Jianying adalah seorang permaisuri dari dinasti Han yang sangat dibenci oleh suaminya sendiri, yaitu Kaisar Han.
Semua itu karena Jianying adalah putri dari kaum kafir, kaum yang dari dulu selalu menentang kedaulatan Kerajaan.
Jianying yang cinta mati pada Kaisar melajukan segala cara untuk menarik perhatian Kaisar sampai harus berbuat hal kejam dengan mencelakai selir kesayangan Kaisar yaitu Limei.
Kaisar yang marah besar lantas menghukum mati Jianying dan seluruh keluarganya.
Tapi bagaimana jika Jianying yang telah di penggal kepalanya oleh Kaisar ternyata di beri kesempatan hidup ke dua?
Apa yang akan dilakukan oleh Jianying untuk merubah nasibnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon santi.santi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ibu Suri Agung
Jian Ying mencoba melepaskan tangan orang yang membekapnya dari belakang. Dari postur tubuhnya yang memeluk dari belakang, Jian Ying yakin jika orang di belakangnya adalah seorang pria.
"Hembttttt!"
"Diam!!" Bisik pria itu mengeluarkan suara rendahnya.
Mata Jian Ying melebar ketika dia bisa mengenali siapa pemilik suara itu. Dia juga langsung terdiam saat melihat segerombolan perampok melewati mereka.
Setelah tak suasana kembali tenang, barulah bekapan Jian Ying dilepas orang itu.
"Untuk apa Kaisar ada di sini?" Jian Ying mengusap mulutnya yang di bekap oleh Kaisar tadi.
Sementara Kaisar hanya tersenyum sinis saat melihat apa yang dilakukan Jian Ying itu.
"Kau pikir untuk apa? Kalau kau tidak keluar Istana sesukamu, aku tidak mungkin ada di sini? Apa otakmu itu masih bodoh karena tidak berpikir jika perampok akan mengejar seperti tadi? Kau tidak lupa posisimu saat ini?" Shun Yuan mencecarnya dengan suaranya yang berat.
"Jadi Kaisar sampai sini hanya untuk mencari Permaisuri yang kau benci ini?" Jian Ying seperti mengejek Shun Yuan dengan merendahkan dirinya sendiri.
"Jangan terlalu percaya diri. Aku hanya tidak ingin Permaisuri ku mati di tangan kaumnya sendiri! Apa mereka tidak mengenali Tuan putrinya sendiri sampai mengejar mu seperti itu?" Kini giliran Shun Yuan yang begitu sinis pada Jian Ying.
"Mereka bukan kaum ku karena kami sama-sama mempunyai tanda dan hanya kami yang tau. Entah mereka siapa! Meski kaumku rendahan, mereka tidak akan membu-nuh putri dari orang yang telah membantu mereka"
Jian Yung sengaja menekan di setiap kata pada kalimat terakhirnya. Dia menang ingin menyinggung soal Kaisar yang tak tau belas budi pada Ayahnya dan keluarganya.
Shun Yuan pun tercengang untuk beberapa detik karena ucapan Permaisurinya yang menduga jika kalimat itu memang untuknya.
Dalam jarak yang begitu dekat itu, mereka kembali saling beradu tatapan dengan maknanya masing-masing. Kebencian dan dendam terpancar dari mara indah Jian Ying, sementara milik Shun Yuan, Entahlah. Manusia satu itu begitu membingungkan.
"Terimakasih sudah menolong Hamba Kaisar. Hamba mohon pamit!" Ucap Jian Ying saat melihat Shuwan keluar dari semak belukar bersama Kasim Bao.
Tepatnya Jian Ying sengaja menghindari sepasang mata tajam yang sejak dulu disukainya itu.
"Ayo pergi Shuwan!" Jian Ying melenggang pergi tanpa menoleh kembali pada Shun Yuan yang masih terdiam di sana. Sepertinya pria itu menang tersentil dengan ucapan Jian Ying tadi.
"Mari Kaisar!" Kasim Bao membuyarkan lamunan Kaisar.
"Hmm" Gumamnya.
Tapi langkah Kaisar tertunda karena sebuah batu giok berwarna merah memancarkan kilaunya yang terkena cahaya bulan.
Kaisar mengambilnya lalu menggenggamnya dengan erat. Dia sepertinya tau siapa pemilik gantungan cantik itu.
Sesampainya di kediamannya, Jian Ying di bantu oleh Shuwan utuk mengganti baju.
"Apa yang Permaisuri pikirkan?" Shuwan penasaran dengan lamunan Jian Ying.
"Apa Permaisuri memikirkan Kaisar yang tiba-tiba ada di sana bergerak cepat bak pahlawan?"
