HARAP BIJAK MEMILIH BACAAN, PASTIKAN UDAH PUNYA KTP YA BUND😙
Bosan dengan pertanyaan "Kapan nikah?" dan tuntutan keluarga perihal pasangan hidup lantaran usianya kian dewasa, Kanaya rela membayar seorang pria untuk dikenalkan sebagai kekasihnya di hari perkawinan Khaira, sang adik. Salahnya, Kanaya sebodoh itu dan tidak mencaritahu lebih dulu siapa pria yang ia sewa. Terjebak dalam permainan yang ia ciptakan sendiri, hancur dan justru terikat salam hal yang sejak dahulu ia hindari.
"Lupakan, tidak akan terjadi apa-apa ... toh kita cuma melakukannya sekali bukan?" Sorot tajam menatap getir pria yang kini duduk di tepi ranjang.
"Baiklah jika itu maumu, anggap saja ini bagian dari pekerjaanku ... tapi perlu kau ingat, Naya, jika sampai kau hamil bisa dipastikan itu anakku." Senyum tipis itu terbit, seakan tak ada beban dan hal segenting itu bukan masalah.
Ig : desh_puspita
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Desy Puspita, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 16
Suasana kota yang mulai berganti, sorot lampu kendaraan mulai saling menatap. Sebentar lagi Dewi malam akan berkuasa, Ibra menatap tajam kedepan. Fokus terhadap tujuan seakan ada seseorang yang menanti kehadirannya.
Resikonya dia pahami, mungkin nanti pria yang menjadi pengganti ayah kandungnya akan membunuh Ibra malam ini juga.
Namun saat ini bukan itu yang Ibra pikirkan, melainkan bagaimana Kanaya nantinya diperlakukan. Jika dirinya, walau harus menerima amukan dan tertindas suatu saat, selagi nyawanya masih ada maka Ibra tak mengapa.
Memacu laju kendaraannya sedikit lebih cepat, pria itu tak peduli walau di cap sebagai pengemudi yang mengalami gangguan kejiwaan, dia hanya ingin segera tiba di kediaman Kanaya.
Kanaya bukan termasuk kelas bawah, namun juga tidak dapat dikatakan kelas atas. Mereka adalah keluarga yang baik-baik saja perihal finansial sebenarnya. Terbukti dengan rumah yang cukup luas dan bahkan bisa dikatakan sangat nyaman untuk ditinggali meski ada banyak orang di sini.
"Sudah kukatakan batal, kenapa masih datang."
Baru saja turun dari mobil Ibra telah mendapati wanita itu berada di belakangnya. Wajah polos tanpa polesan make up sedikitpun namun Ibra sangat suka melihatnya.
"Sabar, Kanaya ... kau menungguku?" tanya Kanaya percaya diri sekali, pria itu menampilkan gigi rapihnya di hadapan Kanaya.
Berbeda sekali dua orang ini, bisa-bisanya Ibra setenang ini sementara Kanaya justru benar-benar panik ketika mengetahui pria itu mendatangi rumahnya.
Wanita itu bahkan belum sempat merapikan rambutnya, sebelum Ibra pergi memang dia berkata akan datang, tapi yang Kanaya pikir pria ini takkan nekat jika sudah diusir berkali-kali.
"Percaya diri sekali, sama sekali tidak kau dengar itu," tekan Kanaya dengan gigi-gigi yang bergemelutuk. Dia benar-benar kesal luar biasa karena sejak pulang Widya sama sekali tak menyinggung masalah Ibra.
Ibra tak menjawab, pria itu kembali melanjutkan langkah dan meneruskan niatnya. Bagus sekali penyambutan kali ini, padahal biasanya Ibra selalu diistimewakan di setiap tempat.
"Pulanglah, Mama belum pulang."
Mata Ibra mendelik kala ucapan itu lolos dari bibir mungil Kanaya. Sejenak memilih berhenti dan menunggu hal yang akan terjadi selanjutnya.
Yes dia berhenti, Kanaya sejenak lega bisa kembali mengusir pria itu dari hadapannya. Namun sedetik kemudian dia tak lagi sama, Widya mengetahui keberadaan Ibra. Dan jelas saja, pria itu menang kali ini.
"Masuk, Nak ... Kanaya gimana sih, kebiasaan kalau punya tamu diajak ngobrol di luar."
Sang mama berceloteh panjang lebar sembari menarik Ibra agar segera masuk. Sejak tadi perdebatan mereka terdengar meskipun samar-samar, Widya berseri tentu saja.
Semakin Ibra bebas masuk, semakin takut Kanaya pria itu akan benar-benar buka mulut. Dia mewanti-wanti Ibra yang sepertinya menyiapkan banyak rencana rahasia.
Kedatangannya cukup membuat mata semua orang disana tertuju padanya. Tak terkecuali Gibran yang sebelumnya gagal mendapatkan apa yang dia mau dar Kanaya.
Tatapan tak suka langsung Ibra berikan kala bertatap mata bersama Gibran di sisi Mahatma. Tampak keduanya tengah menabuh genderang perang, baik Ibra maupun Gibran.
"Duduklah, aku sudah lama menunggumu ... aku khawatir Kanaya gagal lagi kali ini."
