NovelToon NovelToon
Dewa Petaka

Dewa Petaka

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Fantasi / Fantasi Timur / Iblis / Epik Petualangan / Perperangan
Popularitas:6.4k
Nilai: 5
Nama Author: Arisena

Ketika yang semua orang anggap hanya omong kosong menyerbu dari utara, saat itulah riwayat Suku Gagak menemui akhirnya.

Tanduk Darah, iblis-iblis misterius yang datang entah dari mana, menebar kekacauan kepada umat manusia. Menurut legenda, hanya sang Raja Malam yang mampu menghentikan mereka. Itu terjadi lima ribu tahun silam pada Zaman Permulaan, di mana ketujuh suku Wilayah Pedalaman masih dipimpin oleh satu raja.

Namun sebelum wafat, Raja Malam pernah berkata bahwa dia akan memiliki seorang penerus.

Chen Huang, pemuda bernasib malang yang menjadi orang terakhir dari Suku Gagak setelah penyerangan Tanduk Darah, dia tahu hanya Raja Malam yang jadi harapan terakhirnya.

Apakah dia berhasil menemukan penerus Raja Malam?

Atau hidupnya akan berakhir pada keputusasaan karena ucapan terakhir Raja Malam hanya bualan belaka?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Arisena, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Episode : 23 — Bergerak ke Selatan

"Nih, kuberikan padamu," katanya ketika tiba-tiba ia memberikan salah satu cincin ruang. "Di dalamnya ada emas, perak, pakaian, kitab-kitab biasa tak terlalu penting, dan banyak lagi. Oh iya, ada juga berbagai sumber daya yang berguna untuk meningkatkan kultivasimu. Dan satu lagi, kau jangan memakan Apel Beku untuk beberapa waktu ke depan."

"Kenapa?" Chen Huang mengamati cincin itu dengan teliti. Tampak seperti cincin biasa, tak ada yang luar biasa. "Bagaimana cara menggunakannya?"

"Apel Beku akan membantu meningkatkan Qi di dantianmu, otomatis kau bisa naik tingkat dengan lebih cepat. Tapi cara seperti itu aku tak terlalu suka, kau hanya akan jadi lemah, pondasimu kurang." Bai Li mengangkat tangan, menunjukkan cincin ruangnya. "Untuk menggunakan itu, kau hanya perlu mengalirkan Qi ke dalamnya, dan kau akan melihat sesuatu."

Chen Huang segera mencoba melakukan hal itu. Dia terkejut tatkala pemandangan yang terlihat berubah total begitu aliran Qi menyentuh tubuh cincin. Dari yang awalnya Bai Li dengan baju hitam dan rambut panjang, kini berganti tumpukan emas di satu sisi lalu perak di sisi lain.

Sejenak, Chen Huang mencoba membiasakan diri dengan hal itu. Dia juga melihat berbagai macam kitab yang mengambang di sana-sini, obat-obatan herbal, berbagai botol giok, beberapa Apel Beku dan masih banyak lagi.

"Dimensi lain?"

Bai Li mengangguk. "Benar, cincin ruang dilengkapi dengan energi khusus yang bisa menciptakan ruangnya sendiri. Jangan tanya aku bagaimana cara membuatnya, aku malas berpikir sampai sana."

Chen Huang menjauhi tepi danau yang amat panas itu. Hari ini sudah setengah hari ia berendam di sana dan baru saja keluar. Setelah mengenakan pakaian dengan benar, Bai Li menanyakan sesuatu yang amat mengganggunya selama beberapa hari ini.

"Seharusnya kau terkena kutukanku karena aku sempat mencoba menghentikan lukamu," jelasnya.

"Luka yang waktu itu? Apa maksudmu kutukan?"

"Qi milikku, Qi Merah, seperti yang kau tahu, mengandung kutukan jahat, Qi Merah inilah yang membuatku dicap pengkhianat oleh Sekte Pedang Kelabu karena dianggap telah mempelajari teknik sesat. Hanya aku sendiri yang tak akan pernah terpengaruh oleh kutukan itu. Semua orang terkena oleh Qi Merah, pasti akan terkena kutukan, kecuali ada kultivator penyembuh seperti yang kubilang waktu itu. Tapi, wanita yang menyembuhkanmu bilang tak ada kutukan sama sekali."

Chen Huang menelengkan kepalanya, mencoba berpikir. Hal ini membutuhkan waktu yang cukup lama daripada perkiraan, tapi Chen Huang berhasil menemukan jawabannya. "Ada dongeng di Desa Gagak, tentang Jimat Hitam."

"Ceritakan."

