Nadif, seorang pria tampan berusia 30 tahun yang hidupnya miskin dan hancur akibat keputusan-keputusan buruk di masa lalu, tiba-tiba ia terbangun di Stasiun Tugu Yogyakarta pada tahun 2012- tahun di mana hidupnya seharusnya dimulai sebagai mahasiswa baru di universitas swasta ternama di kota Yogyakarta. Diberi kesempatan untuk memperbaiki kesalahan masa lalunya, Nadif bertekad untuk membangun kembali hidupnya dari awal dan mengejar masa depan yang lebih baik.
Karya Asli. Hanya di Novel Toon, jika muncul di platform lain berarti plagiat!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Fernicos, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Nadif - Bab 28: POV Jessy
Pagi itu, sinar matahari lembut menerobos jendela kamar, menyapu perlahan ke dalam ruang tidur Jessy dan Nadif. Jessy terbangun lebih awal, membuka matanya untuk melihat Nadif yang masih tertidur lelap di sebelahnya. Dengan hati-hati, Jessy duduk di sisi ranjang, memperhatikan wajah Nadif yang damai dalam tidurnya. Tanpa sadar, senyum tipis terlukis di bibirnya.
Semalam memang luar biasa—mulai dari penampilan Nadif yang memukau di panggung, hingga malam yang penuh gairah di kamar ini. Jessy merasa setiap momen yang mereka habiskan bersama benar-benar berarti. Melihat Nadif yang tertidur dengan tenang, hanya tertutup selimut tipis, membuat hatinya dipenuhi dengan rasa cinta dan bangga.
Dia teringat saat pertama kali bertemu dengan Nadif di acara ospek kampus. Waktu itu, sosok Nadif begitu menonjol dengan bakat musiknya yang luar biasa. Tapi, perasaan Jessy campur aduk ketika tahu bahwa Nadif dekat dengan sahabatnya, Vonzy. Lebih dari itu, hatinya terasa pedih saat tau bahwa Nadif mengalami kesulitan finansial.
Namun, meski situasinya sulit, Jessy tak pernah benar-benar bisa melupakan Nadif. Suatu hari, saat dia mendengar bahawa Nadif jatuh miskin sampai mengamen di Malioboro, dia merasa terpanggil untuk memotivasi Nadif agar bangkit.
Dengan nada sinis dan menghina, dia sengaja memberi kata-kata yang tajam, dengan harapan bisa membakar lagi semangat Nadif dan mendorong dia agar bisa bangkit lagi.
“Setiap orang punya kesempatan jatuh dan naik, Jessy,” ucap Nadif pada Jessy di Malioboro kala itu sebelum Jessy meninggalkan Nadif sendiri dan pergi bersama teman-temannya.
Jessy tersenyum tipis saat mengingat momen itu. Dalam hati, dia tau Nadif tidak semudah itu menyerah, dan berdoa agar Nadif benar-benar bisa bangkit dan menemukan jalannya. Dan sekarang, akhirnya Nadif sudah mencapai banyak hal, Jessy merasa bahwa semua perjuangan dan kesabaran mereka tidak sia-sia.
Jessy punya caranya sendiri untuk mendukung Nadif. Menurutnya, bila harga diri mereka terbakar, cowo itu bakal termotivasi buat bangkit dari keterpurukan.
Dan juga, sudah berbagai hal dia lakukan untuk mencari perhatian Nadif. Tapi ternyata tidak membuat Nadif memandangnya, malah membuatnya membencinya. Akhirnya dengan nekat dia memutuskan melakukan tindakan agresif dan nekat seperti di hotel dulu itu, agar Nadif bisa menjadi miliknya.
Beruntung, kini pelan-pelan kini Nadif sudah mulai bisa menerimanya sebagai kekasihnya. Tapi sampai detik ini, Jessy masih tidak memberitahu Nadif alasan dia melakukan itu semua. Biarlah menjadi rahasia Jessy sendiri. Baginya yang terpenting Nadif yang sekarang perlahan mulai bangkit dan bersinar kembali.
****
Jessy meninggalkan kamar dengan hati-hati, membiarkan Nadif tidur sedikit lebih lama. Dia berjalan menuju dapur untuk menyiapkan sarapan. Tangannya cekatan menyiapkan roti bakar dan kopi, sambil pikirannya melayang-layang memikirkan perjalanan mereka berdua hingga titik ini.
Tak lama kemudian, Bang Bona, manajer Nadif, tiba di rumah mereka. Pria paruh baya itu memasuki rumah dengan langkah ringan, membawa aura penuh semangat.
“Selamat pagi, Jessy,” sapa Bang Bona saat masuk ke dapur.
“Selamat pagi, Bang. Nadif masih tidur, aku bangunin sebentar lagi ya,” jawab Jessy sambil tersenyum, lalu melanjutkan persiapannya.
Bang Bona mengangguk, duduk di meja makan dan membuka daftar jadwal di tangannya.
“Baik. Aku cuma mau pastikan Nadif siap untuk hari ini. Ada undangan buat tampil di acara TV besar di Jakarta. Ini kesempatan bagus buat dia.”
Jessy mengangguk mengerti, lalu kembali ke kamar untuk membangunkan Nadif. Dia mendekati ranjang dan dengan lembut mengusap lengan Nadif.
“Sayang, bangun, yuk. Bang Bona udah datang. Katanya kita ada acara TV di Jakarta hari ini.”
Nadif membuka matanya perlahan, mengedipkan mata beberapa kali sebelum akhirnya tersadar sepenuhnya.
“Oh, ya? Oke, aku siap-siap dulu, Sayang,” jawabnya sambil bangkit dari ranjang.
