Cinta Di Waktu Yang Salah

Selesai makan siang,Cici meminta izin kepada Irwan untuk bicara kepada Fajri.

"sayang....!" ucap Cici.

"kenapa sayang?" jawab Irwan.

"aku mau ngobrol sebentar sama Fajri ya. Ada hal yang sangat penting sekali ya sayang." ujar Cici.

"iya boleh..." jawab Irwan.

Cici mengajak Fajri ke ruangan kerja Fajri.

"ada apa Ci?" tanya Fajri.

"masih tanya ada apa juga lo. Sekarang telepon Vallen. Biar gue bantuin selesaikan masalah lo dengan Vallen." perintah Cici.

"malas banget gue Ci telepon dia." jawab Fajri.

"telepon sekarang juga." bentak Cici.

"iya.... Ini karena lo yang minta ya. Terpaksa gue telepon dia." jawab Fajri.

Fajri menghubungi mantan isterinya itu.

"kenapa lagi lo telepon gue?" ucap Vallen.

"Len,ini gue Cici. Jangan marah-marah terus..." ucap Cici.

"kenapa lo telepon gue pakai nomor dia? Maafin gue Ci." ujar Vallen.

"ponsel dia kan gue tahan Len. Daripada dia telepon lo marah-marah kan. Gue lagi ajak teman-teman gue liburan ke pulau Fajri,tau sendiri lah lo gimana dia. Jika ada yang nelepon,mana perduli orang sekitar dia." ujar Cici.

"itu lah Ci...! Kebiasaan buruk dia itu tidak mau di ubah Ci. Sekarang dia kemana?" ucap Vallen.

"dia di luar sedang ngobrol dengan yang lain. Gue sengaja ke kamar,cuma nelepon lo saja." terpaksa Cici berbohong.

"bagus deh dia tidak ada. Gimana kabar lo Ci?" tanya Vallen.

"kabar gue baik. Lo gimana?" ujar Cici.

"ya...! Begini lah gue Ci. Mengurus perusahaan dan mengurus anak." jawab Vallen.

"kalau boleh tahu,kenapa lo bercerai dari Fajri? Lo harus jawab jujur sama gue ya. Jangan bohong..." tanya Cici.

"gimana gue tidak minta cerai sama dia? Hampir setiap hari dia pulang kerja malam dalam keadaan mabuk terus Ci. Sudah sering gue nasehati dia,tetap saja dia tidak mau berubah. Terpaksa gue cari cara lain Ci. Gue minta tolong ke teman gue untuk berpura-pura jadi pacar gue. Mana ada wanita yang bertahan di gitukan terus sama suaminya Ci. Setiap mabuk,ujung-ujungnya dia selalu tampar gue Ci. Lebih baik gue cerai saja dari dia Ci,daripada bertahan sama orang seperti itu." jelas Vallen sambil menangis.

Cici menatap ke arah Fajri dengan penuh emosi.

"jadi begitu alasannya kalian itu bercerai ya...! Terus,kenapa lo tidak mengizinkan dia bertemu dengan Zidan?" tanya Cici.

"gue tidak pernah melarang dia untuk bertemu dengan Zidan Ci. Tapi Zidan sendiri yang tidak ingin bertemu dengan papanya Ci. Sudah gue jelaskan baik-baik kepada Zidan,jangan pernah membenci papanya. Tetap saja Zidan tidak perduli Ci. Soalnya dia pernah pukul gue di depan Zidan. Jadi gue harus bagaimana Ci? Huhuhu..." jelas Vallen.

"lo yang sabar ya...! Biar nanti gue jelasin sama dia. Sekarang begini saja Len! Menurut gue,kalian itu walaupun sudah bercerai,kalian tetap akur-akur saja deh. Jangan berantam terus. Biar kalian berdua itu bisa sama-sama membesarkan Zidan dengan penuh kasih sayang dari orang tuanya." usul Cici.

"pingin gue begitu Ci. Tapi dia itu masih saja keras kepala. Gue sudah angkat tangan deh untuk jelasi ke dia. Mendingan gue urus Zidan sendiri saja. Gue mampu kok Ci." jawab Vallen.

"biar gue yang bicara sama dia. Lo tenang saja ya. Gue tutup dulu teleponnya ya. Gue mau kebawah,gabung sama yang lain. Nanti curiga lagi yang lain. Titip salam untuk keponakan gue yang ganteng itu ya Len...! Bye Len..." ucap Cici.

