"Suamiku...
"Aku dan anak mu datang...
"Akan kutemukan pembunuh mu, dan membalas perbuatan mereka pada mu!"
Seorang wanita muda bersimpuh di depan makam, sambil mengendong bayi dalam dekapannya. Wajah pucat wanita itu tidak dapat menutupi kecantikan yang ia miliki.
"Aku akan membalas perbuatan mereka yang telah merenggut kebahagiaan Gabriel. Bahkan kau tidak sempat bertemu putra mu, Silvio!"
Monica Dimitrov, menangis pilu ketika mendapat kabar bahwa suaminya Silvio tewas terbunuh dengan luka tembak memenuhi sekujur tubuhnya. Enam butir peluru tajam bersarang di kepalanya.
Sangat kejam pembunuh itu!
Kabar kematian Silvio, membuat Monica yang sedang mengandung terguncang, ia harus melahirkan Gabriel meskipun belum waktunya.
"Aku harus menemukan pembunuh itu. Kematian Silvio selalu menghantuiku", janji Monica dengan dua tangan terkepal menatap nisan suaminya.
Bagaimana kelanjutan kisah ini, ikuti terus ya.
Jangan lupa tinggalkan jejak kalian setelah membaca.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Emily, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
MELARIKAN DIRI
Monica segera berlari menuju tempat yang jabarkan Gretta beberapa saat yang lalu.
Monica melihat taman yang di maksud Gretta. Monica meraba-raba mencari dinding tembok yang menurut Gretta ada celah untuk melarikan diri.
Ya benar. Monica melihatnya. Celah itu tertutup ranting-ranting pohon dan tumpukan dedaunan kering.
Tanpa berpikir panjang Monica masuk ke dalam celah sempit itu. Benar kata Gretta tubuh nya muat, meskipun harus menahan nafas.
Monica berhasil. Monica tidak bisa melihat apa yang ada di hadapannya kini. Hari masih gelap. Namun Monica sempat terpekik kala kakinya merasa terbenam di air.
"Ya Tuhan di mana aku sekarang. Apa ini rawa-rawa?", ucap Monica terus berjalan. Aku harus menjauh. Bisa saja penjaga itu mengetahui bahwa Gretta tidak sendirian", gumam Monica pelan.
Tangannya bisa merasakan tumbuhan. Ia yakin sekarang berada di rawa-rawa. Meskipun Monica tidak tahu akhirnya akan sampai di mana karena hari masih sangat gelap gulita. Tidak ada pencahayaan sama sekali.
"Gabriel, mommy sangat merindukan mu sayang. Satu minggu mommy tidak bisa memelukmu. Mommy yakin sebentar lagi berjumpa dengan mu. Mommy akan membawa mu dan bibi mu pergi yang jauh".
"Kita kembali ke Rusia. Italia tidak aman untuk kita", ucap Monica dengan suara bergetar. Ia menggigil kedinginan. Sepanjang langkah yang dilaluinya hanya air bercampur lumpur yang sangat dingin. Apalagi semalam hujan rintik-rintik membasahi bumi.
"Aku harus menghemat tenaga ku", ujar Monica sesaat menghentikan langkahnya. Mengatur nafas sebelum kembali melangkah.
Andai saja tempatnya sekarang adalah daratan tentu Monica bisa berlari sekencang mungkin. Tapi saat ini ia merasakan berada di hamparan rawa-rawa.
Monica tidak bisa melihat sekelilingnya. Bisa saja yang ia masuki adalah lumpur penghisap yang akan menelan dirinya hidup-hidup.
Tempatnya kini bisa saja membahayakan keselamatan dirinya. Mungkin juga ada hewan buas yang hidup di tempat itu.
"Aku harus pergi. Inilah kesempatan ku", ucap Monica pelan.
Waktu terus berlalu, lambat laun langit berganti warna.
Perlahan Monica bisa melihat tempat seperti apa yang di laluinya. Benar seperti dugaan nya. Di hadapannya hanya nampak hamparan rawa-rawa yang di tumbuhi tumbuhan liar.
"Semangat Monica, terus melangkah pasti akan ada ujungnya", ucapnya memberi semangat pada dirinya sendiri.
Benar saja kedua netra Monica menangkap sebuah jalan yang masih cukup jauh dari tempatnya kini.
"Aku harus ke daratan agar bisa berlari ke jalan itu", ucapnya.
Semangat dalam diri Monica kian menyala, meskipun sesungguhnya begitu melelahkan. Sangat capek namun kerinduan pada Gabriel tetap menyala membuat semangat dalam dirinya terus berkobar dan pantang menyerah.
"Aku harus memilih jalanan yang kering agar bisa berlari lebih cepat ke jalan itu", ujarnya dengan semangat empat lima.
Monica berusaha menepi dan memanjat tebing berbatu tajam. Tangannya mencengkram kuat bebatuan itu. Satu persatu kakinya menapaki batu-batu yang terjal itu.
"Ya...aku berhasil. Aku akan segera bertemu anak ku–"
"Selamat datang di pintu kematian mu, dokter Monica. Yaa kau berhasil. Kau berhasil menemui anak mu di neraka!"
"Hahahahaaaa....
"Aku ucapkan selamat untuk mu dokter!!!".
Monica membelalakkan matanya. Gadis itu mendongakkan kepalanya menatap ke atas tebing, laki-laki yang berdiri menjulang sambil menodongkan senjata api padanya.
"C-arlo?!"
Tubuh Monica seketika merosot ke bawah, wanita itu sengaja melakukannya. Tentu ia memilih tetap berada di rawa dari pada di paksa kembali ke rumah itu.
"Hahhaaa...berlari lah sejauh mungkin. Kau tetap akan berada di kawasan ini, dokter! Kau memilih rawa itu? Silahkan saja, kau benar-benar akan segera bertemu anak mu di neraka!", ucap Carlo menakuti Monica.
"Lihatlah perbuatan mu. Kau membangunkan buaya-buaya itu. Kau akan menjadi makanan lezat mereka yang sangat kelaparan", teriak Carlo sambil menunjuk buaya-buaya yang langsung masuk ke rawa-rawa menuju tempat Monica.
Tentu saja Monica sangat ketakutan. Ia tidak mau menjadi makanan buaya-buaya itu.
"Carlo t-olong aku!"
"T-olongggg...
...***...
To be continue
Smg kesehatan n ingatan Luigi cpt pulih. Sabarlah Monic, ini hanya sementara, tdk lama lg, semuax akan kembali spt semula.
Cinta & hati Luigi hanya untukmu ♥️♥️♥️😘😘😘