Jessy tersenyum, lalu meninggalkan kamar untuk membiarkan Nadif bersiap. Sementara itu, dia kembali ke dapur untuk menyelesaikan sarapan mereka. Ketika Nadif sudah rapi dan siap, mereka bertiga duduk bersama untuk menikmati sarapan yang sederhana namun nikmat.
Setelah sarapan, mereka bertiga berangkat menuju Jakarta. Suasana dalam mobil terasa penuh antisipasi dan harapan. Jessy sesekali mencuri pandang ke arah Nadif, yang tampak sedikit tegang namun tetap berusaha tenang.
Sesampainya di studio televisi, Nadif mencoba menenangkan diri meskipun perasaan gugup masih tersisa. Jessy duduk di ruang tunggu bersama Bang Bona, menunggu giliran Nadif untuk diwawancarai. Meskipun Jessy tidak menunjukkan rasa cemasnya, dalam hati dia terus berdoa agar semua berjalan lancar.
Ketika akhirnya dipanggil untuk sesi wawancara, suasana menjadi tegang tapi penuh semangat. Nadif melangkah ke ruang wawancara dengan langkah mantap, berusaha menenangkan diri. Wawancara itu dipandu oleh MC bernama Raffa, yang kelak dikenal sebagai "Sultan Andaro".
Pada tahun 2024, Raffa akan menjadi salah satu nama besar dalam dunia entertainment, dikenal luas atas keberhasilannya dari bawah hingga mencapai puncak dan memiliki kekayaan berlimpah. Saat ini di tahun 2012, dia juga masih dalam perjalanan menuju kesuksesannya, tapi sudah menunjukkan potensi besar.Raffa menyambut Nadif dengan senyuman hangat dan sapaan ramah.
“Selamat datang, Nadif. Penampilanmu tadi malam benar-benar luar biasa,” kata Raffa sambil tersenyum hangat.
“Bisa cerita sedikit tentang perjalanan karirmu, terutama bagaimana kamu bisa mulai dari bawah dan akhirnya sampai ke titik ini?”
Nadif tersenyum, meski masih sedikit gugup, tapi dia bisa merasakan kepercayaan dirinya tumbuh.
“Terima kasih, Raffa. Perjalanan ini memang penuh dengan tantangan. Dulu aku sempat ngamen di Malioboro untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Itu masa-masa sulit, tapi aku nggak pernah menyerah. Aku terus berusaha, dan akhirnya kerja keras itu membuahkan hasil.”
Raffa mendengarkan dengan penuh perhatian, sambil sesekali mengangguk.
“Kamu benar-benar menginspirasi banyak orang, Nadif. Apa yang membuat kamu tetap kuat dan fokus pada impianmu, meskipun menghadapi begitu banyak rintangan?”
Nadif terdiam sejenak, memikirkan jawabannya.
“Mungkin karena cintaku pada musik. Musik adalah alasan kenapa aku mulai, dan impian untuk berbagi karya dengan orang lain selalu membuatku terus maju. Setiap kali aku merasa lelah atau putus asa, aku selalu ingat alasan itu.”
Raffa tersenyum, tampak terkesan dengan jawaban Nadif.
“Sungguh kisah yang luar biasa, Nadif. Sekarang setelah kamu mendapatkan banyak perhatian dari publik, bagaimana perasaanmu?”
Nadif tersenyum lagi, kali ini dengan lebih yakin.
“Aku sangat bersyukur atas semua dukungan yang aku terima. Ke depannya, aku berencana untuk terus berkarya, mencoba hal-hal baru dalam musik, dan mungkin berkolaborasi dengan musisi lain.”
Wawancara selesai dengan lancar, dan Nadif keluar dari studio dengan perasaan lega. Di luar, wartawan dan penggemar sudah menunggu dengan penuh antusiasme. Jessy, yang sedari tadi menunggu di luar studio, segera menghampiri Nadif dengan senyum lebar.
“Sayang, kamu hebat banget tadi,” bisik Jessy sambil menggenggam tangan Nadif dengan erat.
Nadif membalas senyuman Jessy dan meremas tangan kekasihnya dengan penuh rasa terima kasih. “Makasih, Sayang. Aku nggak akan bisa sampai sini tanpa dukungan kamu.”
Jessy merasa dadanya menghangat. Dia tahu bahwa perjalanan mereka masih panjang, tetapi dengan Nadif di sisinya, dia siap menghadapi apapun yang akan datang. Bersama-sama, mereka siap untuk melangkah ke masa depan yang penuh tantangan dan harapan baru.
Saat mereka berjalan keluar dari studio, sinar matahari pagi menyambut mereka, menandakan awal dari hari yang baru dan penuh potensi. Jessy merasakan keyakinan yang kuat bahwa apapun yang terjadi, mereka akan selalu berdiri bersama, menghadapi dunia dengan penuh keberanian dan cinta.
Dalam perjalanan pulang, mereka memutuskan untuk menghabiskan sisa hari dengan santai, menikmati kebersamaan tanpa tekanan. Mereka sadar bahwa dalam setiap keberhasilan ada dukungan dan cinta yang selalu ada di baliknya. Dan dengan itu, mereka merasa tak terkalahkan.
Kita sebagai pembaca seolah dibawa oleh penulis buat ngerasain apa yg Nadif alamin. Keren bangettt 🌟🌟🌟🌟🌟
semangat berkarya ya thor🙏🏽
#Gemes aku bacanya klw MC-nya Naif kaya gini.
Harusnya MC lebih Cool dan benar2 fokus memperbaiki diri, bahagiain keluarga, memantapkan karirnya. Jangan diajak2 RUSAK, malah mau...🙄