Maisya Fahira, gadis bar-bar dengan segala keunikan yang di miliki nya,rela hidup sebatang kara di ibu kota hingga sukses menyelesaikan kuliah nya berkat bantuan dari sang kakak serta kedua sahabat baik nya, hingga di terima bekerja di sebuah perusahaan besar milik suami dari sahabat terdekat nya,siapa sangka dalam turun naik nya kehidupan yang dia jalani,Maisya justru bertemu dengan seorang pria yang berhasil mencuri seluruh hati nya.
Akan kah perasaan Maisya berbalas sempurna atau malah sebaliknya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon oland sariyy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Sedikit Rasa
Untuk yang kesekian kali nya,Digo telat bangun.tidak sempat sarapan ataupun meneguk segelas kopi ,tidak banyak yang bisa pria ini lakukan saat ini kecuali pasrah pada keadaan.biasa nya Digo selalu berangkat lebih awal dalam keadaan perut yang kenyang untuk memberikan contoh kepada karyawan nya bahwa dia adalah pemimpin yang bertanggung jawab.namun semenjak kepergian Maisya beberapa hari ini membuat Digo terpaksa datang telat ke kantor,bahkan jam makan Digo sudah tidak beraturan lagi.
Usai bersenang-senang dengan wanita bayaran nya,Digo memilih tidur di kamar tamu yang menjadi milik Maisya,netra nya terkunci menatap sisi ranjang yang selalu kosong ,sekelabat bayangan Maisya yang setia membangun kan nya di pagi hari memantul indah di peluk mata tajam nya.
Deri pun geleng-geleng kepala melihat bos nya itu.mereka tidak tinggal bersama Sehingga sulit bagi Deri untuk mengambil alih tugas Maisya.
" Perasaan baju Lo itu-itu mulu?" cibir Deri menatap penampilan Digo dari ujung kepala hingga ke ujung kaki.
Dasi miring kemana-mana, Rambut berantakan tidak tersentuh sisir,celana dan baju yang kusut seperti habis terkena gulungan badai.untung saja Digo masih bisa memakai pakaian lengkap, karena untuk mendapatkan semua nya butuh waktu yang lama menggeledah isi lemari.karena sudah terbiasa di layani oleh Maisya, membuat Digo lupa di mana letak semua pakaian nya.
Deri menyulam bibirnya menahan tawa dengan apa yang dia lihat sekarang.
" Maka nya kalau ada istri itu ya mbok di sayang,di elus- elus,di manja kayak pasangan lain nya,jangan Lo cuekin.begini nih akibat nya kalau hidup melajang lagi." ledek Deri tersenyum menang lalu meletakan beberapa map ke atas meja kerja Digo.
" Jangan ngeledek gue terus kerjaan lo." sergah Digo ketus.
Perut Digo berdendang dikala netra nya sedang menyipit,rasa kantuknya masih kentara tapi tugas negara wajib untuk di laksanakan.jangan sampai Pak Tua murka karena sudah menebarkan rasa kecewa untuk yang ke sekian kali nya .
" Krucukkkk....Krucukkk."
Digo mendesah panjang,sejak semalam dia belum menyentuh nasi,perut nya terlanjur kenyang setelah di sapa oleh beberapa batang rokok serta sebotol minuman yang memabukkan.sekarang perih itu baru terasa.
" Belum makan Lo? Berapa hari?" ledek Deri lagi.
Deri tersenyum miris dengan keadaan Digo sekarang, untuk pertama kali nya perut Digo meronta-ronta minta di isi.padahal uang Digo sangat lah banyak untuk sekedar membeli makanan.
Di depan Deri,Digo masih lah sahabat nya yang dulu, slengean,pintar merayu dan suka bermain wanita sampai tidak kenal waktu.
Sahabat nya itu hanya lah seorang pria yang membutuhkan wanita yang tepat untuk menemani hidup nya,sayang nya Maisya terlalu cepat menyerah sebelum berjuang mendapatkan cinta dari sahabat gila nya ini.
Bersamaan dengan itu,Nina pun mengetuk pintu ruang kerja Digo meminta izin terlebih dahulu untuk bergabung di dalam ruangan ini.
" Selamat siang Pak Digo ,Pak Deri." sapa Nina karena memang jam di dinding sudah menunjukkan pukul sepuluh lebih sedikit.
" Siang." balas Deri sedang kan Digo lebih memilih diam menahan lapar yang kian menyiksa raga nya.
Nina membaca buku kecil yang berisikan jadwal Digo untuk hari ini, jadwal Digo penuh sampai sore setelah itu Digo akan malam bersama client yang datang dari luar kota.
" Nina! Tolong pesankan sarapan untuk bos mu ini, nanti kalau dia sakit atau lebih parah nya mati ,kita juga yang repot." pinta Deri kepada Nina yang hendak keluar dari ruangan Digo setelah selesai mengerjakan tugas nya.
" Kasihan Bos mu ini, semenjak di tinggal kabur istri nya, hidup nya jadi berantakan tapi nggak pernah absen menjenguk apem busuk." lanjut Deri lagi membuat Nina merapat kan bibir nya.
