Anton Nicholas Akbar, 27 tahun, sebelumnya bernama Anton Nicholas Wijaya. Arsitek muda dari B Group dengan jabatan sebagai Direktur Divisi Architecture & Landscaping di B Group.
Hal yang baru ia sadari, ternyata dia bukanlah yang dia kira. Dia bukan cucu kandung di Keluarga Wijaya. Dia bukan orang Indonesia. Dia juga bukan lelaki biasa karena darah biru yang mengalir dari orangtuanya.
Tanda lahir berbentuk bulan sabit biru, membuatnya harus menerima takdirnya sebagai penerus dari Legenda Bulan Sabit Biru juga sebagai satu-satunya pewaris Wang Corporation di Negeri Cina.
Sebelum itu, ia harus menemukan Gadis Lotusnya agar dapat memenuhi takdirnya. Sebagai pewaris dan juga sebagai Pangeran Bulan Sabit Biru.
Dibantu para Naga yang merupakan sahabatnya juga mafia Spanyol dan Yakuza untuk melawan Kelompok Belati Hitam yang tergabung dalam TRIAD.
Novel sekuel dari 3 novel sebelumnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ough See Usi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 21 – BULAN SABIT BIRU DAN NAGA PUTIH
...🌺biasakan beri like di setiap babnya, jangan menabung bab agar sistem bisa melakukan penilaian retensi pembaca, dimohon kerjasamanya 🌺
...
...----------------...
Hari ini mereka baru saja menginterogasi seorang pemuda yang ingin menerobos sekuriti pintu masuk ruang VIP dan VVIP. Pria itu ngotot mengaku sebagai wartawan dan ingin mewawancarai Indra dan istrinya.
Penampilannya terlalu lusuh untuk menyamar sebagai wartawan. Mata Indra yang jeli bisa memastikan bahwa berlian di tindik kirinya itu asli diamond bukan zircon belaka.
Saat motornya digeledah, ada kartu nama yang disisipi paket LSD narkoba yang berbentuk lembaran kecil seperti perangko.
Raditya yang masih mengenakan seragam instansinya baru saja meninggalkan ruangan rawat inap Arini dan anak-anaknya. Mereka masih berkumpul di sana.
Terlihat jelas dirinya tidak mempercayai apa yang Abay ucapkan. Tetapi saat Alif yang berbicara, ekspresi Raditya tampak terkejut.
Alif berbicara dengan aura yang luar biasa. Diluar ekspresi dan perilaku anak kelas 1 SD.
Bahkan Anton pun terkesima saat Alif menggandeng Raditya untuk mendengarkan ucapannya.
“Setelah kasus Tante Norak ini selesai, tidak lama Om Radit akan bertemu dengan pengantinnya Om Radit.”
Ucapan Alif membuat semua orang memperhatikannya.
Raditya hanya menggeleng.
“Saya belum kepikiran untuk menikah lagi, Kak..,” mengelus kepala Alif.
Sebelum itu, Abay membuat Anton terkejut dengan ucapannya. Setelah Indra iseng menanyakan kapan Raditya menikah. Dan dirinya pun latah iseng menanyakan kapan dirinya menikah.
“Om Atown mah hasyih hama..._Om Anton mah masih lama..._,” Abay menatap dirinya.
“Kakak juga gak lihat Om Anton pakai baju pengantin, Om,” Alif menegaskan ucapan adiknya.
Dan kemudian terjadilah apa yang membuatnya tersentak. Hingga jauh ke sudut hatinya.
Abay menyentuh kening Anton. Anton bisa melihat ekspresi keterkejutan Abay.
“Swebenewlna Om Atown syiyapa siyh? Anakna laja?_Sebenarnya Om Anton siapa sih? Anaknya raja?_”
Tidak cukup dengan itu, Abay melanjutkan lagi.
“Ada yang swelalu disyembunitan owleh Nainai tan? Mamanya Om Aton pun gak tawu.”
Anton terdiam.
“Buwan syabit bihu_Bulan sabit biru_.”
Anton mengetatkan rahangnya. Matanya berkedip beberapa kali.
Hans memperhatikan setiap perubahan pada ekspresi Anton. Matanya memicing.
“Om Atown...,” Abay tersenyum sambil tangannya menyentuh pipinya.
“Ya?” suara Anton terdengar serak.