"Ini hanya dongeng, tapi Jimat Hitam dijadikan pusaka Suku Gagak karena dipercaya dapat menangkal segala hal buruk, juga dapat menepis kutukan. Mungkin karena itu." Dan dikenakan oleh Raja Malam. "Aku mengambilnya setelah desa itu dibantai."

Bai Li mengangguk takzim. "Boleh kulihat?"

"Kau selalu melihat."

"Apa?"

"Kalung yang selalu kukenakan itu, saat aku berendam kau pasti juga melihat, kan? Itulah Jimat Hitam."

Kembali Bai Li mengangguk-angguk.

"Tak akan kuserahkan padamu." Chen Huang mengambil langkah antisipasi, matanya melotot.

Bai Li membalasnya dengan bibir dimajukan. Sikapnya benar-benar seperti gadis lima belas tahun. Orang bisa-bisa muntah darah ketika mengetahui umur yang sesungguhnya. "Aku hanya bertanya."

Malam hari itu, Chen Huang melatih teknik bertarung dan Simbol Magisnya. Namun, dia mendapat kenyataan bahwa kemajuannya dalam keahlian Suku Gagak lebih lambat daripada kultivasinya.

Hingga pada suatu pagi, ketika mereka sudah tinggal di sana selama empat hari, Chen Huang mengeluhkan hal itu kepada Bai Li.

"Kalau aku jadi kau, aku akan terus melatih Simbol Magis itu."

Chen Huang jelas tidak mengerti apa yang ia katakan. "Maksudmu?"

"Yah ...." Bai Li menggaruk tengkuknya. "Bukankah itu tidak terlalu penting untuk sekarang? Lebih baik kau lanjutkan menyerap Serat Jahe Putih untuk memadatkan Qi di dantianmu."

"Kau mengelak," desis Chen Huang dengan mata menyipit. "Kau akan mengatakannya."

"Kita lihat saja nanti."

Serat Jahe Putih adalah salah satu sumber daya yang diserap oleh Chen Huang untuk meningkatkan kualitas Qi di dalam tubuhnya. Ini adalah salah satu alasan mengapa Bai Li melarang untuk mengonsumsi Apel Beku lebih banyak. Dia khawatir kemajuan Chen Huang terlalu cepat dan itu akan berdampak buruk pada hari esok.

Berkat berendam di danau panas itu selama satu minggu, tubuh Chen Huang kini menjadi jauh lebih kuat. Otot-ototnya mengeras dan itu cukup menggoda Bai Li yang selalu mengamati dari jauh. Bukan tentang sesuatu yang kotor, wanita tua itu sudah tak sabar bagaimana jadinya jika Chen Huang meninju wajah orang dengan tubuh seperti itu.

"Ini tak masuk akal, hanya berendam saja dan itu dapat mengeraskan otot sekaligus meningkatkan kualitas tulang?" tanya Chen Huang sembari mengenakan jubah hitamnya. "Kurasa, dunia kultivasi dipenuhi segala macam cerita tak masuk akal."

Simbol Magis kalian lebih tak masuk akal bagi kami, Bocah! Namun, dia menjawab dengan manis. "Itu karena bakat, kurasa. Maksudku, kau berbakat dalam kultivasi."

Chen Huang tak bisa menahan diri untuk tidak menampilkan wajah aneh. Keningnya berkerut dalam dan mulutnya sedikit terbuka. "Kau amat tidak cocok menjadi seorang guru. Penjelasanmu selalu setengah-setengah, tidak jelas. Apa-apaan soal bakat itu? Tak adakah penjelasan lebih masuk akal?"

"Aku juga bingung, Gagak cilik!" sergah Bai Li. "Aku sama sekali tak mengerti dengan dirimu. Kecepatan kultivasimu bahkan melebihi murid jenius mana pun juga. Seandainya kau ada di Wilayah Tengah, kau bakal jadi rebutan banyak sekte. Aku selalu bersyukur tiap malam karena dapat bertemu denganmu. Jujur saja, aku tak terlalu terkejut dengan ini. Setidaknya sejak beberapa hari lalu."

"Katakan!" tukas pemuda itu.

Tubuh Bai Li menegang, dia sudah kesalahan bicara. "Maksudku, aku ini sudah cukup umur dan banyak mengalami kejadian aneh dalam dunia kultivasi," jelas Bai Li dengan tampang dibuat semeyakinkan mungkin. "Aku hanya menduga-duga."

"Aku bilang katakan, katakan dugaanmu itu."

"Sayang sekali sekarang belum bisa," Bai Li menggeleng. "Setelah terbukti benar, akan kukatakan padamu. Janji."

...----------------...

Pegunungan Cincin adalah pegunungan panjang yang menjadi perbatasan antara Wilayah Pedalaman dan Wilayah Tengah. Bukan berarti orang diwajibkan untuk lewat Pegunungan Cincin bila ingin menyeberang ke wilayah lain, hanya saja melalui pegunungan ini perjalanan jauh lebih cepat.

