Gracella Eirene, gadis pendiam yang lebih suka bersembunyi di dunia imajinasi, Ia sering berfantasi tentang kehidupan baru, tentang cinta dan persahabatan yang tak pernah ia rasakan. Suatu hari, ia terpesona oleh novel berjudul 'Perjalanan cinta Laura si gadis polos', khususnya setelah menemukan tokoh bernama Gracella Eirene Valdore. Namun, tanpa ia sadari, sebuah kecelakaan mengubah hidupnya selamanya. Ia terbangun dalam dunia novel tersebut, di mana mimpinya untuk bertransmigrasi menjadi kenyataan.
Di dunia baru ini, Gracella Eirene Valdore bertemu dengan Genta, saudara kembarnya yang merupakan tokoh antagonis utama dalam cerita. Genta adalah musuh tokoh utama, penjahat yang ditakdirkan untuk berakhir tragis. Gracella menyadari bahwa ia telah mengambil alih tubuh Grace Valdore, gadis yang ditakdirkan untuk mengalami nasib yang mengerikan.
- Bisakah Gracella Eirene Valdore mengubah takdirnya dan menghindari nasib tragis yang menanti Grace Valdore?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Afizah C_Rmd, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bagian 23
Dalam perjalanan ke kelas, Grace secara tidak sengaja menabrak Alzar. Tubuhnya oleng, hampir terjatuh, namun Alzar sigap menahannya.
"Eh, Grace," ucap Alzar, senyumnya mengembang, matanya menatap Grace dengan hangat. "Lo nggak papa?"
Grace terkesiap, wajahnya memerah. "Ah, Alzar, sorry sorry," ujarnya, suaranya sedikit gemetar. Ia tak bisa menyembunyikan kekagumannya saat melihat wajah Alzar, tampan dan lembut.
"Iya, gak papa kok," jawab Alzar, menarik tangan Grace agar berdiri tegak. "Hati-hati, Grace."
Grace mengangguk, mencoba untuk tenang. Namun, ingatan tentang kejadian semalam dan peringatan Genta membuatnya gugup. Pipinya semakin memerah, dan jantungnya berdebar kencang.
"Ah, iya, gue harus cepat ke kelas dulu," ucap Grace, mencoba untuk menghindar. Ia berbalik dan berlari kecil menuju kelasnya.
Meninggalkan Alzar yang mengerutkan kening heran "ada apa dengan Grace, kenapa dia menghindari gue"
Grace melangkah cepat menuju kelasnya, jantungnya masih berdebar kencang. Ingatan tentang sentuhan Alzar saat menahannya tadi masih terasa hangat di tubuhnya. "Kenapa sih, Grace?" gumamnya dalam hati, "Kenapa harus gugup begini?"
Nara, yang duduk di bangku samping Grace, merasa heran dengan kelakuan Grace yang tidak biasa. "Lo kenapa Grace, gak demam kan, wajah lo kok merah gitu?" tanya Nara menempelkan tangan pada dahi Grace.
Grace langsung tersipu, berusaha menutupi wajahnya dengan buku dan melepaskan tangan Nara dari dahinya, "Ih, apaan sih, Nara! Gak usah lebay!"
"Gak lebay, Grace. Cuma heran aja kok, Lo tu sebenarnya kenapa datang-datang wajah merah gitu. Ah apa jangan-jangan lo lagi jatuh cinta?" tanya Nara, matanya berbinar-binar.
"Eh, gaklah, udahlah gak usah kepo, sana urus urusan lo sendiri" ucap Grace berusaha mengalihkan perhatian Nara. Grace tidak mau mengatakan yang sebenarnya, bisa-bisa heboh lagi Nara.
"Heleh heleh, Liat deh, muka lo udah kayak kepiting rebus, mana bisa gue gak peduli hahahaha" Nara tertawa.
"Ish, diem lo!" Grace memukul pelan lengan Nara.
"Oke, oke, gue diem." Nara menutup mulutnya. Grace hanya bisa menghela napas, melihat kelakuan Nara.
Bel masuk berbunyi, mengantarkan mereka kembali ke dunia pelajaran. Namun, pikiran Grace masih melayang pada Alzar. Dia mencoba fokus pada pelajaran, tetapi bayangan Alzar terus muncul di benaknya.
"Grace, kamu dengerin gak sih?" suara Bu Vina, guru mereka, mengagetkan Grace.
"Eh, iya Bu, Maaf Bu" Grace tersadar.
"Hmm, oke kita lanjutkan. Tapi sebelum itu Ibu mau ngasih tau kalian, habis ini pelajaran olahraga kita bakal gabung dengan kelas XII IPA 1," ujar Bu Vina.
