NovelToon NovelToon
Pesugihan Siluman Pocong

Pesugihan Siluman Pocong

Status: sedang berlangsung
Genre:Horor
Popularitas:4.5k
Nilai: 5
Nama Author: Deri saepul

Warga kampung Cisuren digemparkan oleh kemunculan setan pocong, yang mulai berkeliaran mengganggu ketenangan Warga, bahkan yang menjadi semakin meresahkan, banyak laporan warga menyebutkan kalau Dengan hadirnya setan pocong banyak orang yang kehilangan uang. Sampai akhirnya warga pun berinisiatif untuk menyelidikinya, sampai akhirnya mereka pun menemukan hal yang sangat mengejutkan.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Deri saepul, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Pencarian Sukarmin

Pov Jaya

Bulu kundu ku terasa merinding ketika mendengar ada orang yang tertawa, dengan segera aku pun menghampiri pak RT yang terus memindai keadaan sekitar mencari keberadaan sukarmin.

"Pak RT, Apa Bapak mendengar suara orang yang tertawa?" Tanyaku setelah berada di sampingnya.

"Tertawa dari mana, Yang ada hanya suara gemuruh hujan dan angin."

"Berarti Bapak tidak mendengarnya?"

"Tidak Kang Jaya, sudah jangan banyak yang didengar! kita fokus mencari keberadaan Mang sukarmin." jawab Pak RT sambil mengarahkan senter ke arah tempat-tempat yang tersembunyi.

Melihat Pak RT sudah jauh, dengan segera aku pun mengejarnya merasa takut ketika berjalan sendirian. keadaan hujan terus turun, namun tak lama diantaranya mulai reda Hanya menyisakan gerimis yang masih berjatuhan. kemerlap kilat sudah tidak terlihat lagi begitu juga dengan suara angin sudah sirna sampai akhirnya air yang turun pun tidak terasa lagi.

Aku dan para warga Kampung cisuren merasa bahagia karena pencarian akan lumayan terbantu dengan suasana yang kondusif. Pak RT terlihat semangatnya semakin menggebu, diikuti oleh warga-warga lainnya yang terlihat tidak ada keluhan, semuanya bersemangat ingin menunjukkan rasa tanggung jawab sebagai warga yang harus melindungi warga lainnya.

"Perbaiki senter yang tadi mati. Siapa tahu saja kalau hujan reda senter itu akan Menyala kembali!" ujarku memecah heningnya suasana.

"Kalau senter sudah mati terkena air akan susah diperbaiki." Jawab yang lain menyahuti.

"Aku rasa dengan senter yang ada cukup untuk membantu pencarian. Namun kita harus mencarinya dengan teliti takut bersembunyi atau tertimbun rerumputan. Coba tolong ke arah Lembah sebagian, jangan berkumpul seperti ini." timpal pak RT yang diakhiri dengan perintah supaya warganya berpencar.

Terlihat ada beberapa orang yang meloncati selokan, kemudian berjalan sambil larak lirik menerangi tempat-tempat yang tersembunyi, dari arah Lembah terdengar suara air comberan yang mengalir ke sungai.

Kami semua terus mencari di area Kebon jagung, kebun kacang, sebentar lagi akan masuk ke dalam hutan, membuat langit yang hitam semakin gelap namun ketika berjalan tidak dibarengi dengan hujan tidak terlalu menakutkan, hanya terasa dingin dari baju yang dikenakan Begitu juga dengan rambut yang basah tertiup oleh angin malam dinginnya menusuk ke sumsum Balung.

Lama berjalan akhirnya kita pun sampai di tepian hutan yang tadi siang digunakan untuk berburu. pak RT yang memimpin dia pun menghentikan langkah, sambil menarik nafas dalam seperti sedang menemukan kesulitan, Mungkin dia sudah putus asa karena orang yang dicari belum ada jejaknya sedikitpun.

"Kalau begini kita harus bagaimana? kira-kira perginya ke mana mang Sukarmin?" tanya pak RT yang menyeka air yang berada di wajah yang terlihat kecapean dan dipenuhi oleh rasa putus asa.

"Kita telusuri saja tepian hutan, Siapa tahu saja kita menemukan jejaknya." jawabku memberikan saran.

"Memangnya mau ngapain kita pergi ke tepian hutan? mendingan kita mensyukuri Jalan Setapak yang ke arah sana, namun pencarian ini harus dibagi dua kembali jangan berkumpul."

"Iya benar ke arah Lembah harus disusuri, namun tepian hutan juga harus disusuri. Siapa tahu saja ada jejak di sana." jawabku yang tetap Kukuh mengajak Pak RT untuk menyusuri tepian hutan kejadian tadi siang mengundang kecurigaan.

"Ya sudah, ayo Tapi bagi dua dulu!"

Tanpa menunggu perintah untuk yang kedua kalinya, orang-orang pun memisahkan diri sebagian menuju ke arah Lembah, sebagian lagi menyusuri tepian hutan cahaya senter menembus pekatnya malam, kami berjalan dengan perlahan mencari keberadaan sukarmin.

Dari arah Lembah suara air comberan terdengar begitu bergemuruh belum berhenti, karena hujan yang turun begitu lebat. sekali terlihat ada gemerlap kilat dari arah Timur, hewan hutan samar-samar terdengar bersuara.