" Harus banget Lo bicara kayak gitu sama Nina?" tanya Digo menatap tajam Deri yang jadi tersangka.
" Apa yang salah? Memang kenyataannya seperti itu kan? Lo bakal jadi duda kaya dengan menyimpan banyak wanita di apartemen Lo."Balas Deri tidak mau berhenti menyudutkan Digo.
" Terserah Lo aja mau ngomong apa,Nina cepat cari kan Aku makanan, lewat dari sepuluh menit,Kamu akan Aku pecat." mendengar ancaman dari Digo,Nina berlari keluar dengan high heels yang sengaja dia copot.
Waktu sebanyak itu mana cukup untuk bisa sampai ke kantin,belum lagi antri sama naik lift .mau menggunakan lift khusus Presdir pun dia tak berani,Digo sudah membuat peraturan yang ketat kecuali jika mereka turun bersamaan itu tidak jadi masalah.
Deri malah tertawa melihat tingkah Nina yang mau saja di kerjain habis-habisan oleh Digo.kalau seandainya dia yang berada di posisi itu, lebih baik di pecat dari pada harus lari terbirit-birit.
" Maisya pindah kemana?" tanya Deri masih betah berdiri di depan Digo,wajah nya kali ini tampak serius ingin tahu.
" Gue juga nggak tahu,dia sulit di hubungi sekalipun bisa nggak pernah mau jawab kalau di tanya tempat tinggal nya ."jawab Digo tidak bersemangat.
" Terus Lo sama sekali nggak berusaha untuk mencari tahu?" Digo hanya mengangguk kan kepala nya karena memang itu yang terjadi saat ini.rasa nya kedua kaki nya terlalu berat untuk mencari keberadaan Maisya tapi hati nya selalu bergejolak hebat.antara jiwa dan raganya nya sangat bertolak belakang.
" Laura lebih penting bagi Lo?" simpul Deri dan Digo kembali mengangguk kan kepala membenarkan ucapan dari sahabat nya.
" Bini Lo sering live baju , seperti nya dia sedang menjalankan bisnis fashion." celetuk Deri ingin melihat seperti apa respon dari Digo.
" Gue udah liat." jawab Digo keceplosan.
Deri menahan tawa nya saat mendengar sahabat nya yang selalu sibuk bekerja dan berkencan dengan banyak wanita sekarang berubah menjadi pria yang suka menonton live shopping.
" Lo sengaja nonton live nya Maisya sangking kangen nya sama dia?"tanya Deri kembali menggoda Digo yang menurut nya sangat labil.dari sorot mata Digo ada cinta untuk istri nya itu namun tertutup karena rasa penasaran nya kepada Laura.
" Siapa yang kangen? Gue nggak sengaja liat live nya ,wajah dia langsung muncul di layar ponsel gue."jawab Digo salah tingkah,namun setelah itu dia baru menyadari sesuatu,ada getaran kencang yang menghantam jantung nya ketika nama itu dia sebut.
Deri tersenyum mencibir melihat kelakuan Digo yang kekanakan.
" Menyia-nyiakan Maisya adalah sebuah kesalahan besar dalam hidup Lo." lirih Deri tidak ingin terlalu banyak menuntut kepada Digo.dia hanya mampu memberi saran selebihnya Digo sendiri lah yang harus mengambil keputusan.
Sementara Maisya bersama ketiga sahabat nya sudah sampai di mall dengan menumpangi mobil Dila,bahkan mobil milik Bima sengaja di tinggal dekat ruko nya demi bisa menikmati indah nya kebersamaan dengan para sahabat.seharus nya setengah jam yang lalu mereka sudah sampai di tempat ini,namun karena ibu hamil yang sedang mengidam terpaksa mereka mengurungkan niat, keinginan Dila jauh lebih penting takut keponakan mereka lahir banyak iler.
Karena waktu yang teramat sangat singkat,janji untuk menonton bioskop terpaksa harus di tunda dulu.saat ini mereka sedang berada di sebuah salon kecantikan begitu juga dengan Bima,kata bujang yang satu itu dia juga ingin melakukan perawatan.entah perawatan macam apa yang ingin di lakukan bujang itu,Maisya juga Dila malas untuk bertanya.
" Kita mau ngapain nih Sya?" tanya Dila.
" Creambath, luluran,pokok nya komplit deh.biar gue tambah cantik kalau lagi tampil di depan kamera,cuan gue tambah banyak kalau penonton nya membludak." kekeh Maisya langsung mendapat cubitan gemes dari Dila.
Sari pun ikut bergabung bersama mereka atas desakan dari Maisya dan Maisya juga yang sudah berjanji akan mentraktir karyawan nya itu.
Bukan hanya Sari saja yang di traktir oleh Maisya termasuk Dila juga Bima.keuntungan di hari pertama live begitu besar membuat Maisya berinisiatif membagi kebahagiaan dengan sahabat yang selalu mendukung nya, tidak lupa juga Maisya menyisihkan sedikit keuntungan itu untuk adik-adik yang ada di panti asuhan kasih ibu.