Suasana menjadi menegangkan. Alif menggenggam jemari Leon.
“Dwengelin Nainai ya. Jwangan swampay owang ain tawu,” Abay berbisik saat mengucapkan kalimat berikutnya, “Owang jaat.”
“Om gak ngerti, Bay.”
“Om Aton punya buwan syabit bihu, nanti dicaliin owang-owang. Twutupi.”
“Bay...,” Anton menyentuh punggung Abay.
“Gak Om. Nggak skawang. Cuma swegituw aja,” Abay kembali bersandar nyaman pada Indra.
***
Semuanya sudah tahu dirinya mempunyai tanda lahir berbentuk bulan sabit biru sekarang. Letaknya tepat di lipatan pangkal paha sebelah kanan.
Mereka juga menyangsikan Anton adalah anak dari Mama Anita seperti yang selama ini ia yakini.
Tanda lahirnya yang berbentuk bulan sabit biru ternyata begitu istimewa. Alif menjelaskan secara gamblang kepada mereka dengan aura bijaksana para orangtua jaman dulu.
Bulan Sabit Biru mewarisi kekuasaan dan kekayaan yang sangat besar dari leluhurnya. Kekuasaan yang akan diperebutkan oleh orang baik dan orang jahat.
Tuan Alwin sendiri yang langsung memerintahkan untuk membantu Anton, melindunginya. Begitu juga dengan saudara-saudaranya yang lain.
Dia bukan bermarga Huang. Melainkan marga Wang. Marga Wang dalam literatur Cina diketahui sebagai marga para raja ataupun bangsawan.
Saat dirinya menolak itu semua, terlebih dia menolak saat dikatakan Nainai bukanlah nenek kandungnya, Alif memeluknya.
“Shinjitsu o arinomama ni ukeirete kudasai. Anton ojisan ni totte kore wa odorokideari, kutsūde sae arimashitaga_Terimalah kebenaran yang ada. Walaupun ini mengejutkan dan menyakitkan bagi Om Anton_.”
“Nainai...,” Anton terbata.
“Takdir Om Anton adalah diasuh oleh mereka, keluarga yang memperlakukan Om Anton dengan tidak baik dan tidak adil,” Alif menghela nafas panjang, “Takdir Nainai adalah menjadi pengasuh dan penjaga Om Anton. Sebagai wanita naga dalam klan keluarga yang mengasuh Om Anton. Dihormati di dalam dan diluar klan keluarga.”
Anton menatap Alif tak berkedip.
“Suatu kehormatan bagi wanita naga untuk menjaga Bulan Sabit Biru. Menjaga dengan segenap hatinya. Menjaga dengan nyawanya.”
Air mata meloncat keluar dari ujung mata Anton.
“Bulan Sabit Biru yang ada sekarang adalah generasi terakhir dari klan kuno, sangat-sangat kuno, pemimpin yang paling berkuasa di muka bumi. Itulah sebabnya, kehadirannya dinanti oleh pihak baik dan jahat. Berhati-hatilah.”
“Anak raja?” bisik Eric keras.
“Yan datang syaat uwang tawun Om Atown yan dicyitain tadi, owang-owang jaman duwu. Laja-laja, owang istana. Yan bikin Om Atown mewasya hanat dan nyaman adawah papa mama asyliy Om Atown yan peyuk Om,” air mata Abay mengalir di salah satu pipinya.
Mata Anton basah. Tangannya meremat kuat selimut Abay.
“Om Atown, hahap_Om Anton, ma’af_...,” Abay mendekat lagi, “Papa dan Mama Om Atown yan sbenawlnya, syudah meninghal, sewatu Om masyih encil banet_Papa dan Mama Om Anton yang sebenarnya,sudah meninggal,sewaktu Om Anton masih kecil banget_.”
Kelopak mata Anton bergetar. Tiba-tiba meraih tubuh Abay lalu tersengal dan terisak keras.
Malam itu, Agung yang mengemudi mobilnya. Perjalanan pulang dari rumah sakit ke apartemen dirasa sangat menyiksa. Ini menjadi perjalanan yang terlama yang ia rasakan.
Agung mengajaknya berbincang tetapi dirinya pasif. Akhirnya Agung membiarkan dirinya dengan pikirannya sendiri. Tetapi Agung tidak membiarkannya sendiri.
