Terpaksa Menikahi Pria Amnesia

"Kenapa kamu diem aja, Dave?" tanya Anggi menatap sayu wajah Dave.

"Saya minta kamu keluar dari kamar ini sekarang juga, Anggi," pinta Dave tegas dan penuh penekanan. "Jangan pernah memanfaatkan amnesia saya dengan mengatakan hal yang tidak masuk akal."

"Tidak masuk akal gimana? Memang seperti itu kenyatannya, Dave. Kamu cinta mati sama aku," sahut Anggi berusaha untuk meyakinkan kebohongannya.

"Asal kamu tau aja, Anggi. Yang hilang itu ingatkan saya, tapi tidak dengan rasa saya. Meskipun saya hilang ingatan, saya yakin kalau memang saya cinta sama kamu, rasa itu tak akan hilang di hati saya. Setidaknya, hati saya akan bergetar saat saya melihat kamu, tapi apa?" Dave menahan ucapan sejenak seraya memalingkan wajahnya ke arah lain. "Saya tak dapat merasakan apapun, Anggi."

Anggi tersenyum sinis seraya meraih wajah Dave dan membawanya tepat di depan wajahnya. "Tatap mataku, Dave. Kamu yakin gak merasakan apapun saat kamu melihat wajahku ini?"

Dave menurunkan telapak tangan Anggi kasar. "Tidak, saya tak mengingat apapun apalagi merasakan apapun, tapi rasa-rasanya saya punya kenangan pahit tentang kamu. Entah apa itu saya tak paham, yang jelas, saya tak ingin melihat wajah kamu."

Anggi mendengus kesal seraya berujar di dalam hatinya, 'Pokoknya, aku gak boleh melewatkan kesempatan emas ini. Mumpung Dave lagi hilang ingatan, aku harus meyakinkan dia bahwa cuma akulah satu-satunya wanita yang dia cintai di dunia ini. Kami harus menikah secepatnya sebelum ingatan Dave benar-benar kembali,'' batin Anggi bersiasat.

"Baiklah, aku gak akan maksa kamu buat mengingat aku. Satu yang pasti, aku ini calon istri kamu dan kita akan segera menikah secepatnya, paham?" ucapan terakhir Anggi sebelum wanita itu berbalik dan berjalan ke arah pintu.

"Tunggu, Anggi," pinta Dave sebelum Anggi menyentuh knop pintu.

Anggi tersenyum ringan lalu kembali memutar badan. "Ada apa, Dave? Apa kamu udah mengingat aku?"

"Tidak, siapa bilang saya udah ingat sama kamu?'' jawab Dave tersenyum menyeringai. "Saya cuma mau bilang kalau saya akan segera menemui orang tua kamu dan membatalkan pertunangan kita. Jadi, kamu gak perlu datang lagi ke rumah ini, paham?"

Anggi mengepalkan kedua tangannya seraya menatap tajam wajah Dave Sebastian. Wanita itu sama sekali tidak menimpali ucapannya dan segera membuka pintu lalu keluar dari dalam kamar.

'Dasar brengsek, kenapa kamu gak mati aja sekalian, Dave? Kalau aku gak bisa memiliki kamu, maka tak ada wanita manapun yang boleh memiliki kamu, Dave Sebastian,' batin Anggi seraya menutup pintu kamar dengan perasaan kesal.

Sepeninggal Anggi, Dave duduk di tepi ranjang seraya mengusap dadanya yang terasa sesak. Ia menyesalkan mengapa ingatannya harus kembali? Tapi dirinya pun merasa beruntung karena memorinya datang di waktu yang tepat. Dengan begitu, ia tahu tipu muslihat yang akan dimainkan oleh wanita bernama Anggi. Wanita itu mencoba untuk mengelabuinya dan mengatakan bahwa ia begitu mencintainya, padahal yang terjadi adalah sebaliknya.