Seketika kelas riuh. Bisikan-bisikan bergema di antara para siswi.
"Wah, kelas XII IPA 1!"
"Ada Sanford Tiger Reign nih!"
"Ahh, beruntung nya kita bisa ketemu most wanted semua!"
"Lo, benar kita bakal gabung dengan suamiku Al"
"Eh, tenang-tenang, jangan heboh," ujar Bu Vina, berusaha menenangkan kelas. "Ingat, kita tetap harus menjaga ketertiban dan fokus pada pelajaran."
Namun, bisikan-bisikan para siswi tidak berhenti. Mereka masih sibuk membicarakan Sanford Tiger Reign, geng motor yang terkenal di sekolah mereka, yang kebetulan berada di kelas XII IPA 1.
...----------------...
Bel pergantian berbunyi, menandakan berakhirnya pelajaran. Siswa-siswa berhamburan keluar kelas, menuju loker masing-masing untuk berganti baju olahraga. Grace dan Nara pun ikut berdesakan di antara kerumunan, pikiran Grace masih melayang-layang pada Alzar.
"Grace, lo ngelamun lagi?" tanya Nara, menyikut pelan lengan Grace. "Udah cepetan ganti baju, nanti telat lagi."
Grace tersadar dari lamunannya. "Eh, iya, iya," jawabnya, sedikit tergagap. Ia bergegas menuju lokernya, jantungnya masih berdebar tak menentu. Bayangan Alzar yang menawan dengan senyum hangat dan tatapan mata yang lembut masih terukir jelas di benaknya.
Di loker, Nara mulai bercerita tentang Sanford Tiger Reign, geng motor yang terkenal di sekolah mereka. "Tau gak sih, katanya si Shankara itu ketua gengnya, ganteng banget," bisik Nara dengan mata berbinar. "Keren banget apalagi dengan kepribadian nya yang dingin itu, bikin tambah misterius."
"Shankara," ucap Grace pelan, membuat dirinya mengingat nama tokoh utama pria dalam cerita 'Perjalanan Cinta Laura Sigadis Polos'. Sebuah cerita fiksi yang pernah ia tempati saat ini.
"Iya, lo tau anggota nya juga ganteng-ganteng, dan satu hal lagi El si dedek gemez itu termasuk ke dalam anggota inti geng, bahkan menjadi kesayangan geng. Nggak mungkin kan lo gak tau ini?" ucap Nara, heran melihat ekspresi Grace yang bingung dan kaget.
Grace menggeleng pelan. "Enggak, cuma... ah, gak papa," jawabnya, berusaha menyembunyikan rasa gugupnya. Sungguh tidak mungkin baginya untuk mengatakan yang sebenarnya pada Nara.
Nara mengerutkan kening. "Lo aneh banget sih, Grace. Kayaknya ada yang lo sembunyiin deh." Ia menunjuk wajah Grace yang masih memerah. "Wajah lo merah banget, kayak kepiting rebus!"
"Udahlah, mending kita cepetan ganti baju, nanti kita telat ke lapangan," kata Grace, berusaha mengalihkan perhatian Nara.
Nara hanya menurut. Mereka berdua berganti baju, dan tak lama kemudian, mereka berdua sudah berada di lapangan.
Para siswa, termasuk Grace dan Nara, sudah berbaris rapi sesuai kelasnya di lapangan. Suasana ramai dengan obrolan dan tawa, tapi Grace tetap terdiam, pikirannya masih tertuju pada Alzar yang berada di barisan depan kelas XII IPA 1.
Pak Joshua, guru olahraga yang terkenal tegas, berdiri di depan barisan. "Baiklah, anak-anak," suaranya bergema di lapangan, "Hari ini kita akan melakukan permainan gabungan antara kelas XI dan XII."
"Pertama, kita akan bermain basket. Para cowok dari kedua kelas akan dibagi menjadi dua tim, dan akan bertanding," Pak Joshua melanjutkan. "Kemudian, para cewek akan bermain voli. Dipersilakan membentuk tim masing-masing."
Seketika lapangan menjadi lebih ramai. Para siswa berbisik-bisik, membentuk tim, dan bersemangat untuk memulai permainan. Grace melirik ke arah Nara, yang terlihat antusias dengan permainan voli.
"Grace, kita satu tim gue kan? " tanya Nara, matanya berbinar-binar. "Kita pasti menang!"
Grace mengangguk ragu. "Iya, tapi... aku gak terlalu jago main voli," jawabnya.
"Gak papa, kita bisa belajar bareng," kata Nara, menarik tangan Grace. "Ayo, kita cari anggota tim lainnya!"
Mereka berdua pun berkeliling lapangan, mencari anggota tim voli.