Nadif, seorang pria tampan berusia 30 tahun yang hidupnya miskin dan hancur akibat keputusan-keputusan buruk di masa lalu, tiba-tiba ia terbangun di Stasiun Tugu Yogyakarta pada tahun 2012- tahun di mana hidupnya seharusnya dimulai sebagai mahasiswa baru di universitas swasta ternama di kota Yogyakarta. Diberi kesempatan untuk memperbaiki kesalahan masa lalunya, Nadif bertekad untuk membangun kembali hidupnya dari awal dan mengejar masa depan yang lebih baik.
Karya Asli. Hanya di Novel Toon, jika muncul di platform lain berarti plagiat!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Fernicos, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Nadif - Bab 31: Start Up
Malam di Yogyakarta terasa tenang, dengan angin sejuk yang melintasi kontrakan baru Nadif yang merupakan rumah dua lantai berlokasi di daerah Seturan. Lampu-lampu kota yang berkelip memberi sinar lembut di kegelapan malam, memberikan suasana yang damai namun memikat. Nadif berdiri di balkon sambil menatap jauh ke depan, meresapi perjalanan panjang yang telah dilaluinya. Dia merenung tentang masa lalu yang penuh perjuangan dan bagaimana hidupnya telah berubah sejak saat itu.
Dulu, sebelum terjadinya peristiwa time travel yang mengubah hidupnya, Nadif mengalami masa-masa sulit. Dia pernah merasa tertekan dan terpinggirkan, hidup dalam kemiskinan dan dipandang sebelah mata. Berbagai kesulitan hidup, termasuk ditinggal istri dan anak karena keadaan ekonomi yang buruk, menghantuinya selama bertahun-tahun.
Namun, berkat kesempatan kedua yang diberikan oleh peristiwa time travel ke tahun 2012, dia berhasil mengubah nasibnya. Karir musiknya yang sedang naik daun adalah hasil kerja keras dan dedikasinya. Nadif tahu bahwa ketenaran ini tidak akan bertahan selamanya. Ia perlu memikirkan langkah-langkah selanjutnya untuk memastikan masa depannya tetap cerah.
Dengan pemikiran tersebut, Nadif mulai merencanakan langkah besar berikutnya—mendirikan perusahaan yang dapat bertahan lama dan memanfaatkan pengetahuannya tentang masa depan. Meskipun pengetahuannya tentang masa depan adalah rahasia yang sangat dijaga ketat, Nadif yakin bahwa dia bisa memanfaatkan pengetahuannya untuk menciptakan sesuatu yang belum ada di tahun 2013.
Pindah kontrakan baru adalah bagian dari langkah ini. Kontrakan lamanya yang kecil dan sederhana, terletak di kawasan Kaliurang dekat kampusnya, kini menjadi kosong karena sepupunya, Mbak Diana, baru saja lulus dari kuliahnya dan memutuskan untuk pindah ke tempat lain. Nadif merasa ini adalah waktu yang tepat untuk mencari tempat baru yang lebih sesuai dengan kebutuhannya saat ini.
Pagi itu, Nadif memulai hari dengan membongkar barang-barangnya dari kotak-kotak. Kontrakan baru ini lebih luas dan nyaman, terletak di lokasi yang lebih strategis, dekat dengan pusat kota dan akses transportasi umum yang lebih mudah. Nadif merasa ini akan mempermudah mobilitasnya, terutama dengan jadwalnya yang semakin padat antara kegiatan musik dan persiapan perusahaan baru.
Setelah menata barang-barangnya, Nadif memutuskan untuk beristirahat sejenak. Dia menghabiskan waktu dengan merenung di balkon, menikmati suasana tenang pagi itu. Dia menyadari betapa berartinya momen ini bagi dirinya—bukan hanya karena kontrakan barunya, tetapi juga karena langkah besar yang akan diambilnya bersama teman-temannya.
Beberapa hari kemudian, Nadif mengundang Ryo dan Rama ke kontrakan barunya untuk berdiskusi tentang rencana bisnis mereka. Ruang tamu yang sederhana namun nyaman ini menjadi tempat mereka berkumpul. Nadif sudah menyiapkan beberapa dokumen dan laptop di meja, siap untuk memulai pertemuan yang sangat penting ini.
“Gue udah siap, nih,” sapa Ryo sambil masuk ke ruang tamu dengan senyum lebar.
“Jadi, ada apa nih pagi-pagi buta kayak gini?”
“Gue juga udah siap,” kata Nadif sambil menyandarkan punggungnya pada kursi.
“Gue pikir kita harus ngobrol serius tentang rencana kita ke depan.”
Rama yang duduk di kursi sebelahnya membuka buku catatan.
"Oke, gue udah siap juga. Langsung aja, Nadif. Kita dengerin apa rencana lo.”
Nadif mengangguk, kemudian mulai membuka laptopnya.
“Jadi, gini. Gue udah mikir-mikir tentang masa depan kita. Walau karir musik gue lagi oke sekarang, kita gak bisa bergantung selamanya sama ini. Gue tau ada peluang besar di depan kita—e-commerce dan layanan transportasi online. Kita bisa manfaatin itu.”
Ryo menyimak dengan antusias.
“Oke, terus?”
“Gue udah pikirin beberapa ide,” lanjut Nadif.
“Untuk e-commerce, kita bisa bikin platform yang memudahkan orang beli barang secara online. Dan untuk layanan transportasi online, kita bikin aplikasi ojek online.”