Anggi adalah wanita yang dijodohkan oleh sang ibu. Dave tidak kuasa untuk menolak perjodohan itu karena tidak ingin disebut sebagai anak pembangkang. Pertunangan mereka sudah berlangsung selama kurang lebih satu tahun hingga Sebastian akhirnya jatuh sakit dan meminta Dave untuk mencari Inara yang merupakan sodara tirinya. Namun, dalam perjalanan menuju kediaman Inara, Dave dirampok sekawanan penjahat. Ia pun sempat melawan dan menyebabkannya terluka parah hingga akhirnya terdampar di kediaman Inara tanpa identitas dan dalam keadaan hilang ingatan.

Mungkin, ini adalah takdir yang memang sudah digariskan oleh Tuhan Yang Maha Esa. Dave berhasil membawa Inara kehadapan sang ayah, tapi bukan sebagai sodara tiri melainkan sebagai istri. Dave mengusap wajahnya kasar, mengingat masa lalu membuatnya merasa bersyukur. Pertemuannya dengan Inara adalah anugrah terindah yang diberikan oleh Tuhan untuknya. Ia tidak akan pernah melepaskan wanita itu apapun yang terjadi. Dave pun berjanji di dalam hatinya bahwa ia akan senantiasa melindungi istrinya dari mereka yang berniat jahat kepadanya.

"Maafin saya, Inara. Saya terpaksa menyembunyikan fakta bahwa sebenarnya ingatan saya sudah kembali. Saya gak mau membuat kamu cemas," gumam Dave seraya berbaring terlentang kembali membayangkan serangkaian peristiwa yang sempat ia jalani selama dirinya hilang ingatan.

***

Sementara itu, Anggi bergegas menemui Angelina setelah ia meninggalkan kamar Dave. Wanita paruh baya itu nampak tengah duduk santai di area kolam renang dengan ditemani secangkir kopi hangat.

"Tante," rengek Anggi pura-pura terisak seraya duduk tepat di samping Angelina.

"Ada apa, Sayang? Kamu udah ketemu sama Dave?" tanya Angelina seraya mengusap bahu Anggi lembut dan penuh kasih sayang.

"Kenapa Tante biarin wanita itu masuk ke kamarnya Dave, Tan? Dia itu calon suami aku, apa pantas dia berduaan di dalam kamar bersama wanita lain?" rengek Anggi manja. "Lagian, kenapa gak Tante usir aja sih wanita itu?"

"Kamu tenang dulu, Anggi. Jangan salah paham kayak gini," pinta Angelina mencoba untuk menenangkan. "Apa kamu tau kenapa Tante meminta Dave untuk mencari dan membawa Inara ke sini?"

Anggi menggelengkan kepalanya dengan perasaan bingung.

"Ayahnya Dave sakit keras, Anggi. Beliau butuh tranplantasi ginjal secepatnya dan cuma Inara yang bisa mendonorkan ginjalnya karena cuma dia satu-satunya putri kandung suami Tante."

Anggi seketika bergeming tanpa mengatakan apapun.

"Kamu tenang aja, setelah operasi pendonoran itu berhasil dilakukan, Tante akan mengusir Inara dari rumah ini." Angelina meneruskan ucapannya. "Tante gak sudi merawat anak itu apalagi sampai menjadikan dia menantu, cuih! Lebih baik Tante merawat anak kucing dari pada Tante mengakui dia sebagai anak sambung Tante.''

Bibi yang tengah membawakan minuman untuk Anggi seketika menghentikan langkahnya dengan tubuh gemetar setelah wanita paruh baya itu mendengar apa yang baru saja diucapkan oleh sang majikan.

'Ya Tuhan, ko Nyonya jahat banget sih? Kasihan Non Inara, dia akan dipaksa mendonorkan ginjalnya buat Tuan Besar setelah itu di usir dari sini? Aku gak boleh tinggal diam, aku harus kasih tau masalah ini sama Tuan Muda,' batin bibi sebelum akhirnya meneruskan langkahnya yang sempat tertahan.

Bersambung