Cici dengan cepat menutup telepon dari Vallen. Cici langsung memarahi Fajri,dan menampar Fajri.

"bagus lo ya....! Sejak kapan lo berani pukul wanita? Kenapa lo bisa seperti ini Jri?" bentak Cici.

"gimana gue tidak mabuk terus? Perusahaan gue waktu itu hampir saja bangkrut Ci. Pusing gue mau mengadu kemana lagi. Sudah jelas gue pulang ke rumah dalam keadaan mabuk,di tambah lagi dia marah-marah terus. Semakin pusing pikiran gue Ci." jawab Fajri meneteskan air mata.

"apa tidak bisa lo bilang ke gue? Itu gunanya sahabat,jika salah satunya dalam keadaan susah,pasti yang lain akan membantu. Gak dengan cara seperti ini Jri.....! Lo sudah berani pukul wanita,sama saja lo itu berengsek Jri." bentak Cici.

"iya... Gue salah...! Gue salah.....! Tapi waktu itu tidak ingin menyusahkan kalian lagi. Kalian sudah sering membantu gue Ci. Tapi kenapa dia berpura-pura selingkuh begitu sih? Aaahhhh....." teriak Fajri.

"lo dengar sendiri kan Vallen bilang apa? Terpaksa Jri.... Terpaksa....! Karena dia tidak tahan lagi sama lo. Karena lo sudah berani pukul dia. Apalagi di hadapan Zidan. Pria macam apa lo ini Jri. Untung saja lo itu tidak di laporkan ke polisi oleh Vallen. Kalau lo di laporkan ke polisi bagaimana? Lo bilang lo tidak mau menyusahkan kami lagi? Apa gunanya kami ini sebagai sahabat lo Jri..." ucap Cici.

"maafkan gue Ci....! Maafkan gue!" ucap Fajri.

"kenapa lo minta maaf ke gue? Seharusnya lo itu temuin Vallen dan Zidan,lo minta maaf lah ke mereka Jri. Bukan ke gue....! Gue negur lo begini,karena gue masih perduli dengan lo Jri. Paham lo...!" teriak Cici.

"iya gue paham...! Besok gue akan temui Vallen dan Zidan. Gue akan minta maaf ke mereka Ci. Gue janji akan merubah diri gue Ci,demi Zidan." jawab Fajri.

"lo pegang kata-kata lo itu ya...! Lo harus berubah demi Zidan. Aaahhh..." Cici kesal kepada sahabatnya itu.

Cici meninju dinding sebagai pelampiasan amarahnya.

"Ci....! Sudah Ci. Lo jangan begitu dong. Lihat tangan lo sudah berdarah Ci. Lebih baik lo tinju saja gue Ci." ujar Fajri.

"aaaahhh...." cici menghela nafas panjang.

Cici coba menenangkan dirinya sendiri. Cici keluar dari ruangan Fajri,dan mengambil air minum.

Cici kembali lagi ke ruangan Fajri dan membawakan Fajri 1 gelas air.

"nih minum dulu lo." ucap Cici menyodorkan air minum kepada Fajri.

"terimakasih Ci...!" jawab Fajri.

Irwan mengirim pesan ke ponsel Cici.

"kenapa lama sekali sayang?" tulis Irwan.

"sebentar lagi aku ke sana. Aku mau mengobati tangan aku dulu ya." balas Cici.

"kenapa dengan tangan kamu sayang?" tulis Irwan.

"luka sedikit. Kesenggol kaca di meja kerjanya Fajri doang. Tidak apa-apa kok sayang." balas Cici.

" sekarang gue mau gabung dengan yang lain. Ingat ya Jri,lo harus berubah demi Zidan. Jangan lo dahulukan egois lo itu. Paham lo...!" ucap Cici.

"iya Ci.... Gue paham...!" jawab Fajri.

Diantara persahabatan Cici,Raya,Hendra,Tantri,Fajri,Vallen dan juga Elis, di saat Cici sudah sangat marah dan tinju dinding seperti itu,pasti yang lain sangat takut. Semarah apapun Cici,dia tidak mau melampiaskannya ke orang lain. Pasti ke dinding.

Dulu pernah kejadian yang tidak diinginkan. Disaat Cici marah dan meninju dinding,Hendra dengan inisiatif berdiri di depan Cici. Dan akhirnya hidung Hendra bengkok kena tinju Cici.