Agung mengurusnya. Bahkan membuatkan susu madu hangat untuk mereka berdua.
Dirinya merasa beruntung punya abang seperti Agung. Walau mereka tidak sedarah. Tetapi tidak selamanya darah lebih kental daripada air.
Semenjak Agung koma, bukan hanya tentang Adinda yang membekas di diri Agung. Tetapi juga tentangnya. Sebagai Bulan Sabit Biru yang selalu dilindungi naga.
Ada naga putih yang bersemayam di dalam tubuh Agung. Yang bisa merasakan kapan dirinya gelisah, marah ataupun dalam bahaya. Dirinya dan Agung saling terhubung.
Malam itu, kalimat dari Abay menghantuinya juga kalimat yang diucapkan oleh Agung saat dia merasakan rasa sakit yang luar biasa pada dada kirinya. Naga Putih tengah terbangun.
Saat dirinya kecewa karena sudah dibohongi oleh Nainai selama bertahun-tahun, mereka semua meyakinkannya bahwa Nainai mempunyai alasan sendiri untuk itu. Nainai sebagai Wanita Naga yang bertugas melindungi dan mengasuh dirinya
.
Tetap saja ia merasa terpuruk. Rasanya sangat menyakitkan saat kebenaran disembunyikan darinya. Remuk redam perasaannya.
Jemari kecil Abay merabai wajah Anton. Lalu berhenti tepat di kening Anton, di antara kedua alisnya. Anton merasa kuduk dan rambut halus di tangannya merinding.
“Swebentawl anyih, takdiyl bwebalik. Buwan Syabit Bihu hawus mewinduni Wanita Naga. Yan mewinduni atan jwadiy yan dikejawl dan dibuwu. Yan diwinduni atan tetap dikejawl dan dibuwu tapiy hawus winduni si Pewindun_Sebentar lagi, takdir berbalik. Bukan Sabit Biru harus melindungi Wanita Naga. Yang melindungi akan jadi yang dikejar dan diburu. Yang dilindungi akan tetap dikejar dan diburu tapi harus lindungi si Pelindung.”
Anton mencelos. Nainai dalam bahaya!
Walau ia tengah kecewa, tengah marah pada Nainai tapi ia tidak mau ada sesuatu yang buruk menimpa Nainai.
Tak lama kemudian, Agung memegangi jantungnya. Meraup udara dengan rakusnya dengan posisi tubuh terbungkuk hingga akhirnya menjatuhkan diri dengan posisi berlutut di hadapan Anton. Tangannya memegang dada kirinya, tempat jantungnya meronta.
“Akan ada korban jiwa sebagai bagian dari takdir. Tidak bisa dihindari,” suara Agung terdengar aneh. Seperti yang jauh.
Dan Anton merasa seperti ada yang berhenti berdetak di tubuhnya. Seperti ada yang berhenti mengalir dalam nadinya. Kalimat Agung meruntuhkan kemarahan Anton kepada Nainai.
Ia tidak mau, Nainai mengorbankan dirinya untuk melindunginya. Ia tidak mau!
.
🌷
*bersambung*
🌷
Untuk lebih jelasnya, Readers bisa mampir di Mr. Secretary: Destiny Bound ya. Beberapa bab berkaitan langsung dengan Anton.
Bagi Readers yang sudah mengikuti dari awal, tancap terus yuk...
Novel-novel Author ini tetralogi ya. Saling berkaitan satu sama lainnya.
Maaf baru nulis lagi. Novel ini sudah dikontrak oleh pihak NT. 🙏🏼🙏🏼
Btw, covernya berubah lagi, Readers.
Menurut Readers, dari ketiga cover yang ada, kalian lebih suka cover yang mana?
🌷
Bagaimana?
Suka ceritanya?
Bantuin Author untuk promosikan novel ini ya.
Jangan lupa like, minta update, sawerannya, subscribe dan beri penilaian bintang 5nya ya🥰
Follow akun Author di Noveltoon 😉
Love you more, Readers 💕
Jangan lupa baca Qur’an.
🌷❤🖤🤍💚🌷
Selalu do’akan kebaikan untuk negeri yang sedang tidak baik-baik saja.
💙🔵🔵🔵🔵🔵🔵💙
Semangat untuk terus berkarya author
💓💓💓💓💓
Thanks author..... Semangat selalu.
💪💪💪💪