Kisah Manis Seorang Penulis

"Sudah beres 'kan makannya? Rahm, pulang nanti sekalian antar Sefty ya." ucap Mama Kayra.

"Antar Sefty? Memang mobilnya kemana, Ma?"

"Tadi dia ke sini bersama Mamanya, tapi Mamanya ada urusan mendadak, dan Sefty tidak ada tumpangan pulang. Sudahlah, kau antar saja sekalian."

"Mmm, Tante sebenarnya tidak perlu. Aku bisa mencari taksi saja nanti," sela Sefty.

"No, Sayang. Biar Rahm yang antar. Lagipula, Rahm tidak mungkin membiarkan kekasihnya naik taksi kalau dia sendiri bisa mengantarnya. Iya 'kan sayang?" tanya Mama Kayra pada putranya.

"Hm... Iya, biar nanti aku antar saja." putus Rahm. Sebab, kalau ia menolak perintah Mamanya, maka Mamanya pasti akan curiga. "Eh, tapi Ma, bagaimana dengan Mama dan krucil satu ini?" tunjuk Rahm pada adiknya membuat Paul merengut.

"Gampang, nanti Mama akan hubungi Pak Toto untuk menjemput. Sudahlah, jangan khawatirkan Mama."

*

"Ihhh, ini gara-gara kau yang sembarangan bicara." pekik Sefty kesal pada Rahm yang saat ini sedang menyetir.

"Heh! Kenapa kau jadi tantrum begini?" pekik Rahm panik.

"Kau itu gila!"

"Aku? Gila? Aku rasa kau 'lah yang gila."

"Kau yang gila! Kalau tidak gila, lalu apa namanya. Seenaknya kau mengatakan aku adalah calon tunanganmu di hadapan keluargamu, dan sekarang Mamamu benar-benar menganggapnya serius. Pokonya aku tidak mau tahu, kau harus mencari solusi agar Mamamu tidak lagi menganggap aku menantunya." ucap Sefty dengan emosi meledak-ledak.

"Oke, tapi dengan cara apa?"

"Ya pikirkan saja sendiri. Kau yang membuat ulah, kenapa aku yang menanggung musibah."

Rahm melirik Sefty yang terlihat begitu kesal padanya. Sebenarnya, Rahm paham kekesalan Sefty itu memang sudah hal yang wajar. Sebab, ia dan Sefty tidak saling mengenal sebelumnya, tapi kini justru harus berakting sebagai sepasang kekasih di hadapan banyak orang.

"Aha! Aku ada ide." seru Sefty.

"Apa idenya?"

"Bagaimana kalau kau bilang saja pada mamamu kalau kau itu berselingkuh dariku, dan aku marah padamu, lalu hubungan kita putus. Gampang 'kan?"

"Hehehe gampang sekali. Ide-mu itu sangat brilliant." Rahm tertawa mengejek mendengar ide Sefty. "Lalu, setelah Mamaku tahu aku berselingkuh darimu, maka Mama akan menggantungku. Itu yang kau mau?"

Sefty menatap Rahm kesal. "Lalu apa rencanamu?" tanya Sefty menanyakan pendapat Rahm karena usulannya ditolak.

"Menurutku, bagaimana kalau kau saja yang berselingkuh. Aku akan merekammu dan mengirimkannya pada Mama agar Mama percaya. Setelah itu, Mama pasti akan memintaku memutus hubungan denganmu."

Plak!

"Aw!" pekik Rahm saat bahunya dipukul dengan keras oleh Sefty.

"Kemarin kau sudah membuat nama baikku menjadi buruk di media sosial, lalu sekarang kau ingin membuat namaku kembali buruk di hadapan Mamamu, begitu?"

"Y-ya, itu hanya usulan saja, kalau kau tidak setuju ya sudah."

"Caramu itu sangat buruk."

"Yang membuat rencana awal dia, malah dia yang mengatai buruk," ejek Rahm.

"Diam! Kau membuatku tidak bisa berpikir."

Rahm mengusap-usap bahunya dengan sebelah tangan, sembari fokus pada kemudinya. Beberapa saat berlalu, keduanya terlihat saling berpikir keras untuk mendapatkan solusi agar mereka bisa memutus hubungan yang tidak sehat ini.

"Sepertinya aku menemukan cara," ucap Rahm memecah kesunyian.

"Apa caranya?"

Rahm menepikan mobilnya di tepi jalan, dan langsung menghadap Sefty. "Caranya agak sedikit ekstrim, tapi aku rasa cara ini lumayan oke."

"Memang apa caranya?"

"Bagaimana kalau kau mengajak seseorang untuk tidur bersama—"

"Kau gila?!"

"Dengarkan dulu," ucap Rahm. "Dengar, kau ajak laki-laki tidur bersamamu, lalu aku 'pun akan mengajak perempuan untuk tidur bersamaku. Untuk tempatnya, kita mungkin bisa menggunakan kamar hotel yang bersebelahan agar keluarga kita tidak susah menggerebeknya. Jadi, nanti saat Mamaku dan Mamamu tahu kalau kita tidur dengan orang lain, maka mereka pasti akan saling memutus hubungan di antara kita. Bagaimana, rencanaku bagus 'kan?"

"Apa kau bilang? Rencanamu bagus? Rencanamu itu gila!" pekik Sefty. "Dengar, setelah aksi penggerebekkan itu, nama kita akan kembali masuk media, dan kita akan kembali dikejar-kejar wartawan. Pokoknya, aku tidak mau!"

Rahm menghela napas kasar karena Sefty juga tidak menyetujui usulannya. "Ya sudah kalau begitu, kita pacaran sunguhan saja biar tidak terus-terusan bersandiwara."

"What?"

... ...