Dan tentu saja, lebih aman karena hampir semua wilayah Pegunungan Cincin adalah tempat kekuasaan Suku Langit. Mereka adalah Suku Penjaga Perbatasan, demikian julukan yang diberikan banyak orang kepada Suku Langit.

Sesuai namanya, pegunungan ini berbentuk cincin, atau lebih tepatnya hampir membentuk cincin karena bentuk sesungguhnya adalah bulan sabit.

Dilihat dari Wilayah Pedalaman, Pegunungan Cincin melengkung ke arah luar, sehingga bagian cekungnya harus dilihat dari Wilayah Tengah.

Chen Huang merasa heran sekali ketika mereka melanjutkan perjalanan dan mendengar Bai Li membuka suara. "Aku tak ingat pernah melewati deretan gunung ini."

Chen Huang menoleh cepat. "Kau pasti bercanda."

"Sumpah." Bai Li berusaha keras untuk mengingat-ingat. "Aku datang dari barat, kemudian berputar-putar di Wilayah Pedalaman secara acak. Bicara soal itu, menurutku semua tempat di sini aman-aman saja, aku sama sekali tak bertemu perampok selama hampir dua bulan. Sepertinya aku mengambil jalan memutar untuk sampai ke sini."

"Tunggu." Chen Huang menghentikan langkah. "Kaubilang hampir dua bulan? Maksudmu, hampir dua bulan kau tak makan sampai bertemu denganku?"

"Ah, kurasa begitu," sepasang pipi Bai Li kemerahan karena malu. "Kupikir itu akan tetap jadi rahasiaku."

"Kau sama sekali tak bisa berburu?" Chen Huang benar-benar terkejut dan tak habis pikir ketika membayangkan bahwa Bai Li, nenek kuat berusia seratus dua puluh empat tahun—kalau tidak ada dusta—sama sekali tak bisa berburu!

"Aku mencoba sekali," Bai Li menekuri rumput-rumput di bawah kakinya. "Seekor ayam hutan. Tapi dia lolos."

"Gunakan kekuatanmu!"

"Kau tolol, ya?" Bai Li balas membentak. "Luka yang dihasilkan serangan Qi milikku mengandung kutukan, aku bisa memakan kutukanku sendiri!"

"Kau bilang kau tak terpengaruh?"

"Lain lagi kalau aku menyesap luka terkutuk hasil seranganku. Itu bunuh diri!"

"Kau bisa melesat cepat dan menggunakan batu atau apa pun itu."

"Aaaarrrghhh, aku tak berpikir sampai sana! Aku hampir mati kelaparan dan itu membuatku gila, aku tak bisa berpikir!"

"Kau masih bisa berpikir untuk merayuku waktu itu."

"Bocah sialan, kau mengajakku berkelahi?"

"Maju sini!"

Akan tetapi perdebatan mereka terhenti ketika suasana di sekeliling tiba-tiba berubah. Terik matahari yang menyengat entah sejak kapan sudah menghilang, bukan karena tertutup awan mendung, melainkan karena keadaan sekeliling yang berkabut.

"Kapan kabut tebal ini datang?"

"Mungkin setan penjaga hutan si sini merasa risih dengan ocehanmu."

Bai Li mencibir. "Teriakanmu lebih keras."

Chen Huang mencoba memutar otaknya, dia merasakan sesuatu yang tak wajar dalam kabut tersebut.

"Buka petanya."

"Apa?"

"Cepat!" Chen Huang berkata tak sabar. "Sedikit memalukan, tapi aku tak hafal Wilayah Pedalaman. Mungkin kita sudah masuk wilayah suku lain."

Bai Li membuka petanya, dia menunjuk ke satu tempat. "Karena kita terus bergerak ke selatan dari danau itu, maka kita seharusnya ada di sini."

"Hmm, tempat Suku Langit, ya?"

Kemudian terdengar suara dari atas. Terdengar amat jelas, tapi tak terlihat siapa pun di sana kecuali mereka berdua.

"Terbang Tinggi."

"Aku tak bisa merasakan kehadirannya," bisik Bai Li dengan kaget.

"Diam, aku tahu ini." Chen Huang menegakkan tubuh, dia mengembuskan napas. Perasaan cemasnya sudah lenyap. "Kegelapan Milik Kita."

Kemudian, terdengar suara yang sama menyahut. "Terbang Tinggi."

"Bentangkan Sayapmu."

Dan kabut itu menghilang secepat kemunculannya. Hanya saja di sana sudah berdiri puluhan orang dengan senjata di tangan.

Namun, seorang pria berwajah ramah maju selangkah untuk memberi sambutan. "Kukira Suku Gagak benar-benar lenyap."