“Gue setuju,” kata Rama sambil menulis sesuatu di bukunya.
“Tapi nama-namanya mesti keren, dong. Nama yang gampang diingat dan jelas.”
“Gue udah ada ide buat itu,” kata Nadif.
“Tapi gue pengen denger pendapat kalian dulu.”
Ryo dan Rama saling bertukar pandang, lalu Ryo membuka mulutnya.
“Gue ada ide nih. Gimana kalau untuk e-commerce kita pakai nama Shoppy? Kayaknya nama itu simple dan langsung ke pokoknya.”
Rama mengangguk setuju.
“Dan untuk layanan ojek online, gimana kalau kita pakai Grabby? Nama-nama itu oke banget.”
Nadif tersenyum lebar.
“Gue suka ide-ide kalian. Nama-nama itu gampang diingat dan jelas. Gue setuju.”
“Bagus,” kata Ryo.
“Sekarang kita perlu mikirin rencana bisnisnya. Kita harus bikin rencana yang solid, biar investor juga tertarik.”
“Bener banget,” kata Nadif.
“Kita perlu nulis rencana bisnis yang detail—model bisnis, strategi pemasaran, anggaran, semuanya.”
Rama menambahkannya,
“Jangan lupa juga, kita harus siap dengan presentasi yang meyakinkan. Investor biasanya suka kalau ada data yang jelas dan rencana yang matang.”
“Gue udah pikirin itu,” kata Nadif.
“Kita juga perlu cari investor. Gue udah mikir ada dua orang yang bisa kita ajak—Mas Arif dan Mas Bayu.”
Ryo terlihat penasaran.
“Siapa mereka?”
“Mas Arif itu taipan Jogja yang dulu pernah bantu gue di awal karir musik,” jelas Nadif.
“Dia punya banyak koneksi dan pengalaman. Mas Bayu adalah produser musik terkenal yang banyak kerja sama dengan gue. Dia juga punya pengalaman dalam investasi.”
“Kalau begitu, kita harus bikin presentasi yang sempurna buat mereka,” kata Rama.
“Kita perlu menunjukkan bahwa kita serius dan punya visi yang jelas.”
Nadif mengangguk.
“Betul. Kita harus bikin semua persiapan dengan baik. Gue pengen pastikan mereka lihat potensi besar dari proyek kita.”
Sejak saat itu, Nadif dan timnya bekerja keras untuk menyusun rencana bisnis. Mereka membagi tugas, menetapkan jadwal, dan mempersiapkan segala sesuatu dengan detail. Nadif bolak-balik antara Yogyakarta dan Jakarta, mengatur berbagai hal sambil tetap aktif di dunia musik. Ryo dan Rama membantu dengan semangat, memastikan setiap detail diperiksa dan rencana bisnis berjalan sesuai rencana.
Di malam yang sibuk, Nadif kembali dari rapat dan menemukan Ryo serta Rama di kontrakannya, sibuk dengan dokumen dan presentasi. Nadif duduk di meja, ikut memeriksa dokumen yang telah mereka susun.
“Gimana, udah selesai?” tanya Nadif dengan nada antusias.
“Udah, hampir siap semua,” jawab Ryo sambil memeriksa catatannya.
“Tapi ada beberapa bagian yang masih perlu diperbaiki.”
“Gue yakin kita bisa bikin ini lebih baik,” kata Nadif.
“Jangan lupa, kita harus siap untuk semua pertanyaan dari investor. Mereka pasti bakal nanya banyak hal.”
Rama menambahkan,
“Benar. Kita udah punya rencana yang solid. Kalau mereka lihat potensi dan komitmen kita, pasti mereka bakal tertarik.”
Hari-hari berlalu dengan cepat, dan Nadif serta timnya semakin dekat dengan peluncuran proyek mereka. Mereka menyelesaikan semua persiapan dan siap untuk bertemu dengan Mas Arif dan Mas Bayu. Nadif merasa campur aduk antara kegembiraan dan kecemasan, tapi dia tahu bahwa mereka berada di jalur yang benar.
Pada hari pertemuan dengan Mas Arif dan Mas Bayu, Nadif, Ryo, dan Rama berpakaian rapi dan mempersiapkan diri dengan matang. Mereka menuju ke kantor Mas Arif di pusat Kota Yogyakarta, membawa presentasi yang telah mereka siapkan.
“Gimana kalau Mas Arif dan Mas Bayu kurang tertarik?” tanya Ryo sambil berusaha menenangkan diri.
“Gak usah khawatir,” jawab Nadif.
“Kita udah kerja keras dan siap dengan semua detail. Yang penting, kita percaya diri dan tunjukkan kalau kita serius.”
Rama menambahkan,
“Benar. Kita udah punya rencana yang matang. Kalau mereka lihat potensi dan komitmen kita, pasti mereka bakal tertarik.”
Kita sebagai pembaca seolah dibawa oleh penulis buat ngerasain apa yg Nadif alamin. Keren bangettt 🌟🌟🌟🌟🌟
semangat berkarya ya thor🙏🏽
#Gemes aku bacanya klw MC-nya Naif kaya gini.
Harusnya MC lebih Cool dan benar2 fokus memperbaiki diri, bahagiain keluarga, memantapkan karirnya. Jangan diajak2 RUSAK, malah mau...🙄