Shuwan masih ingat tadi saat Kaisarnya menyelamatkan Jian Ying. Sungguh menggemaskan menurut Shuwan.
"Jangan aneh-aneh Shuwan. Aku hanya memikirkan siapa perampok itu. Mereka bukan dari kaumku, lantas siapa mereka? Mungkinkah ada yang sengaja mengirim mereka untuk mencelakai ku?"
"Mungkin saja Permaisuri. Mungkin mereka semakin berani setelah gagal mencelakai Permaisuri di taman tempo hari. Di istana ini, dindingnya pun layaknya bersuara. Sangat mengerikan jika tidak hati-hati"
"Benar kata mu Shuwan aku memang harus lebih berhati-hati lagi"
Menurut Jian Ying, yang di depan mata tampak baik memang jauh lebih mengerikan daripada yang secara terang-terangan membencinya.
Sampai saat ini pun Jian Ying masih heran kenapa Ibu Suri memberinya tugas sebagai pemimpin lembaga itu.
Keesokan harinya, Jian Ying sudah siap untuk menuju ke kantor lembaga wanita yabg berada di sisi tenggara Istana. Tapi sebelum itu, Jain Ying ingin menemui Ibu Suri Agung terlebih dahulu. Sudah cukup lama dia tidak menemui Nenek dari suaminya itu.
"Salam Ibu Suri Agung"
Jian Ying bersimpuh di atas lantai kayu yang begitu bersih dan halus.
"Cucu menantuku. Apa kau sudah benar-benar sehat?"
"Sudah Ibu Suri Agung"
"Syukurlah, tapi maafkan aku karena tidak bisa menjenguk mu"
"Tidak Papa Ibu Suri Agung. Hamba yang seharusnya minta maaf karena baru sekarang datang menjenguk Ibu Suri Agung" Jian Ying terus bersimpuh menghadap ke arah ranjang yang menjadi tempat Ibu Suri Agung berbaring.
"Tidak papa, aku mengeti keadaan mu"
"Ibu Suri Agung, maksud kedatangan Hamba ke sini, saya ingin meminta ijin untuk mengelola lembaga wanita karena Ibu Suri telah melimpahkan semuanya kepada saya"
"Syukurlah kalau Yu Wen memilih orang yang tepat. Aku harap kau bisa mengelolanya dengan baik" Suara yang sudah terdengar karena usia itu membuat Jian Ying tak tega.
"Baik Ibu Suri Agung".
"Kaisar telah tibaaa!!"
Jian Ying yang masih berada di dalam kamar Ibu Suri Agung tenth terkejut dengan kedatangan Kaisar ke sana. Jikalau dia tau Kaisar akan mengunjungi Ibu Suri Agung, maka Jian Ying akan mengurungkan niatnya untuk bertamu sekarang.
Srettt...
Suara pintu bergeser di belakang Jian Ying tak membuat Jian Ying berniat menoleh sedikitpun.
"Apa kalian berdua memang berencana mengunjungi ku bersama?" Ibu Suri Agung tampak sumringah melihat kedatangan Kasar dan Permaisurinya.
"Benar Nenek, tapi A-Ying memilih datang lebih dulu"
Jian Ying langsung mendongak tak percaya menatap Shun Yuan yang masih berdiri di sampingnya. Selain kebohongan yang pria itu ucapkan, panggilan itu juga membuat Jian Ying merasa jijik.
"Syukurlah kalau hubungan kalian baik-baik saja"
"Kami baik-baik saja, Nenek tidak perlu khawatir" Shun Yuan mengabaikan tatapan Jian Ying yang begitu tajam kepadanya.
"Syukurlah, kalau begitu kapan kalian akan memberikan Nenekmu ini seorang penerus?"
Degg....
Sebuah permintaan yang tidak akan pernah Jian Ying turuti saat ini.
"Kami akan terus berusaha Nenek. Doakan kami untuk segera mempunyai seorang putra" Shun Yuan ikut bersimpuh di samping Jian Ying. Pria itu bahkan merangkul pundak istrinya itu.
"Nenek selalu berdoa yang terbaik untuk kalian"
"Terimakasih Nenek"
Jian Ying masih menatap wajah Shun Yuan tang tersenyum menatap Neneknya.
Dalam hatinya, Jian Ying terus memaki pria di sampingnya itu.
"Aku tidak sudi mempunyai anak dari pria macam iblis sepertimu Kaisar ke*arat!!"
i
Silahkan di hujat...🤣🤣🤣
tapi apapun itu, terimakasih untuk cerita yg indah dan sangat sarat makna..
bahagia mmg hrs diciptakan bukan diangankan saja
kayaknya bakal mirip bara bere nggak ya...???
hayo Lo... bakal dihajar lagi nggak tuh...udah hamilin anak kesayangannya...