Kira-kira pukul 02.00 pagi aku pun dikejutkan dengan penemuan sosok bayangan hitam, yang tersinari oleh cahaya senter yang dibawa oleh Pak RT.

"Tahan, tahan, tahan sebentar Pak RT! tuh lihat ada yang mencurigakan." Ujarku sambil menunjukkan arah tumpukan baju, membuat semua orang berhenti terkejut mendengar penemuanku.

Cahaya senter Pak RT yang sudah menjauh kembali ke arah benda yang mencurigakan, begitupun dengan senter-senter yang lainnya, yang menerangi keadaan sekitar mencurigakan itu semakin terlihat dengan jelas seperti baju yang tergeletak.

Dengan segera aku pun berlari diikuti oleh Pak RT, setelah sampai Betapa terkejutnya kami semua karena benda yang mencurigakan tidak lain tidak bukan adalah mang sukarmin oleh air. beruntung bagian Hidungnya masih terselamatkan karena kalau posisinya tengkurap dan tidak cepat ditemukan mungkin sukarmin hanya tinggal nama.

"Astaghfirullahaladzim! ini Mang sukarmin kenapa bisa seperti ini, kasihan sekali kamu min." ujarku sambil memeluk tubuhnya diangkat supaya tidak tergenangi oleh air, bajunya terlihat sobek rambutnya basah terkena air comberan.

Semua orang yang ikut dengan rombongan Pak RT, menggerumuni ingin mengetahui lebih jelas apa yang sebenarnya menimpa dengan sukarmin. Sorot mata mereka dipenuhi oleh rasa heran dan rasa cemas.

"Coba tolong periksa masih ada denyut nadinya atau sudah tidak ada?" tanya Pak RT dengan gugup takut terjadi sesuatu yang tidak diinginkan.

Aku yang sedang memeluk sukarmin dengan segera mengecek nafasnya yang terdengar berhembus, namun sangat pelan. untuk meyakinkan aku mendekatkan telinga ke arah dada mendengarkan detak jantung yang berdegup secara perlahan.

"Mang sukarmin masih hidup Pak RT, masih bisa ditolong."

"Coba Tolong pindahkan ke tempat yang lebih kering, jangan di sini!"

Aku dan warga lainnya menuruti perintah Pak RT, memindahkan tubuh sukarmin ke arah rumput yang lumayan kering Hanya menyisakan air embun di ujungnya. lumpur yang berada di wajah dibersihkan menggunakan air aku tetap memeluknya dengan begitu erat, menjadikan pahaku sebagai bantal, kepalanya aku menatap melekat ke arah wajah yang sudah pucat pasti, kemudian menarik nafas dalam lalu menatap ke arah Pak RT.

"Secepatnya kita harus membawa memang sukarmin ke kampung, supaya bisa tertolong karena tubuhnya terasa sangat dingin bahkan tangannya terlihat membeku. kalau lama dibiarkan takut meninggal kedinginan."

"Bagaimana kita membawanya, apa mau digendong atau di gotong?"

"Kalau digendong Kayaknya tidak akan kuat, tubuh mang sukarmin lumayan besar, ditambah jalan yang akan kita lalui lumayan susah. mendingan kita Gotong menggunakan kain sarung, untuk pikulannya kita bisa menggunakan bambu." jawabku sambil melirik ke arah rumpun bambu yang tumbuh subur di sekitaran.

"Ari, Ari, Ari....! tolong cari bambu untuk pikulan." ujar pak RT yang menyuruh tetangganya.

Orang yang disuruh pun tidak menolak, dengan segera Ia pun pergi ke rumpun bambu diikuti oleh dua warga. Cahaya senter menerangi rumpun bambu tak lama diantaranya terdengar suara hantaman golok, ketika menebas bambu. sedangkan aku bersama Pak RT terus menggosok-gosok tangan sukarmin agar tidak kedinginan, sambil memindai sekujur tubuhnya takut ada yang terluka beruntung tidak ada luka yang berarti, hanya kedinginan saja karena sudah terlalu lama tergenangi oleh air hujan yang mengalir.

Setelah orang yang mencari pikulan datang dengan segera aku pun melepaskan sarung yang tadi dibawa, aku terus bekerja dengan sekuat tenaga tanpa memperdulikan rasa capek.

"Masukkan tubuh Mang Sukarmin ke dalam sarung, kemudian bambu pikulan juga masukkan ke dalam. lalu pikul oleh dua orang, namun harus tetap hati-hati nanti kita gantian kalau sudah capek." ujarku yang sibuk memberikan arahan.

Semua orang yang ikut dalam pencarian, tidak ada seorangpun yang terlihat berleha-leha. mereka bersemangat sekali untuk menolong Mang Sukarmin dengan segera bambu pikulan pun dipindahkan ke pundak. lalu kami pun berjalan dipenuhi kehati-hatian meninggalkan tepian hutan dengan membawa tubuh sukarmin.

Pak RT terdengar berteriak memberitahu warga lainnya untuk segera pulang, karena orang yang dicari sudah ditemukan disambut dengan cahaya senter yang mengarah ke arah kami, sehingga seluruh warga cisuren yang mencari pun berkumpul kembali saling bertanya, saling berbagi cerita tentang penemuan Sukarmin, membuat suasana terasa riuh rendah oleh obrolan.

1
Sri Ningsih
ceritanya jdi ngalor ngidul😒
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!