Sherin mempunyai perasaan lebih pada Abimanyu, pria yang di kenalnya sejak masuk kuliah.
Sherin tak pantang menyerah meski Abi sama sekali tidak pernah menganggap Sherin sebagai wanita yang spesial di dalam hidupnya.
Hingga suatu ketika, perjuangan Sherin itu harus terhenti ketika Abi ternyata mencintai sahabat Sherin sendiri, yaitu Ana.
Lalu bagaimana kisah mereka setelah beberapa tahun berlalu, Abi datang lagi dalam kehidupannya sebagai salah satu kreditor di perusahaan Sherin sedangkan Sherin sendiri sudah mempunyai pria lain di hatinya??
Apa masih ada rasa yang tertinggal di hati Sherin untuk Abi??
"Apa sudah tidak ada lagi rasa cinta yang tertinggal di hati mu untuk ku??" Abimanyu...
"Tidak!! Yang ada hanya rasa penyesalan karena pernah mencintaimu" Sherina Mahesa....
Lalu, bagaimana jika Abi baru menyadari perasaanya pada Sherin ketika Sherin bukan lagi wanita yang selalu menatapnya dengan penuh cinta??
Apa Abi akan mendapatkan cinta Sherin lagi??
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon santi.santi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
SABRINA
Anjas mengernyit begitu masuk ke ruangan Abi. Pagi-pagi begini sudah ada Ana di dalam sana. Anjas yang di ikuti Boyke di belakangnya hanya melirik tak suka pada wanita yang seperti tak punya pekerjaan itu.
"Taruh semuanya di sana Boy, display yang bagus supaya nanti Bos besar bisa puas melihatnya"
"Oke beb" Jawab Boyke dengan kemayu tak juga mempedulikan Ana yang duduk di sofa.
"Minggiran dikit ya Sis" Boyke sedikit menggeser kaki Ana yang menghalangi jalannya saat menata barang-barang yang menjadi sampel untuk di perlihatkan pada Sherin.
"Apaan sih, lewat sana kan bisa" Sewot Ana tak suka.
"Sabrina??" Gumam Ana.
"Kenapa di kasih nama Sabrina sayang?? Apa ini gabungan Abi dan Ana?? Terus S nya siapa??" Ana baru melihat Nama Brand dari tas, dress, dompet, heels, sepatu dan yang lainnya di beri Nama Sabrina.
Ana begitu bahagia karena ada namanya tercantum di sana.
"S nya gue. AnjaSSSSSS, Lo lupa kalau gue juga ikut andil membuat semua itu??" Sahut Anjas lebih dulu.
Ana tidak ingin menyahuti Anjas karena dia sedang ada di depan Abi. Dia hanya memperhatikan barang-barang yang sedang di rapikan olen Boyke sebagai sampel.
Sebenarnya Ana mengakui kalau barang-barang mereka cukup bagus. Tapi Ana tidak suka memakai barang yang tidak berasal dari brand besar. Mau di taruh di mana mukanya nanti kalau sampai teman-teman sosialitanya tau barang yang dia pakai terbuat dari bahan sisa.
"Lo yakin mau biarin dia di sini??"
Anjas tentu saja yakin kalau nanti Sherin tidak akan suka jika Ana juga ada di sana. Memang hari ini mereka sudah mengatur pertemuan dengan Sherin untuk datang ke kantor Abi guna melihat beberapa sampel barang yang sudah jadi.
"An, sebaiknya kamu kembali ke kantor kamu dulu. Pertemuan kita nanti itu untuk pihak internal aja, jadi aku minta pengertian kamu"
Ana kembali memasang raut wajah andalannya. Menunduk sedih dengan mata berkaca-kaca. Namun sangat memuakkan bagi Anjas.
"Tapi kan Bi, aku di sini itu cuma mau ketemu sama Sherin. Karena cuma di sini aku bisa ketemu sama dia. Kalau di luar, aku yakin dia nggak bakalan mau" Ana yang mengetahui hari ini Abi ada pertemuan dengan Sherin, maka Ana tidak ingin melewatkan kesempatan untuk ikut nimbrung dengan mereka.
Alasannya saja untuk meminta maaf dengan Sherin. Padahal dia hanya tidak mau Abi dan Sherin bertemu tanpa ada dirinya di antara mereka.
"Buat apa lo mau ketemu sama dia?? Mau nyakitin dia lagi?? Atau ada rencana baru??"
"Maksud kamu apa Anjas??"
Ana mencoba mengendalikan dirinya karena ada di hadapan Abi, sementara Boyke tetap menjadi penonton setia.
