek ponsel itu terlebih dahulu.

Ia melihat ada panggilan dari mantan calon suaminya dengan ekspresi dingin serta jijik.

"Hari ini dia akan menikah dengan wanita lain, tapi kau masih Sempat-sempatnya menghubungiku. apa dia sudah tidak waras?"

Gumam Nathania dengan tersenyum sinis. "Apa aku harus melayaninya sebentar?"

Nia menoleh ke arah Valdo, begitu pula sebaliknya. hingga tatapan mata keduanya saling bertemu.

Akhirnya Valdo mengangguk di sertai senyuman nakal.

"Jika itu membuatmu bahagia, kenapa tidak. hanya main-main, untuk menambah seru keadaan."

Jawab Valdo di iringi kedipan sebelah matanya.

Mendengar itu, Lantas membuat Nathania mengangkat panggilan Saka yang keempat kalinya.