" Nanti live jam berapa?" tanya Dila ketika mereka sudah masuk ke salah satu ruangan, sedang kan Bima masuk ke ruangan yang berbeda dengan ketiga wanita tersebut.
" Kayak semalam, lebih cepat lebih baik tapi nggak boleh telat, takut nya penonton malah kabur karena ngantuk ."sahut Maisya mulai terkantuk-kantuk ketika sebuah tangan mulai bergerak lincah meliuk-liuk di atas kepala nya.
" Bener juga sih, sorry ya gue nggak bisa ikut gabung,Lo kan tau sendiri gimana suami gue."kekeh Dila tak mendapatkan sahutan lagi dari Maisya karena sudah tertidur pulas dengan mulut sedikit terbuka.
Sari dan Dila yang juga sudah mengantuk pun ikut tertidur pulas meninggal kan mbak-mbak pegawai salon melaksanakan tugas mereka.
Tepat pukul lima sore baru lah mereka keluar dari salon tersebut,tujuan selanjutnya adalah mencari makan, tidur dalam kondisi perut yang menahan lapar sangat lah tidak nyaman.Bima bahkan sejak tadi tidak berhenti menggerutu kesal.
" Cari makanan yang simpel aja ya, perut gue udah kosong banget nih." pinta Bima memelas sambil memegang perut nya.
" Oke,apa sih yang nggak buat Lo." seloroh Maisya membuat Dila tertawa.
Sari memilih diam karena masih merasa sungkan kepada Sahabat Maisya,ikut bergabung bukan berarti Sari berani melakukan sesuatu sesuka hati nya.jika di ajak bicara maka Sari akan menjawab kalau tidak pun dia lebih baik diam sebagai pendengar yang baik.
" Lo memang sahabat gue,Sya!" balas Bima tak kalah riang.
Bima hendak menerobos masuk ,namun baru satu langkah langsung ter jeda saat menyadari ada sesuatu yang berbeda pada diri Maisya.Bima memutar tubuh lalu terpaku.
Bima tidak bisa berkedip menyelisik penampilan Maisya.
" Sya!" Seru Bima.
" Apa?" Maisya menoleh ikut menatap Bima.
Bima berhamburan memeluk Maisya sambil mengecup kening maisya.membuat Maisya risih dan geli dengan sikap Bima.
"Lo tambah cantik Sya! Cantik banget malah." puji Bima kembali memeluk Maisya.
" Pria somplak itu akan menyesal karena sudah menyia-nyiakan kan Lo." ucap Bima penuh haru.
" Iya gue udah tahu,tapi cantik aja nggak cukup untuk bajingan itu Bim,gue kurang seksi." sahut Maisya masih minder.
" Iya juga sih,itu Lo rata." ejek Bima terang-terangan setelah sempat memuji kecantikan Maisya.
Membuat Maisya naik darah lalu menyerang Bima secara brutal,tak perduli dengan banyak tatapan mata yang mengarah ke arah mereka.Dila bukan nya memisahkan kedua sahabat nya itu malah tertawa ikut menyoraki Maisya supaya lebih keras lagi menghajar Bima.
" Mesum banget sih Lo." Maisya menyilangkan kedua tangan di dada nya karena tidak mau di lihat lagi oleh Bima.
" Kayak gue doyan aja sama punya Lo, nggak selera gue." kekeh Bima langsung kabur takut diserang lagi oleh Maisya.
Selesai dengan urusan perut,kini keempat sekawan ini berbelok masuk ke sebuah toko membeli segala sesuatu yang menurut mereka menarik dan layak untuk di beli.kali ini Dila yang sengaja mengeluarkan uang untuk mentraktir ketiga sahabat nya, percuma punya suami kaya kalau sahabat nya tidak bisa ikut menikmati begitu lah pikir Dila untuk kali ini saja Dila berbaik hati.
Ketika di pertengahan jalan,Maisya meminta Dila untuk mengantarkan dia ke rumah orang tua Digo, sedang kan barang belanjaannya sudah di titipkan kepada Sari.
Meskipun Maisya yakin kedua mertua nya pasti sudah tahu tentang gugatan cerai yang dia layangkan kepada Digo akan tetapi Maisya merasa harus segera menemui kedua mertua nya sebelum nanti menghadapi sidang perdana perceraian nya.
Namun sesampai nya di sana Maisya justru harus menelan kekecewaan sebab tidak bisa bertemu orang yang dia cari, menurut informasi dari asisten rumah tangga,Kedua mertua nya sedang pergi ke luar kota menemui saudara jauh yang baru pulang dari luar negeri.
Maisya memutuskan untuk segera pulang memesan taksi online.lama- lama di rumah besar ini membuat dia tidak nyaman takut Digo tiba-tiba saja muncul di hadapan nya.
Namun di balik ini semua, kedua mertua Maisya bukan lah pergi ke luar kota seperti apa yang di katakan oleh asisten rumah tangga,melainkan pergi ke luar negeri mengobati penyakit jantung Pak Wibowo yang tiba-tiba saja kumat setelah mendapatkan laporan dari anak buah nya tentang Maisya yang pergi dari apartemen Digo dan menggugat cerai Digo ke pengadilan.
Bersambung