"Sudah jangan ribut, memang sebaiknya kamu tidak di sini dulu Ana. Kalau kamu mau minta maaf sama Sherin, kita bisa cari waktu yang tepat. Aku nggak mau buat Sherin nggak nyaman dan malah pergi dari sini nantinya"
Ana terperangah dengan permintaan Abi, dia tidak menyangka jika Abi lebih memilih mengusir Ana dari sana.
"Tapi Bi..."
Tok..
Tok...
"Telat lo Bi!!" Geram Anjas karena sudah menebak jika yang mengetuk pintu ruangan Abi itu pasti Sheri dan sekretarisnya.
"Silahkan masuk" Anjas yang membukakan pintu untuk kedua tamunya segera menyingkir dari pintu. Memberi jalan untuk Tuan Putri yang sesungguhnya masuk ke dalam.
Abi yang duduk di balik meja kerjanya terus menatap ke pintu. Melihat wanita yang beberapa hari lalu dia lihat di mall dengan wajah begitu bahagia.
Tapi yang Abi lihat seperti bukan Sherin yang tertawa lepas bersama pria bule itu. Tapi Sherin sahabatnya dulu yang pernah ia sakiti. Begitu dingin, tegas dan to the point.
Abi terus menatap Sherin yang tatapannya langsung tertuju pada Ana. Anehnya Abi tidak melihat ekspresi terkejut sama sekali dari wajah itu. Hanya wajah datar tanpa senyum yang menyiratkan kebencian mendalam.
"Selamat pagi Bu Sherin" Abi akhirnya memilih menyambut Sherin. Dia beranjak dari kursinya dan memilih menuju sofa mendekati tamunya.
"Selamat pagi Pak Abi" Jawab Sherin dengan tenang meski dirinya masih kebingungan mengapa harus Ada wanita munafik itu di sana. Apa maksud Abi sebenarnya.
"Silahkan duduk"
Sherin memilih duduk di singel sofa yang tidak berhadapan dengan Ana secara langsung, karena tentunya dia tidak sudi.
"Sebenarnya ada apa ini Pak Abi?? Apa ada hal lain yang ingin Anda sampaikan??" Sherin melirik Ana sekilas saat bertanya pada Abi, dan itu membuat Abi langsung paham.
"Maaf Bu Sherin, sebenarnya An.."
Belum sempat Abi menyelesaikan kalimatnya, Ana sudah lebih dulu memotongnya.
"Sherin, maaf karena aku ada di sini dan buat kamu nggak nyaman. Aku cuma mau min.."
"Pak Abi, sepertinya kemarin saya sudah katakan dengan jelas kalau saya tidak mau membahas apapun di luar pekerjaan. Saya sangat kecewa karena Pak Abi sepertinya tidak menghargai saya" Kini giliran Sherin yang memotong Ana lebih dulu.
Abi sudah menebak jika jadinya akan seperti ini. Tapi sebelum kedatangan Anjas tadi, dia sudah mencoba membujuk Ana, tapi wanita itu tetap bersikeras untuk menemui Sherin.
Sementara Anjas, Nana dan Boyke diam-diam tersenyum puas melihat Abi tak bisa berkutik di hadapan Sherin saat ini.
Ana yang merasa kalah telak hanya bisa menggenggam tangannya dengan begitu erat di balik tas yang ada di pangkuannya.
"Saya minta maaf Bu Sherin. Bukan maksud saya seperti itu"
"Lalu, apa pertemuan kita hari ini masih ingin di lanjutkan?? Nana, apa jadwal ku setelah ini??" Sherin berlatih pada sekretarisnya.
"Setelah ini Nona ada pertemuan dengan PT. Indo makmur kemudian untuk nanti sore ada meeting dengan staf kantor"
"Kalau begitu, kita berangkat sekarang"
"Tunggu Bu Sherin, pertemuan kita ini harus tetap di lanjutkan. Kita tidak ada waktu lagi setelah ini karena harus segera ke tahap selanjutnya" Abi menahan Sherin yang sudah ingin beranjak dari sana.
"Kalau begitu, saya tidak ingin ada pihak eksternal ada di ruangan ini saat kita membahas bisnis kita" Pinta Sherin dengan tegas dan sengaja menatap Ana dengan sinis.
"Ana, aku mohon mengertilah" Pinta Abi dengan sedikit berbisik karena jarak mereka memang agak dekat.
Ana yang sudah tidak bisa berkutik lagi hanya bisa menitikkan air matanya di depan Abi. Dia ingin Abi menyesal karena telah memilih menuruti Sherin untuk mengusirnya dari sana.
Ana beranjak dari sana, sekilas dia menatap Sherin yang sedang menunjukkan senyum kemenangan kepadanya.
"Awas aja lo, gue bakal bales penghinaan lo ini Sherin"
bukan mcm kmu bermuka dua🤭🤭