Kanaya hanya terdiam, harapan macam apa yang sebenarnya Widya maksudkan. Bukan perihal kebahagiaannya, akan tetapi hanya sebatas memenuhi tuntuntannya saja.
"Maaf, Om ... Tante, saya sibuk akhir-akhir ini, makanya baru bisa datang."
Sopan, hal pertama yang membuat Mahatma menerima Ibra adalah sikapnya. Pria itu memang terlihat berwibawa dan sudah tentu dia pria kaya, akan tetapi caranya bersikap benar-benar menunjukkan dia pria yang baik.
Menantu idaman!! Mungkin sebenarnya yang Widya cari sudah sangat amat pas. Namun semua masih baik-baik saja karena yang mereka lihat hanya indahnya bunga, bukan sisi lain yang kini tengah Kanaya anggap sebagai aibnya.
"Andai Mama tau, apa mungkin masih senyum begitu," tutur batin Kanaya menatap sendu wanita yang telah melahirkannya, wanita yang membuat dia sadar bahwa biadadari sewaktu-waktu bisa berubah menjadi iblis.
-
.
.
.
Obrolan berjalan semakin serius, makan malam yang Widya nantikan berjalan sebaik itu. Kanaya sebenarnya tenang karena sejak tadi Ibra belum menyinggung masalah itu, dan selama itu pula dirinya tidak mau meninggalkan Ibra sendirian di ruang keluarga.
Takut saja, firasatnya sudah mengatakan berbeda. Ada rasa takut yang bergejolak dalam batinnya, terutama ketika Adrian dan Abygail juga sudah berada di sana.
Hingga tiba dimana Ibra membuat Kanaya berhasil membeliak dengan kata-katanya barusan.
"Kamu bercanda?" selidik Abygail kala mendengar Ibra mengutarakan niat baiknya.
"Tidak, Mas ... aku serius, malam ini secara pribadi aku meminang Kanaya untuk menjadi istriku."
Pyar!! Mimpi buruk bagi Gibran, pria itu bahkan perlu waktu untuk hanya sekadar menarik napas.
"Mendadak sekali, kurasa kalian baru saling mengenal ... apa tidak terlalu cepat?" Abygail adalah kakak yang memiliki empati terhadap Kanaya, dan dia tidak mau semua yang terjadi karena hal yang tidak beres.
Pria itu menatap sekilas Kanaya yang tengah menduduk, apa mungkin dia malu Ibra meminangnya.
"Kalian menikah sesudah Mas saja, tiga bulan lagi bagaimana?"
Abygail tak mau merusak rencana, pernikahannya hanya beberapa minggu lagi. Dan rasanya sangat aneh sekali jika tiba-tiba yang menikah dadakan justru adiknya.
"Tiga bulan? Itu terlalu lama, Mas .... aku khawatir kandungan Nay...."
"Ibra!!!" sentak Kanaya tak tahan kala pria itu dengan polosnya mengatakan yang sesungguhnya, sejak tadi dia di sini untuk wanti-wanti Ibra tak mengucapkan hal itu.
"Kanaya diam!!! Katakan sekali lagi, apa maksudmu?" Wajah Abygail sontak berubah, pria itu berdiri dan siap memberikan pelajaran jika memang dia tak salah dengar.
"Kanaya hamil," ucap Ibra santai, sangat sangat santai dan dia tidak takut sekalipun pria didepannya akan menghabisinya sekalipun.
"Apa?"
Wdiya yang sebelumnya masuk sebentar, kini diam terpaku begitu mendengar penuturan Ibra. Wanita itu menatap kecewa Kanaya setelah kemudian ambruk bersama gelas kaca berisikan teh hangat untuk suaminya.
PRANK!!
"Mama!" Kanaya semakin kalut kala Widya kini lemah seketika, Khaira berlari menghampiri Widya lebih dulu.
"Jangan sentuh Mama!!" bentak Khaira ketika Naya hendak membantu mamanya, menatap khawatir mata Widya yang tengah berusaha menahan sakitnya.
"Dasar tidak tau diuntung! Kamu buat malu keluarga, Kanaya!!" Widya berucap lirih dengan suara yang sebegitu beratnya, Kanaya berusaha meraih tangan mamanya sembari meminta maaf.
Perhatian Abygail yang sempat teralihkan pada Widya kini kembali menatap marah Ibra. Tanpa berpikir panjang, dia melangkah dan mendaratkan satu pukulan di wajah Ibra.
"Apa yang kau lakukan terhadap adikku, Badjingan?!! Haah?!!"
Tak puas sekali, dua kali, tiga kali bahkan hingga Ibra hanya bisa menerima rasa sakit yang kesekian kali itu. Walau sudah berusaha Mahatma lerai, kekuatan Abygail tak sebanding dengannya.
"Hentikan, Mas!! Kamu bisa membunuhnya!!" teriak Kanaya kini berlari ke arah Ibra.
"Adrian bawa Kanaya masuk!!" perintah Abygail sembari tak melepaskan Ibra dari kekuasannya. Dia Benar-benar segila ini, perihal kehormatan dan martabat keluarga Abygail tak main-main.
TBC
Berasa cepet banget ya? Gapapa, alur kita cepet tapi ga buru-buru kok😙 Maap ya telat, aku up selalu 3 eps setiap hari insya Allah🤗❣️