Chen Huang menjura. "Maaf bila kami mengganggu."

"Tidak, kami amat senang kedatangan seorang tamu, apalagi dari Suku Gagak yang ... yah, mari kita masuk desa."

1
Filanina
Heran, Chen Huang terlihat lbh dewasa di sini
Filanina: maksudnya dari Bai Li. Bukan dari sebelumnya.
Arisena: berubah pelan pelan
total 2 replies
Filanina
kenapa orang-orang gitu sama song Kiu?
Filanina: Oooh gitu toh. ga ngeh.
Arisena: iya dong, Chen Huang sedang terluka, dateng dateng malah kasih senyum miring/Doge/
total 2 replies
Filanina
sayapnya kayak pedang ya?
Arisena: iya, gk bisa buat terbang itu
total 1 replies
Filanina
itu ubah jangan jadi Fox.
Arisena: wokeee
total 1 replies
Filanina
mungkin orang-orang butuh komando, Chen Huang. ini kan pertempuran bersama
Ind
bisa yaa bikin cerita begini,.kalo aku nama yang digunakan aja susah bacanya,lidah orang ndeso 🤣🤣🤣
Arisena: cuma nulis doang, kalo ngucapin, lidah pun sering kepleset/Sweat/
total 1 replies
Filanina
Lanjut, Thor. Makin seru.

Gaya penceritaanmu udah pas menurutku. Enak diikuti. Entahlah, beberapa yang saya baca dan bagus malah sepi.
Saya kurang paham dg selera orang-orang zaman sekarang. Kadang yg minim narasi, typo bertebaran, catlog, cerita serupa, malah lebih banyak pembacanya.
Arisena: iya, cerita mereka emang bagus, tapi kalo gk ada perubahan ya klise juga jadinya.

Apalagi dengan sistem kebijakan baru, sulit promosi kalo gk dapet ban terbaik.

Nulis serasa judol, gacha🗿
Filanina: tapi bosan kan kalau gitu2 aja. Udah banyak modelan gitu yg bagus (dulu). Kalau mirip2 ya jenuh juga. apalagi yang ngikutin banyakan masih mentah udah diup.
total 3 replies
Filanina
Iya. Mereka.
Arisena: Mereka
total 1 replies
Filanina
Padahal udah bersedih-sedih hik.
Filanina
Wkwkwk... luar biasa. kirain mau dikorbankan ini Char. ternyata author masih sayang.
Arisena: heheh, Bai Li emang bikin galau. Bikin mati gk ya/Doge/
total 1 replies
Filanina
kenapa tadinya ada bab 65, jadi ga ada?
Arisena: itu cuma pengumuman nt eror, krena udah enggak(walau masih agak lemot), yaudah kuhapus/Sweat/
total 1 replies
Filanina
part ini cukup menyentuh.

persahabatan Bai Li apa tidak akan diromantisasi?

(dari siang kesel ga bisa komen)
Arisena: kukira cuma punyaku, ternyata semuanya/Sweat/
total 1 replies
Filanina
Dan pertolongan pun datang.
Arisena: masa mc gk kasih plot armor/Proud/
total 1 replies
Filanina
Kudanya lg cemas. Membahas keindahan...
Filanina
Tunggu dulu. Bukannya Chen Huang ada dalam rombongan gagak? Bukannya ga ada kultivator selain Chen Huang dan Bai Li?
Filanina: Kirain itu suku gagak semua. Cuma sedikit dong.
Arisena: Kekuatan Simbol Magis sejatinya gk boleh dipelajari oleh org selain Suku Gagak. Maka dalam rombongan itu, hanya keluarga Liu, Kai, Bai Li dan Chen Huang yg bisa menggunakan Simbol Magis. Selain itu, semuanya kultivator, baik anggota Gagak Pengembara atau Sayap Kegelapan.

Mereka kan cuma kelompok yg didirikan oleh org org Suku Gagak, bukan berarti jadi bagian dari Suku Gagak, makanya anggota dua kelompok tersebut termasuk kultivator.
total 2 replies
Filanina
Genre apa nih? Up di mana?
Arisena: Pengennya romance fantasi atau gk tetep fantim tapi bukan kultivasi, pendekar pendekar kuno gitu. Rencana pengen up di nt dulu sampe tamat baru dilempar ke pf lain.
total 1 replies
SLTN
/Smile/keren
Arisena: ✌️/Smile/
total 1 replies
Filanina
jadi bai lin terus dari tadi
Arisena: lah iya baru sadar, makasih udah diingetin🙏
total 1 replies
Filanina
kok berserabutan ya? Berhamburan mungkin?
Filanina
ya, ga maulah. kan belum nikah walau udah tua.
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!